Breaking

Thursday, June 13, 2019

Cerita Seks Ngentot Enak dengan Dosen Binal


WWW.SUPERSEMAR88.BLOGSPOT.COM - Cerita ini berawal pada waktu itu saya lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya dikala itu saya lagi putus dengan pacarku dan memang ia tak tahu diri, telah dicintai bahkan berperilaku, alhasil dari cerita cintaku hanya berumur 2 tahun saja. Waktu itu saya tinggal berlima dengan sahabat satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu cuma saya yang laki-laki. Awalnya saya bilang sama kakak perempuanku, "Telah, saya pisah rumah saja atau kos di daerah", namun kakakku ini saking sayangnya padaku, ya aku tak diizinkan pisah rumah. Kita malah tinggal serumah dengan tiga sahabat wanita kakakku.

Ada satu diantara mereka telah jadi dosen namun di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita seluruh memanggilnya Ibu maklum telah usia 40 tahun namun belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, "Eh, kau akhir-akhir ini kok sering kali ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu.."
"Itu apanya Bu?" tanyaku.

Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu sebab saya sering kali juga curhat sama ia sebab ia telah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Saya mulai cerita,
"Tahu nggak dilema yang kuhadapi? Kini saya baru putus sama pacarku", kataku.
"Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari pekan kemarin murung aja dan sering kali ngalamun sendiri", kata Ibu Vivin.


Itu dekatnya saya sama Ibu Vivin hingga suatu waktu saya mengalami kejadian ini. Entah mengapa saya tak sengaja telah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, saya sedang sakit kepala jadinya saya mangkir dari kuliah. Siang itu pas jam 11:00 siang dikala saya bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, lazimnya apabila siang-siang bolong demikian ini telah pada nggak ada orang di rumah namun kok hari ini kayaknya ada sahabat di rumah nih. Saya pergi ke arah dapur.

"Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?" tanyaku.
"Kau kok nggak kuliah?" tanya ia.
"Habis sakit Bu", kataku.
"Sakit apa sakit?" goda Ibu Vivin.
"Ah.. Ibu Vivin dapat aja", kataku.
"Telah makan belum?" tanyanya.
"Belum Bu", kataku.
"Telah Ibu Masakin aja sekaligus sama kau ya", katanya.

Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita malah segera makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul hingga-hingga kita membahas cerita yang agak beraroma seks. Kukira Ibu Vivin nggak menyukai yang namanya cerita seks, eh tau-taunya ia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita malah telah kian jauh ngomongnya. Pas dikala itu saya ngomongin seputar perempuan yang telah lama nggak menikmati kekerabatan dengan lain jenisnya.

"Apa masih ada gitu kemauannya untuk itu?" tanyaku.
"Sedap aja, emangnya nafsu itu ngenal umur gitu", katanya.
"Oh apabila gitu Ibu Vivin masih punya kemauan dong untuk ngerasain bagaimana kekerabatan dengan lain macam", kataku.
"So pasti dong", katanya.
"Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin", dengan enaknya saya nyeletuk.

"Saya bersedia kok", kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku kian membludak dan entah kapan mulainya saya mulai membatasi tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin keder sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha saya sepatutnya merayu terus hingga ia benar-benar bersedia menjalankannya.
"Okey, sorry ya Bu, saya telah terlalu lancang kepada Ibu Vivin", kataku.
"Nggak, saya kok yang salah mengawalinya dengan meladenimu bicara soal itu", katanya.

Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan keadaan yang kubuat, ia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah telinganya dengan lembut sambil kubisikkan, "Saya sayang kau, Ibu Vivin", namun ia tak menjawab sedikitpun.

Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan seperti itu lembutnya saya merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan saya telah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga ia balas kecupanku. Kans itu tak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, "Aah.. cup.. cup.. cup.." ia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami menjalankannya, namun kali ini ia telah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.

"Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!
Kubisikkan Ibu Vivin, "Vivin kita ke kamarku aja yuk!".
Dengan sedikit agak terkejut juga namun tanpa konfrontasi yang berarti kutuntun ia ke kamarku. Kuajak ia duduk di tepi daerah tidurku. Saya telah tak bendung lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan pelan kubuka kacing pakaiannya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. menawannya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya.

Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. "Ah.. ssh.. terus Ian", Ibu Vivin tak tabah lagi, BH-nya kubuka, terpampang telah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, "Aah.. ssh.." dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri sebab dikala itu ia pas menerapkan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, "Aah.. saya juga telah mulai terstimulus.

Kusikapkan celana pendeknya hingga terlepas sekalian dengan celana dalamnya, hu.. menawannya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, "Aah.. uh.. ssh.. Ian kau kok terampil sih, saya juga telah nggak bendung lagi", sebetulnya memang ini ialah pemula bagi saya, eh ternyata Vivin juga telah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas telah celana pendek sekalian celana dalamku. "Oh.. besar benar-benar", katanya. Kaprah-kaprah 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut ia mengelus zakarku, "Uuh.. uh.. shh.." dengan jitu saya berubah posisi 69, kupandangi sebentar gundukannya dengan pasti dan lembut.

Saya mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, saya berupaya memasukkan lidahku ke dalam lubang genitalianya, "Aah.. uh.. ssh.. terus Ian", Vivin mengerang. "Saya juga nikmat Vivin", kataku. Dengan lembut di gilas habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, "Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang", dengan lahap juga kusapu seluruh dinding lubang genitalianya, "Aahk.. uh.. ssh.." sekitar 15 menit kami menjalankan posisi 69, telah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.


Telah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, dinasehati ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, "Aakh.. sshh.. perlahan-perlahan ya Ian, saya masih perawan", katanya. "Haa.." saya terkejut, benar rupa-ternyata ia masih suci. Dengan sekali dorong lagi telah terasa licin.

Blesst, "Aahk.." teriak Vivin, kudiamkan sejenak untuk menghilangkan rasa sakitnya, sesudah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin sebab baru pertama kali cuma dengan waktu 7 menit Vivin.. "Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. saya ingin keluar Ian", katanya. "Tunggu, saya juga telah ingin keluar akh.." kataku. Tiba-tiba menegang telah lubang genitalianya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tak kuat lagi memuntahkan.. "Crot.. crot.. cret.." banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang genitalianya. "Aakh.." saya lemas habis, saya tergolek di sampingnya.

Dengan lembut ia kecup bibirku, "Kau menyesal Ian?" tanyanya. "Ah nggak, kitakan sama-sama ingin." Kami kencang-kencang berberes-beres agar tak ada kecurigaan, dan semenjak kejadian itu saya sering kali bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan sekiranya di rumah sedang sepi, atau di daerah penginapan jika kami telah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. semenjak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi bibit-bibit cinta, dan sekarang Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.

No comments:

Post a Comment