Breaking

Wednesday, June 19, 2019

Cerita Seks Bercinta Nikmat dengan Tante Lidya


www.supersemar88.blogspot.com - Lega rasanya saya memandang pagar rumah kosku sesudah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menampakkan pukul 21.05 yang berarti saya sudah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang seperti itu menyeramkan. Sesudah memarkir mobilku, bergegas saya menuju ke kamarku dan kemudian segera menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar. Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja saya dikagetkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari bunyi yang telah amat saya ketahui. 

"Ko, loe baru pulang yah?" gelegar bunyi Voni memaksa mataku untuk menatap asal bunyi itu. "iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?" jawabku sewot sambil mengucek mataku. "Ini gue berkeinginan kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung" jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku. Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum saya menyodorkan tangan kananku kearahnya "Hai, namaku Riko" "Lidya" jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku. Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kaprah-kaprah 165 cm, sedangkan dengan postur sedikit montok tapi kulitnya yang putih bersih seakan menutupi komponen hal yang demikian. "Riko ini sahabat bagus gue yang kerap gue ceritain ke kau" celetuk Voni terhadap Lidya. 

"Oh.." "Nah, kini kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan dapat saling memanggil, gue berkeinginan mandi dahulu yah, daag.." kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku. Saya merespon perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lidya. "Indah juga sepupu Voni ini" pikirku dalam hati. "Lidya ke Jakarta buat wisata yah?" tanyaku kepadanya. "Iya, soalnya bosen di Bandung melulu" jawabnya. "Loh, memangnya kau nggak kuliah?" "Nggak, sehabis SMA saya hanya tolong-tolong Papa aja, males sih kuliah." "Rencananya berapa lama di Jakarta?" "Yah.. sekitar 2 pekan deh" "Riko saya ke kamar Voni dahulu yah, berkeinginan mandi juga


" "Oke deh" Sambil tersenyum lagi ia berjalan keluar dari kamarku. Saya melihat punggung Lidya yang berjalan perlahan ke arah kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang menonjol terang dari balik t-shirt putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Sesudah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan cuma dalam sekejab saja saya telah terlelap. "Ko, bangun dong" Saya membuka kembali mataku dan menerima Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku. "Ada apa sih?" tanyaku dengan nada sewot sesudah untuk kedua kalinya dibangunkan. "Kok naik darah-naik darah sih, udah baik gue bangunin. 

Liat udah jam berapa masih belom mandi!" Saya menoleh ke arah jam dindingku sebentar. "Jam 11, emang mengapa kalo gue belum mandi?" "Kan loe komitmen berkeinginan ngetikin tugas gue kemaren" "Aduh Voni.. kan dapat satu hari setelah hari ini.." "Nggak dapat, kan kumpulnya satu hari setelah hari ini pagi-pagi" Saya bergegas bangun dan mengambil kelengkapan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni. "Ya udah, gue mandi dahulu, loe nyalain tuh komputer!" ngentot memek perawan ***** Artikel di layar komputerku sepertinya mulai melarikan diri di mataku. "Edan, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga" gerutuku dalam hati. "Tok.. Tok.. Tok.." suara pintu kamarku diketok dari luar. 

"Masuk!" teriakku tanpa menoleh ke arah sumber bunyi. Terdengar bunyi pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku kesudahannya menoleh juga. Terkejut juga waktu kudapati rupanya yang masuk yaitu Lidya. "Eh maaf, tutupnya terlalu keras" sambil tersenyum malu ia membuka percakapan. "Loh, kok belum tidur?" dengan heran saya melihatnya lagi. "Iya nih, nggak tau mengapa nggak dapat tidur" "Voni mana?" tanyaku lagi. "Dari tadi udah tidur kok" "Gue dengar dari ia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?" "Iya nih, tetapi belum selesai, sedikit lagi sih" "Emang ngetikin apaan sih?" sambil bertanya ia mendekatiku dan berdiri pas disamping kursiku. 

Saya tidak menjawabnya sebab menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di bangku membikin kepalaku berada pas di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, saya bisa memandang lengannya yang mulus sebab ia cuma menggunakan pakaian tidur figur tanpa lengan. Sewaktu ia mengangkat tangannya untuk memberesi rambutnya, saya bisa memandang pula sedikit komponen dari BHnya yang kini berwarna krem muda. "Busyet.. loe harum betul-betul, pake parfum apa nih?" "Bukan parfum, lotion gue kali" "Lotion apaan, bikin terstimulus nih" candaku. "Body Shop White Musk, kok bikin terstimulus sih?" tanyanya sambil tersenyum kecil. "Iya nih beneran, terstimulus gue nih jadinya" "Masa sih? berarti kini udah terstimulus dong" Agak kaget juga saya mendengar pertanyaan itu. "Jangan-jangan ia lagi memancing gue nih.." pikirku dalam hati. 

"Emangnya loe nggak takut kalo gue terstimulus sama elo?" tanyaku iseng. "Nggak, memangnya loe kalo terstimulus sama gue juga berani ngapain?" "Gue kecup loe ntar" kataku memberanikan diri. Tanpa kusangka ia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah bangku daerah saya duduk dengan meja komputerku. "Beneran berani kecup gue?" tanyanya dengan senyum bandel di bibirnya yang imut. "Wah kans nih" pikirku lagi. video bokep Saya bangkit berdiri dari dudukku sambil mensupport kursiku sedikit ke belakang sehingga sekarang saya berdiri persis di hadapannya. Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya saya bertanya " Bener nih nggak naik darah kalo gue kecup?" Ia cuma tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku. Tanpa pikir panjang lagi saya lantas mengecup lembut bibirnya. 

Lidya memejamkan matanya saat mendapatkan ciumanku. Kumainkan ujung lidahku perlahan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang lantas bertaut dan saling memutar saat bersua. Sentuhan erotis yang kudapat membikin saya kian bergairah dan segera menghujani bibir lembut itu dengan lidahku. Sambil terus menjajah bibirnya saya menasihati perlahan Lidya ke ranjang. Dengan mata masih terpejam ia berdasarkan saat kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku kian bernafsu dan lantas saja lidahku bermigrasi daerah ke komponen leher dan turun ke zona dadanya. Sesudah menanggalkan pakaiannya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan lantas saja kulepas seperti itu saya dapatkan. 

Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil lantas terpampang menawan didepanku. Kuremas perlahan dua susunya yang besar tapi sayang tak seperti itu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek. Puting susunya yang imut tidak luput dari serangan lidahku. Tiap saya jilati puting imut hal yang demikian, Lidya mendesah perlahan dan itu membuatku kian terstimulus saja. Entah bagaimana isu penisku yang sedari tadi sudah tegak berdiri tapi terjepit diantara celanaku dan selangkangannya. 

Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, tapi desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menggambarkan ia juga terstimulus membuatku tidak bendung untuk lantas bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak. Tapi saat saya hendak melepas celananya, tiba-tiba saja ia membendung tanganku. "Jangan Riko!" "Mengapa?" "Jangan terlalu jauh.." "Wah, masa stop separuh-separuh, nanggung nih.." "Pokoknya nggak boleh" separuh berteriak Lidya bangkit dan duduk di ranjang. 

Kulihat dua susunya bertumpu dengan anggunnya di hadapanku. "Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa diperintah bobo lagi?" tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung nampak dari balik celana pendekku. Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lidya meloroti celanaku plus celana dalamku sekaligus. Saya cuma membisu saat ia melaksanakan hal itu, pikirku mungkin saja ia berubah pikiran. Namun rupanya ia kemudian menggenggam penisku dan dengan perlahan mengocok penisku naik turun dengan ritme yang teratur. 

Saya menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lidya tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tapi kian lama kian pesat. Nafasku memburu cepat dan jantungku berdebar kian tidak beraturan dibuatnya, sedangkan saya amat kerap masturbasi, tetapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek yaitu yang pertama bagiku, apalagi ditambah panorama dua susu montok yang ikut serta bergoyang sebab gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.


"Lid.. berkeinginan keluar nih.." lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini. "Bentar, bendung dahulu Ko.."jawabnya sambil melepaskan kocokannya. "Loh kok dilepas?" tanyaku terkejut. Tanpa menjawab pertanyaanku, Lidya mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat saya menebak maksudnya, ia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar awam saya temukan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap membendung nafas. Sebelum saya sempat berperilaku apa-apa, ia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang sekarang dibendung dengan menerapkan kedua tangannya. Sedap ini segala urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku malah ikut menikmati kenikmatan yang lebih besar ketimbang kocokan dengan tangannya tadi. 

"Gila nggak Ko?" tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku. "Edan.. nikmat banget Sayang.. terus kocok yang cepat.." Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Seluruh memutar arah ke komponen belakang untuk menikmati bokongnya yang lembut. "Ahh.. ohh.." desahnya perlahan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang kian keras kian membuatku lupa daratan. "Lid.. saya keluar.." Tanpa dapat kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental lantas menyembur keluar dan membasahi lehernya dan beberapa zona dadanya. Aku tubuhku lemas segera dan cuma dapat bersandar di dinding kamar. Saya melihat nanar ke Lidya yang ketika itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Kau menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi ia bertanya "Aku seneng nggak" Saya mengangguk sambil membalas senyumannya. 

"Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni" katanya memperingatkanku sambil menggunakan kembali BH dan pakaiannya yang tadi kulempar entah kemana. "Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kau nggak berkeinginan lagi ngocokin gue" Lidya kembali cuma tersenyum padaku dan sesudah menyisir rambut panjangnya ia malah beranjak menuju pintu. "Gue bersih-bersih dahulu yah, abis itu berkeinginan bobo" ujarnya sebelum membuka pintu. "Thanks yah Lid.. satu hari setelah hari ini kesini lagi yah" balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lidya. Saya memejamkan mata sebentar untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa saya semalam dapat memperoleh kemujuran seperti ini.  tabah saya menunggu satu hari setelah hari ini tiba, siapa tahu rupanya dapat menerima lebih dari ini. Mungkin saja suatu ketika saya dapat menikmati kenikmatan dari lubang surga Lidya, yang pasti saya sepatutnya ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dahulu.

No comments:

Post a Comment