Breaking

Thursday, June 20, 2019

Cerita Pengalaman Seks Pemerkosaan yang Brutal


www.supersemar88.blogspot.com - Waktu telah larut malam dikala Wiwin dan Anisya pulang jalan-jalan dari sebuah mall di kota Bandung, kota daerah mereka menuntut ilmu pada sebuah PTN terkemuka. Dikala itu kampus mereka sedang wisata semester yang lumayan lama, sehingga banyak di antara sahabat-sahabat mereka yang memilih pulang kampung, melainkan bagi Wiwin dan Anisya lebih memilih untuk konsisten tinggal di kota Bandung sebab tak banyak yang bisa mereka kerjakan untuk mengisi waktu wisata di Jakarta kota asal mereka.

Hingga di daerah kost mereka kaprah-kaprah jam 10 malam. Dikala itu tempat di sekitarnya telah sepi begitupula di dalam kost-kostan sebab seluruh penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu wisata kuliah mereka, dan sekarang tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau umur mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab sebab kecuali mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.

Wiwin dikala ini berusia 26 tahun, sementara Anisya baru berusia 18 tahun. Keduanya mempunyai wajah yang menawan, Wiwin dengan format badan yang berukuran sedang kelihatan anggun dengan penampilan kesehariannya, padahal Anisya mempunyai tubuh yang imut dan wajah yang mungil-mungil. Banyak pria yang berminat terhadap mereka berdua, sebab bukan saja mereka menawan dan piawai, melainkan mereka juga pintar dalam bergaul dan ringan tangan. Akan melainkan dengan halus pula mereka menolak beragam ajakan yang mau menghasilkan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.

Wiwin dikala ini lebih memilih berfokus untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anisya yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus hal yang demikian lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura.

Setibanya di kost, Wiwin lantas menuju ke kamar kost dan membuka pintu, padahal Anisya mampir dahulu ke kamar mandi yang berlokasi agak jauh dari kamar kost mereka. Sesudah membuka kamar, Wiwin demikian itu kaget saat dipandangnya kamar mereka telah semrawut seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Wiwin telah dipukul dari belakang hingga pingsan.


Wiwin tak tahu apa-apa hingga tubuhnya digoncang-goncang seseorang sampai tersadar dan menemukan dirinya telah dalam situasi terikat di bangku daerah lazimnya ia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tak bisa bersuara. Belum lagi lama ia siuman, matanya terbelalak saat memperhatikan panorama di sekitarnya, dia memperhatikan dua pria di depannya. Tak memerintahnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berbulu gondrong ia cuma mengenakan celana jeans kotor, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berbulu acak-acakan juga cuma mengenakan celana jeans.

Wajah mereka khas, umur mereka sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam situasi tertutup rapat, jendela bahkan yang tadinya agak sedikit terbuka sekarang sudah tertutup rapat. Sebab sebagian lama kemudian mata Wiwin kembali terbelalak dan mau menjerit, sebab kedua orang itu rupanya dikenalnya. Tak membangunkan ia bernama Asan dan satu lagi bernama Thomas atau kerap dipangil Liem. Mereka berdua merupakan sahabat dari Henry pemilik kost yang kerap nongkrong di daerah itu, profesi mereka tak terang.

Memang sebagian waktu yang lalu Wiwin dan Anisya dipersembahkan oleh Henry terhadap Asan dan Liem. Namun dengan separuh memaksa Henry, Asan dan Liem mau dipersembahkan dengan Wiwin dan Anisya yang waktu itu baru pulang dari kampus. Diam mereka berdua berminat dengan kecantikan Wiwin dan Anisya. Akan melainkan ternyata cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Wiwin dan Anisya lebih kerap menghindar untuk bersua dengan Asan dan Liem. Dan yang membikin hati Wiwin menjerit dan panas merupakan demikian itu sadar sepenuhnya dan mengenal Asan sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Anisya yang dikala itu telah tinggal menerapkan BH dan celana dalamnya saja yang berwarna putih.


Anisya sambil menangis memohon-mohon meminta dilepaskan, air matanya sudah membasahi wajahnya yang menawan itu. Setelah si Asan yang badannya jauh lebih besar itu tak menghiraukannya, ia mulai meremas-remas payudara Anisya yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbalutkan BH itu, kemudian menjilati leher Anisya.
Pria itu lalu berkata, “Dia, jangan tipe-tipe atau kupatahkan lehermu, nurut saja bila berkeinginan selamat..!”
Sesudah itu dilibasnya dengan rakus bibir menawan Anisya dengan bibirnya, “Hmp.., cup.., cup..,” begitulah bunyinya dikala kedua bibir mereka bertarung.
Air liur bahkan hingga menetes-netes keluar, ternyata lidah Asan bermain di dalam rongga mulut Anisya.

Sementara itu Liem yang berada di samping Wiwin berkata terhadap Wiwin, “Hei, elo telah bangun ya, sahabat elo ini boleh juga, gue pake ia dahulu ya, baru sesudah itu giliran elo, nah kini elo amati gue bagus-bagus kalo sampe elo nanti engga dapat muasin nafsu gue, mampus deh elo..!” sambil mengelus-elus kepala Wiwin.
Wiwin berkeinginan berontak tetapi tak bisa bertindak apa-apa, Wiwin bahkan mulai pucat.

Lalu Asan yang masih memangku Anisya menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, “Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-berbahagia!”
Beberapa memerintah Anisya berlutut di depannya dan memerintahnya membukakan celana jeans kotornya, lalu mengulum batang alat vitalnya.
Sambil menangis Wiwin memohon belas beri, “J.. ja.. angan.. bantu jangan perkosa aku, ambil saja seluruh barang di sini!”
Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakk..!” si Asan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.

Dengan paksa Anisya dihasilkan berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!”
Terpaksa dengan putus hasrat dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisya membuka celana Asan dan demikian itu ia menurunkan celana dalam Asan tampaklah alat kelamin Asan yang sudah membesar dan menegang. Tanpa buang waktu Asan seketika memasukkan alat vitalnya itu ke mulut Anisya yang imut itu. Batang alat vitalnya tak bisa sepenuhnya masuk sebab terlalu besar, dengan kasar ia memaju-mundurkan kepala Anisya.
“Hhmpp.., emphh.. mpphh..!” begitulah bunyi Anisya dikala mulutnya dijejali dengan alat kelamin Asan.

Liem juga tak tinggal membisu, ternyata nafsu sudah memenuhi otaknya, sesudah ia melepas celana jeansnya ia berdiri di samping Anisya, memerintah Anisya mengocokkan batang alat vitalnya yang juga sudah membesar dengan tangan. Batang alat kelamin Liem tak sebesar sahabatnya, tetapi diameternya cukup lebar layak dengan tubuhnya. Setelah Anisya dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali alat kelamin Asan dan tangan kanannya mengocok batang alat kelamin Liem.
“Emmhh.. benar-benar nikmat emutan gadis menawan ini, lain dari yang lain..!” kata Asan.
“Iya, kocokannya juga nikmat banget, tangannya halus nih..!” timpal Liem.

Setelah lama kemudian kelihatan tubuh Asan menegang, segala badannya mengejang, dan, “A.. akh..!” Asan alhasil berejakulasi di mulut Anisya.
Cairan putih kental memenuhi mulut Anisya menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisya terpaksa meminum semuanya sebab takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Asan di kepalanya.

Sesudah itu mereka melepas BH dan CD Anisya, sehingga ia benar-benar telanjang bulat kini, tampaklah payudara dan bulu-bulu alat vitalnya yang masih halus dan jarang.
“Waw menawan sekali anjing ini.” ujar Liem sambil memandangi tubuh komponen dada dan bawah Anisya yang sedang terisak-isak ketakutan.

Beberapa ini Liem duduk di pinggir ranjang dan memerintah Anisya berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang alat kelamin dengan tangannya. Anisya terpaksa menuruti keinginan Liem itu sambil terkadang dipaksa untuk menjilati ujung batang alat vitalnya, sehingga Liem mendengus keenakan. Sementara itu si Asan mengambil posisi terbaring di bawah alat kelamin Anisya dan menjilati liang vaginanya sambil terkadang menikam-nusukkan jarinya ke liang alat kelamin itu.

Sesudah hampir segala batang alat vitalnya terbenam di dalam liang alat kelamin Anisya, Asan mulai memaju-mundurkan bokongnya, mulai dengan melodi perlahan sampai dengan kencang. Dia bahkan dengan deras membasahi kedua tubuh itu. Setelah dikala kemudian dari jeda-jeda alat kelamin Anisya berderai darah segar bercampur dengan cairan jernih sampai warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisya.
“Aakkh.. aahh.. aa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisya menikmati sakitnya.

Diam teriakan dan erangan Anisya menambah nafsu dan motivasi Asan untuk terus memompakan alat vitalnya dengan keras dan kencang sampai badan Anisya bahkan terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisya cuma pasrah meniru melodi Asan dan kedua tangan Anisya bahkan sekarang telah dilepas oleh Liem.

Selama sebagian menit disetubuhi oleh Asan, tiba-tiba badan Anisya menegang hingga secara refleks ia memeluk kepala Asan yang sedang asyik menggenjotnya. Beberapa ternyata mengalami orgasme hingga alhasil melemas kembali. Asan bahkan menyudahi gerakan memompanya melainkan alat vitalnya masih konsisten tertanam di dalam liang organ intim wanita Anisya.
“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rasanya nikmat engga, jawaabb..!” hardik si Asan sambil menarik rambut Anisya.

Namun takut mereka kian sinting, terpaksa dengan bertetesan air mata Anisya menjawab, “E.. e.. nikmat, nikmat sekali..!”
“Jawab lebih keras agar sahabat loe dengar pengakuan loe..!” kata Liem.
“I.. iya, s.. aku menyenangi sekali bercumbu.” jawabnya dengan bunyi terbata-bata.
“Tuh, kau dengar kan, apa kata sahabat elo, ia menyenangi dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Wiwin yang cuma bisa meronta-ronta sambil menangis di tempat duduknya.
Hatinya benar-benar serasa berkeinginan meledak tetapi ia tak bisa bertindak apa-apa.

Kemudian si Asan mencabut alat vitalnya dan membikin posisi badan Anisya gaya posisi anjing, ia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke bokongnya Anisya sampai terbenam seluruhnya.
Namun rasa perih dan sakit yang tak terhingga, karenanya Anisya berteriak memilukan, “Aaakkhh..!”
Lalu ia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh kekuatan dihujamkannya benda panjang itu di bokong Anisya sampai membuatnya tersentak terkejut dan kesakitan hingga matanya membelalak.

“Ooughh..!” Anisya mendengus keras membendung rasa perih dari lubang anusnya, segala badannya kembali mengeras lolongannya bahkan kembali terdengan memilukan, “Aahh.. ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”
Sekarang Asan meyodomi Anisya dengan melodi yang keras dan kencang sampai Anisya menggelepar-gelepar, dan badannya sekarang mulai melemah dan habis pengaruh digenjot oleh Asan.
Sebab sebagian lama Asan alhasil mencabut alat vitalnya dari lubang anus Anisya dengan kasar. Kembali darah segar berderai deras dari liang anus Anisya, sementara Anisya tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, “Aahh..!”
Hasilnya Asan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Sekarang ditelentangkannya Anisya dan kembali Asan meniduri Anisya dan memasukkan kembali batang alat vitalnya ke lubang organ intim wanita Anisya yang sudah lemas itu, dan kembali Asan menggenjot tubuh lunglai itu.

Sebab lama Asan bahkan berejakulasi di rahim Anisya. Lolongan kepuasan keluar dari mulut Asan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu sampai meluber keluar dari jeda-jeda alat kelamin Anisya. Anisya bahkan merintih lirih, dan alhasil berbarengan dengan itu Anisya bahkan pingsan sebab kehabisan kekuatan dan rasa sakit yang tak terhingga.

Dengan perasaan puas Asan bahkan merebahkan badannya di samping Anisya yang terkapar tak bergerak.
“Sekarang gue perawanin juga elo. Dasar cewek angkuh..!” ujarnya sambil mengehela nafas dan melirik Anisya.

Sebab itu sekarang Liem yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Wiwin yang masih terikat lemas di tempat duduknya.
“Hei, sahabat elo boleh juga tuh. Nah, kini giliran elo yang servise gue. Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tetapi elo menghindar melulu. Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo. Buat gue itu engga soal, kini gue hanya berkeinginan perkosa elo. Udah gitu elo bebas, tetapi kalo elo berontak, Mati elo..!”
“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Wiwin sampai Wiwin yang masih diikat di bangku itu terjatuh bersama tempat duduknya.
“Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Wiwin berteriak.


Kemudian ia menarik dan meletakkan tubuh Wiwin mengembalikan ke posisi semula. Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu ia merobek-robek pakaian t-shirt lengan panjang yang dikenakan oleh Wiwin. Tepat Wiwin tersentak saat dengan kencang Liem dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan yang dikenakannya. Setelah Wiwin cuma menerapkan celana dalamnya yang berwarna putih serta sepasang t-shirt kaki putih setinggi lutut yang senantiasa dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di daerah duduknya.

“Hmph.., hmph..!” Wiwin meronta sambil melihat Liem dengan putus hasrat, matanya memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya pucat pasi.
Namun ia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, merupakan sebagai pemuas nafsu bejat.
“Diem brengsek..!” kata Liem, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Wiwin, membikin kepala Wiwin tersentak.

Kemudian dia membuka ikatan Wiwin dan membantingnya ke daerah tidur dalam posisi tengkurap, dan sesudah itu ia merentangkan kedua tangan Wiwin serta melebarkan kedua kaki Wiwin sampai posisi Wiwin sekarang seperti orang merangkak. Wiwin cuma bisa pasrah meniru keinginan Liem. Sebab di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu lazimnya dipakai Wiwin dan Anisya untuk bersolek sebelum pergi kuliah.

Leim lalu merobek celana dalam Wiwin dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Setelah Wiwin bisa memperhatikan dirinya via cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dipandangnya Liem sedang mengagumi dirinya.
“Namun bener! Gue menyenangi bokong lo. Lo bener-bener oke!”
Liem menampar bokong sekal Wiwin yang sebelah kiri yang membikin Wiwin menjerit terkejut.

Lalu tanpa menunggu lagi, Liem yang mulai dirasuki nafsu sex menunjukkan penisnya yang telah keras. Liem cuma memperbolehkan topi yang masih konsisten membungkus kepala Wiwin dan sepasang t-shirt kaki putih yang masih dikenakan Wiwin, mungkin ini bisa membikin nafsu Liem kian menjadi. Namun memang dengan mengenakan topi, wajah Wiwin jadi kelihatan menawan dan lucu seperti komentar kebanyakan sahabat-sahabatnya.

Kemudian Liem menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Wiwin via belakang.
“Ooh.., ampun Pak Liem. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Wiwin mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.
Sambil menoleh ke belakang dan melihat Liem, Wiwin mencoba untuk minta belas kasihan. Dikala air mata meleleh dari matanya. Hasilnya Liem terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.

Liem tak perduli Wiwin memohon-mohon. Badung penisnya kemudian menelusuri belahan bokong Wiwin, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanya. Sesudah tangan si Liem membatasi pinggul Wiwin, dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju.
“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!” Wiwin menjerit-jerit saat penis Liem mulai membuka bibir vaginanya dan mulai menjelang lubang alat vitalnya.
Kaki Wiwin mengejang membendung sakit saat penis Liem terus menembus masuk tanpa ampun menikam-nusuk selaput daranya.

Bibir tebalnya menganga menyusun huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan, “Oohh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!”
Badannya bahkan tersodok-sodok. Liem terus bergerak memompa maju mundur memperkosa Wiwin. Sekarang kepala Wiwin terjatuh lunglai kesakitan, ia menarik kepala Wiwin sehingga kepalanya kembali terangkat dan Wiwin kembali bisa memperhatikan dirinya disetubuhi oleh Liem via cermin di depannya.

Setelah-kadang Liem menampar bokong Wiwin berulang kali, juga dipandangnya payudara Wiwin yang tersentak-sentak tiap-tiap kali Liem menyodok penisnya ke dalam organ intim wanita Wiwin dan ia cuma bisa pasrah mengerang-ngerang dan merintih. Tiba-tiba Liem mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Wiwin lantas meronta dan berlari menuju pintu, berkeinginan seseorang akan memandangnya meminta bantu, biarpun dirinya telanjang bulat.

Setelah tiba-tiba Asan yang rupanya telah pulih khususnya dulu menyambar pinggangnya sebelum Wiwin hingga ke pintu depan.
“Ahh, bantu! Tolompphh..,” teriakan Wiwin dibungkam oleh tangan Asan, sementara itu Liem mendekat dan memukul Wiwin dengan keras.
Wiwin bahkan jatuh terjelembab ke lantai.
“Dasar Dia ya..!” ujar Liem.

Kemudian Liem mengikat tangan Wiwin menjadi satu ke depan. Sesudah itu, Wiwin disokong sampai terjatuh di atas lutut dan sikunya. Setelah Liem memasukkan penisnya ke mulut Wiwin.
“Mmpphh..!” Wiwin mencoba berteriak dengan penis yang telah masuk di dalam mulutnya.
Sementara itu Liem dengan hening terus menggerakkan penisnya di mulut Wiwin. Kedua tangan Liem membatasi kepala Wiwin dengan kencangnya menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Wiwin tertutup dan wajahnya memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali dalam seumur hidupnya ia diperlakukan seperti ini.

Sesudah sebagian lama mengocok alat vitalnya di rongga mulut Wiwin, kelihatan petunjuk-petunjuk Liem akan menempuh klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan kepala Wiwin kian kencang.
Dan, “Akkh.. Croot.., croot..!” Liem berejakulasi di mulut Wiwin, air mani yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Wiwin.
Wiwin cuma bisa mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan seluruh air mani yang dimuntahkan Liem tadi, sementara pegangan tangan Liem di kepala Wiwin kian cepat, sehingga susah bagi Wiwin untuk menarik kepalanya.

Sesudah semprotan air mani yang terakhir, barulah Liem mencabut alat kelamin dari mulut Wiwin yang sekarang mulutnya kelihatan penuh dengan lendir memenuhi rongga mulutnya sampai ke bibirnya. Dengan nafas puas Liem mencapakkan kepala Wiwin sampai tengadah di kasur.
“Siap, siap Sayang. Gue musti ngerasain bokong lo yang putih mulus dan sekal ini..!” tiba-tiba terdengar bunyi Asan yang telah berada di samping Wiwin.
Wiwin melihat Asan dengan wajah ketakutan. Beberapa tahu bagaimana Asan memperlakukan Anisya sampai pingsan.

Kemudian Asan menoleh ke Liem yang duduk di belakangnya untuk rehat sesudah klimaks tadi.
“Ja.. jangan, jangann.. Bang Asan.. aku nggak berkeinginan diperkosa di situ Bang..! Ampun Bang. Rasanya ssakit.., kasihani aku Bang..!” ujar Wiwin memelas terhadap Asan.
“He Anjing. Gue tetep nggak perduli lo berkeinginan apa nggak..!”
Asan menarik tubuh Wiwin sampai ia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian ia menempatkan kepala penisnya pas di tengah liang masuk duburnya.

Sesudah itu ia membuka belahan bokong Wiwin lebar-lebar.
“Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Asan. Ampun..! Aakkhh..!”
Asan mulai mensupport masuk, sementara Wiwin mejerit-jerit meminta ampun. Wiwin meronta-ronta tak berdaya, matanya terbelalak, cuma kian menambah gairah Asan untuk terus mensupport masuk penisnya. Wiwin terus menjerit, saat pelan segala penis Asan masuk ke duburnya.
“Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Wiwin, saat Asan mulai bergerak perlahan-perlahan keluar masuk duburnya.

“Buset! Sekarang lo emang sempit banget! Lo emang sesuai buat beginian!” kata Asan sambil mengusap-usap buah bokong Wiwin.
Sementara itu darah segar kelihatan mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
“Bener-bener bokong mutu nomer satu!” omel Asan sambil terus memompa alat vitalnya.

Tangisan Wiwin makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”
Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar membendung rasa sakit yang teramat betul-betul, tubuhnya kian berair oleh keringatnya.
“Namun, gue bener-bener seneng sama bokong lo!” ujar Asan sambil terus menyodomi Wiwin.
Dikala alhasil tubuh Asan mengejan keras, kepalanya menelentang ke atas, cengkraman tangan di pinggang Wiwin bahkan kian keras dan urat-uratnya bahkan sekarang kelihatan tanda sejenak lagi ia akan mencapi klimaksnya.

Asan berejakulasi di lubang bokong Wiwin yang kian kepayahan dan tubuhnya melemah. Asan bahkan dengan menghela nafas lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Wiwin yang juga terjatuh tengkurap badannya lemas dan membendung rasa sakit yang tak terhingga di lubang anusnya yang sekarang mengalami pendarahan.

Dikala yang terdengar dalam kamar kost itu cuma tangisan Wiwin, tangisan yang benar-benar menyayat hati, yang membikin Liem kembali bangkit nafsunya. Liem berjongkok membalikkan tubuh Wiwin yang tadinya tengkurap menjadi tengadah. Kemudian menarik kaki Wiwin, lalu membukanya dan menekuk sampai kedua pahanya meraba buah dadanya.


Sekarang posisi Wiwin sudah siap untuk disetubuhi, Liem meraih penisnya yang sudah kembali tegang dan memeganginya, melihat ke arah Wiwin yang memalingkan wajahnya dari Liem, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan topi kelihatan menawan walau penuh dengan peluh dan air mata. Liem memberi tuntunan penisnya ke organ intim wanita Wiwin, cairan yang keluar dari penisnya membasahi vaginanya, menolong membuka bibir organ intim wanita Wiwin. Wiwin mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya menggeretak, Liem kelihatan merasakan jeritan Wiwin saat ia menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang sudah berair oleh darah dan cairan vaginanya.

“Aahhgghh..!” Liem mulai memperkosa Wiwin.
Kaki Wiwin terangkat sebab kesakitan dan rintihan terdengar dari tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berupaya melawan saat Liem mulai bergerak dengan keras di organ intim wanita Wiwin. Liem menarik penisnya hingga tinggal kepalanya di organ intim wanita Wiwin sebelum disokong lagi masuk ke dalam rahimnya. Liem kian bermotivasi mompakan batang alat vitalnya di dalam rahim Wiwin.

Nafsu sudah membakar dirinya sehingga gerakannya bahkan kian keras, sehingga kian kencang tubuh Wiwin bahkan lemas tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu saat dengan kasarnya dicampakkannya topi yang menutupi kepala Wiwin oleh Liem, sehingga tergerailah rambut menawan seukuran bahu milik Wiwin. Sekarang pada tiap-tiap hentakan membikin rambut menawan Wiwin tergerai-gerai menambah erotisnya gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Wiwin, bibir Liem sekarang dengan leluasa melibas dan menjilati leher tahapan Wiwin yang tak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Wiwin.

Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya bahkan kian kencang dan keras. Wiwin bahkan cuma bisa mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya sudah lemah dan kian kepayahan.
Akhirya badan Liem bahkan menegang dan tak sebagian lama kemudian Liem berejakulasi di rahim Wiwin.  yang dikeluarkannya cukup banyak. Liem kelihatan merasakan semburan demi semburan air mani yang ia keluarkan, sambil merasakan wajah Wiwin yang sudah kepayahan dan lunglai itu.

Liem mengerang kenikmatan di atas badan Wiwin yang telah lemah yang sementara rahimnya mendapatkan semburan air mani yang cukup banyak.
“Aauughh.. oh..!” Wiwin bahkan alhasil tersentak tak sadarkan diri dan jatuh pingsan menyusul Anisya sahabatnya yang khususnya dahulu pingsan.
Badan Liem menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan menikmati kenikmatan itu. Batinnya sekarang puas sebab sudah sukses menyetubuhi dan memperkosa serta merengut keperawanan Wiwin gadis mahasisiwi menawan yang ditaksirnya itu.

Senyum puas bahkan kelihatan di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Wiwin yang tergelatak di bawahnya. Liem bahkan ibarat sudah memenangkan suatu peperangan, alhasil terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Wiwin yang terkapar lemah.

Begitulah malam itu Asan dan Liem sudah sukses merenggut kegadisan dua orang gadis menawan yang ditaksirnya. Waktu bahkan berlalu, fajar bahkan hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tak bergerak. Bekas peluh, cairan air mani kering dan darah mulai kering kelihatan menghiasi tubuh telanjang tak berdaya kedua gadis menawan itu.


Pagi itu dikala Asan dan Liem telah rapih mengenakan baju mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Dikala itu ia bersama Acong sahabat Henry yang juga sahabat Asan dan Liem.
“Hei.., kalian disini ternyata.” ujar Henry.
Dan segera matanya terbelalak saat memperhatikan ke dalam kamar kost dan memperhatikan tubuh kedua gadis telanjang itu terkapar tak bergerak.
“Wah elo-elo abis pesta disini ya..?” tanya Henry.
Tanpa menjawab, Liem dan Asan dengan tersenyum cuma berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.

Dikala Liem dan Asan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik ke belakang. Diam Henry dan Acong telah tak kelihatan lagi dan kamar kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Sekarang ternyata giliran Henry dan Acong yang berpesta merasakan tubuh kedua gadis malang itu.

Memang rupa-ternyata Henry juga memendam cinta terhadap gadis-gadis itu dan kali ini ia dibantu oleh Acong bisa leluasa merasakan tubuh gadis-gadis itu. Kembali tubuh Anisya dan Wiwin yang telah tak sadarkan diri menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong bahkan leluasa berejakulasi di mulut dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya

No comments:

Post a Comment