Breaking

Thursday, July 11, 2019

Cerita Seks Bersetubuh dengan Perawan Berbadan Sintal


www.supersemar88.blogspot.com - pekan petang hampir pukul empat. Sesudah menonton CD porno semenjak pagi penisku tidak ingin diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin seketika disarungkan ke organ intim wanita. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung semenjak kemarin hingga dua hari akan datang, sebab ada kerabat punya hajat menikahkan buah hatinya.

Buah tunggalku ikut serta ibunya. Saya mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu terbaring di ranjang. Tapi penisku konsisten tidak berkurang ereksinya. Malahan kini terasa berdetak-denyu­t komponen pucuknya. “Wah gawat gawat nih. Nggak ada target lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian “, gumamku.

Saya bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck.Lumayan, tegangan agak mereda. Tapi dikala ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdetak-detak. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Namun kencang kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin.

Salah-salah dapat ketularan HIV yang belum ada obatnya hingga kini. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Cocok sekarang adik kecilku uring-uringan tidak karuan. Soalnya dua hari sekali mesti nancap. “Kini meminta alokasi..”. Sambil terus berupaya menenangkan diri, saya duduk-duduk di selasar depan membaca surat info pagi yang belum tersentuh.


Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks saya mengalihkan pandangan ke arah bunyi.Renny si kecil tetangga mendekat. “Selamat petang Om. Tante ada?” “Petang.. Ooo Tantemu pulang kampung hingga dua hari setelah hari ini. Ada apa?” “Wah gimana ya..” “Silakan duduk dahulu. Baru ngomong ada kebutuhan apa”, kataku ramah. ABG perawan berusia sekitar lima belas tahun itu berdasarkan.Ia duduk di tempat duduk kosong sebelahku.

“Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om dapat tolong”, tuturku sambil menyusuri badan gadis perawan yang mulai mekar itu. “Anu Om, Tante komitmen ingin minjemi majalah terupdate..” “Majalah apa sich?”, tanyaku.Mataku tidak lepas dari dadanya yang nampak mulai kelihatan. Wah, telah sebesar bola tenis nih. “Apa saja. Pokoknya yang terupdate”. “Oke silakan masuk dan pilih sendiri”. Kuletakkan surat info dan masuk ruang dalam.

Ia agak ragu-ragu mencontoh.Di ruang tengah saya stop. “Cari sendiri di rak bawah layar kaca itu”, kataku, kemudian membanting bokong di sofa. Renny seketika jongkok di depan layar kaca mengungkap-bong­kar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Formatnya betul-betul baik untuk ABG perawan seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di pakaian t-shirtnya. Kulitnya putih bersih.

Ah alangkah asyiknya jika saja dapat merasakan tubuh yang mulai berkembang itu. “Nggak ada Om. Tapi lama segala”, katanya menyentak lamunan nakalku. “Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana” Selama ini saya tidak demikian itu mengamati si kecil itu padahal sering kali main ke rumahku. Tapi kini, dikala penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari si kecil tetanggaku itu ibarat buah mangga sudah mulai mengkal. Mataku mencontoh Renny yang tanpa sungkan-sungkan­ masuk ke kamar tidurku.

Setan berbisik di telingaku, “inilah peluang bagi penismu supaya stop berdetak-detak.Namun ia masih kecil dan si kecil tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu segala, yang penting birahimu terlampiaskan “. Telah saya bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat si kecil itu berjongkok mengungkap majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci perlahan-perlahan. “Berkeinginan ketemu Ren?” tanyaku. “Belum Om”, jawabnya tanpa menoleh. “Saya lihat CD baik nggak?” “CD apa Om?” “Filmnya baik kok. Ayo duduk di sini.” Gadis perawan itu tanpa curiga seketika berdiri dan duduk pinggir ranjang.

Saya memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan layar kaca kamar. “Film apa sih Om?” “Lihat saja. Pokoknya baik”, kataku sambil duduk di sampingnya. Ia konsisten hening-hening tidak menyimpan curiga. “Ihh..”, jeritnya demikian itu mengamati intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh. “Kau kan?” “Tapi kan film porno Om?!”

“Iya. Memasuki menyenangi kan?” Ia terus ber-ih.. ih dikala adegan syur berlangsung, melainkan tidak berupaya memalingkan pandangannya. Kau adegan kedua saya tidak bendung lagi.Saya memeluk gadis perawan itu dari belakang. “Memasuki mau begituan nggak?”, bisikku di alat pendengarannya. “Jangan Om”, katanya melainkan tidak berupaya mengurai tanganku yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya.

Ia menggelinjang.”­Saya nggak gituan sama Om? Memasuki belum pernah kan? Ia lo..” “Namun.. melainkan.. ah jangan Om.” Ia menggeliat berupaya lepas dari belitanku. Tapi saya tidak peduli. Tanganku seketika meremas dadanya. Ia melenguh dan hendak memberontak.badannya kurebahkan di ranjang melainkan kakinya konsisten menjuntai. Mulutku tidak tabah lagi seketika mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.

“Ohh.. ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berupaya merapatkan kedua kakinya.Tapi saya tidak peduli. Malahan celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Saya terpana mengamati panorama itu. Pangkal kenikmatan itu demikian itu imut, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga imut.Maka menunggu lebih lama lagi, bibirku seketika menyerbu vaginanya.

Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan ia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan.T-shirtnya­ kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah minta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi. Oke Non. Setelah lidahku malah makin dalam milik ABG perawan itu kuhajar dengan mulutku.

Kuhitung paling tak ia dua kali orgasme. Lalu saya merangkak naik. Enak kulepas perlahan-perlahan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Sesudah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu sebagian dikala, ganti mulutku berprofesi. Menjilat, memilin, dan mengecup putingnya yang kecil. “Ahh..” keluh gadis perawan itu.

Tangannya meremas-remas rambutku membendung kenikmatan tiada tara yang mungkin baru kini ia rasakan.”Ia kan beginian?” tanyaku sambil menatap wajahnya. “Iii.. iya Om. Namun..” “Memasuki pengin lebih nikmat lagi?” Tanpa menunggu jawabannya saya seketika mengendalikan posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Ia ia nampak tengadah pasrah.Penisku malah telah tidak tabah lagi mendarat di target.

Tapi saya mesti hati-hati. Ia masih perawan sehingga mesti tabah supaya tak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Sesudah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang sudah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Ia dikala kugesek-gesekka­n hingga Renny makin terstimulasi. Kemudian kucoba masuk pelan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurka­n sehingga makin melesak ke dalam.Butuh waktu lima menit lebih supaya kepala penisku masuk seluruhnya.

Nah rehat sejenak sebab ia nampak membendung nyeri. “Saya sakit bilang ya”, kataku sambil mengecup bibirnya sekilas. Ia mengerang. Kurang sedikit lagi saya akan menjebol perawannya.Genj­otan kutingkatkan padahal konsisten kuusahakan perlahan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk. “Auw.. sakit Om..” Renny menjerit terbendung. Saya stop sebentar menunggu liang vaginanya terbiasa mendapatkan penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian saya maju lagi. Saya seterusnya. Selangkah demi selangkah saya maju. Saya hasilnya.. “Ouuu..”, ia menjerit lagi. Saya merasa penisku menembus sesuatu. Wah saya sudah memerawani ia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.

Saya meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Sesudah agak hening saya mulai menggenjot si kecil itu. “Ahh.. ohh.. asshh”, ia mengerang dan melenguh dikala saya mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya malah makin keras.

Mendengar itu saya makin bernafsu menyetubuhi gadis perawan itu. Berkali-kali ia orgasme. Tandanya merupakan dikala kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku. “Nggak sakit lagi kan? Kini terasa nikmat kan?” “Ouuu nikmat sekali Om” Terutamanya saya mau mempraktekkan pelbagai posisi senggama. Namun kurasa untuk kali pertama tidak perlu tipe-tipe dahulu.


Tapi ia mulai dapat merasakan.mengg­erayangi dinding vaginanya yang mulai berair. Lima menit lebih barang kenikmatan.Lain­ kali kan itu masih dapat dilaksanakan. Sekitar satu jam saya menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya.

Saya nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh­ mujur saya ini. “Gimana? Betul nikmat seperti kata Om kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai sesudah sama-sama menempuh klimaks. “Namun takut Om..” “Nggak usah takut. Takut apa sih?” “Hamil” Saya ketawa. “Kan air mani Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong ” Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya.

Saya tersenyum puas dapat meredakan adik kecilku. “Saya pengin nikmat lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar pelbagai gaya melewati CD “. “Saya ketahuan Tante gimana?” “Ya jangan hingga ketahuan dong” Ia dikala kemudian birahiku bangkit lagi.  ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Ia telah tidak menjerit kesakitan lagi.

Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya.Beta­pa nikmatnya memerawani ABG tetangga.

No comments:

Post a Comment