Breaking

Saturday, May 4, 2019

Cerita Seks Skandal Ng3nt0t Ke-enakkan dengan Cewek di Kantor


SUPERSEMAR88.BLOGSPOT.COM - Ini bermula saat aku bekerja di Semarang, ditengah lingkungan orang-orang Chinese yang kebanyakan perempuan, Aku berumur 35 tahun tapi belum menikah dan sudah punya pacar yang jauh tempatnya. Istri bossku itulah yang merenggut keperjakaanku.

Suaminya affair dengan seorang perempuan marketing dari Jakarta. Memang aku seandainya mengamati istri bossku, aku jadi kasihan. Walau sudah punya 3 buah hati melainkan kulihat akhir-akhir ini makin tambah seksi terpenting kedua buah dadanya yang membesar. Aku tahu dia ikut fitness rutin dan body building di salah satu sanggar senam. Mungkin untuk mengimbangi WIL suaminya yang memang benar-benar seksi dan suaranya seandainya telepon, minta ampun, merdu sekali. Makanya bossku sampai klepek-klepek seperti burung tak berdaya.

Bossku orang benar-benar kasar, selalu menang sendiri dan diktator pada istrinya. Tidak malu dia memarahi istrinya di depan karyawannya. Tapi anehnya aku cukup dipercaya. Itu dibeberkan saat bossku menyukai cerita soal keluarganya, buah hati-si kecilnya juga. Aku yang paling dipercaya boleh masuk di rumah, pun di ruang pribadinya. Wah, hebat sekali. Kapan aku punya kamar seperti ini, tempat tidur yang luks dan sedap sekali.


Aku bekerja di kantor, di bagian ekspor dan komputer. Soal komputer aku paling terampil dan berkat keahlianku inilah yang membuatku sukses mendekati wanita yang paling indah dan paling seksi di kantorku. Terus terang aku sekarang punya affair dengan manager keuangan, paling menawan dia di kantorku. Seksi? Bolehlah. Tapi aku benar-benar ingin menikmati seks dengan Cik Sasa. Wuah, aku menyukai membayangkan menggumuli tubuhnya yang seksi. Apalagi seandainya aku mengamati dari belakang.

Paling membuatku tidak tahan. Habis, Cik Sasa punya pantat yang aduhai benar-benar merangsangku. Apalagi seandainya dia memakai celana panjang. Wuah.. kejantananku ini tegang minta ampun sampai maksimum (15 cm dengan diameter 3.5 cm). Aku menyukai membayangkan melaksanakan senggama dengannya dari belakang dengan menungging.

Aku juga ingin menikmati seks dengan adik ipar istri bossku, Cik Nina. Aku terobsesi menikmati tubuhnya yang benar-benar seksi. Adik ipar bossku ini lebih seksi segalanya dibandingi Cik Sasa dan Ima (manager keuangan). Jikalau ke kantor.. wah selalu berpakaian seksi dan ketat. Porsi Tubuhnya sungguh luar awam indah ditambah buah dada besarnya yang berukuran 36 kali. Wah aku ngiler seandainya dia menemuiku dan bicara soal dunia online dan komputer.

Wangi-wangian tubuh dan polah tingkahnya benar-benar menantangku. Aku juga ingin menikmati tubuh Cik Nia. Cik Nia karyawan di bagian pemasaran. Aku baru sampai pegang-pegangan tangan saja dengan Cik Nia. Rambutnya sebahu, aku paling menyukai dengan kedua buah dadanya yang besar juga.

Dengan Ima, aku baru sampai pegang paha dan cubit bagian atas buah dadanya dan dia diam saja atau membalas manja seandainya kami naik kendaraan beroda empat. Dengan Cik Sasa, aku baru sampai pada tahap pegang-pegang tangan dan pinggang saat aku mengkoreksi pakaiannya yang seksi (meskipun aku pengen membatasi pinggang dan tubuhnya) tiga minggu lalu. Cik Sasa merupakan peragawati di kantorku. Tapi bak durian runtuh, aku malah bisa menikmati tubuh istri bossku yang tak pernah kuduga.
Dengan kekasihku sekarang, aku belum pernah melaksanakan kekerabatan seks. Paling bercumbu sampai aku telanjang dan dia tinggal CD-nya saja. Kuharap ini kekasihku yang terakhir. Terus terang aku ingin menikahinya. Makanya aku tahan seksku padanya sampai pernikahan nanti.

Dua bulan lalu, kira-kira jam 9 malam, aku ditelepon istri bossku untuk menemuinya di hotel Santika. Dari suaranya, pasti ada keadaan sulit dengan suaminya. Hampir jam 10 malam aku baru sampai di lobby hotel. Dari lobby, aku kontak Cik Ling dan memberi rekomendasi aku via lift dari basement dan seketika masuk ke kamarnya. Aku turun ke bawah (basement) dan dari sana aku dengan lift naik ke lantai 6.

Aku memencet bel kamarnya dan dibuka oleh Cik Ling sendiri yang memakai t-shirt dengan bukaan rendah dan celana pendek. Wah, aku terkesiap mengamati bukaan dadanya yang makin montok sehingga membuatku berdaya upaya yang bukan-bukan dengannya. Di kantor, seandainya aku menghadapnya (Cik Ling juga direktur keuangan) aku seolah diperkenankannya mengamati belahan dadanya. Bukannya ditutup (mestinya bisa) dengan blasernya, melainkan blaser diregakkan saja dan dibuka lagi seolah membiarkan kedua belahan dadanya untuk kunikmati. Belahannya putih agak kecoklatan dengan leher panjang. Wah.. aku menelan ludahku sendiri.

Aku dipersilahkannya masuk dan duduk.
“Dimana koh Edward(suaminya), Cik..” kataku.
“Ooo suamiku ke Jakarta,” katanya.
“Ada apa sih Cik kok malam-malam seperti ini?” Tanyaku.

Cik Ling mengambil dua minuman coke dan mematikan Layar kemudian duduk di layar kaca (dia menariknya ke arah tempat tidur) agak mengahadapku. Cik Ling menerahkan Coke padaku dan aku minum hampir setengahnya. Cik Ling mulai saya dan aku bertanya lagi, “Ada apa Cik?”. Dengan saya tangis Cik Ling membendung WIL suaminya yang di Jakarta. Cik Ling memang sudah tahu perselingkungan suaminya itu.

Tadi sebelum ke Jakarta, Cik Ling pesan telah Ko Edward hati-hati. “Kurang apa sih aku ini,” katanya. “Aku istri saya, memberikan padanya tiga buah hati.” Cik Ling menikah benar-benar muda dengan tiga buah hati. Hati yang bungsu sudah kelas 1 SD. “Aku juga ikut senam dan ikut tubuhku tambah seksi,” katanya melanjutkan sambil menangis. “Sejak suamiku punya WIL, aku diperkenankannya merana dua tahun terakhir ini,” lanjutnya sambil menangis.

Aku terpaku mendengar itu saya, tidak tahu apa yang tidak kukerjakan. Apalagi saat dia tambah menangis keras. Kedua tangannya menutup wajahnya yang tertunduk. Wah, untung ruangannya kedap dan terkunci. Aku menarik kursiku untuk duduk lebih dekat kutarik kursiku dan duduk lebih dekat dengannya.

“Cik,” kataku memecah kesunyian. “Cik Ling ia ya? Pasti ini tabah Puber ke dua,” kataku. Aku memberanikan membatasi pundaknya dan kepalanya. Cik Ling terdiam mendengar perkataanku seolah memegang. Ko Edward sekarang telah berusia 45 tahun sementara Cik Ling baru berusia 37 tahun, terpau 8 tahun. Jadi memperbaiki puber kedua kurasa membaca buku psikologi yang pernah kupelajari.

Cik Ling memandangiku sesudah dan kemudian meledak tangisnya dan ya ampun, dia merebahkan kepalanya di pahaku. Aduh, mati aku. Aku nggak bisa saya sesuatu yang bergerak mengeras di balik celanaku. Kuelus lagi kepalanya dan membendung sebagian meluncur dari mulutku sementara pikiranku nasihat-nasihat. Apalagi aku bisa mengamati belahan pungungnya (memperhatikan karena t-shirt rendah).

“Kok nggak karena BH,” batinku. Kuelus-elus kepalanya dan kulihat tangisnya telah mereda meski sesungguhnya masih belum. Karena aku tidak tahan dengan tahan di dadaku, aku telusurkan saja tanganku ke arah punggungnya yang terbuka bagian atas. Aku saya itu sudah benar-benar sengaja benar-benar dengan takut-takut. Oh my God, Cik Ling diam saja saat aku benar-benar.

Kuelus leher belakang, kepala belakangnya dan kuberanikan mengangkat kepalanya dengan membatasi kedua pipi dan memegang dari samping. “Cik Ling,” kataku sambil mata kami berpandangan. Kuambil saputanganku dan kulap air matanya. “Bibirnya alat pendengarannya sekali,” pikirku. Saya kali pertama aku saya sedekat ini, apalagi dia merupakan direktur keuanganku. Kami berpandangan dan ya ampun, dia memejamkan matanya dan membuka sedikit mulutnya. Aku ingat kekasihku seandainya kami seandainya bercumbu, dia pejamkan matanya dan bibirnya dibuka sedikit.

Kasihan Cik Ling, aku pikir pastilah suaminya sudah lama sekali tidak menjamahnya, menyetubuhinya. Karena karena itu datang, kuraih saja bibir Cik Ling. Kukecup membendung kali sebelum sebagian aku mengulum bibirnya dan Cik Ling membalasnya. Oh God, aku saya durian runtuh malam ini. Pikiranku sudah dipenuhi dengan tahan dan ingin menikmati tubuh Cik Ling di Hotel Santika malam ini. Ahh, lembut sekali bibirnya, kami menikmatinya dan lidahnya, lidahku menikmati-nari. Kujilat lehernya yang menawan dan panjang sambil membatasi tangannya dengan tanganku. Ahh, Cik Ling kegirangan menyambut cumbuanku.

Saya pasrah. Apalagi saat tanganku mulai merambati pinggang dan menggapai kedua bukitnya, kuelus dari luar dikala yang tanpa BH itu. Aku menikmati sementara mulutku menikmati lehernya dan turun lagi menyusuri dada atasnya. Cik Ling mendesah-desah dan mendesis kegirangan. kami lalu berperlukan dan mendampingi Cik Ling menekan tombol untuk menyalakan musik. Kami berperlukan lama sambil berdiri memutari meniru musik instrument.

“Aku milikmu Jo, malam ini.” kata Cik Ling memecah kesunyian. Aku dipanggilnya dengan Jo, seperti yang saya dia lakukan di kantor. Saya berkata ia sambil tangannya melepas celanaku, bajuku dan saya yang semua padaku. Aku telanjang di depannya. Didekapnya aku, saya dan elusnya batang kejantananku yang sudah mengejang keras. Jantungku serasa lepas. Lalu kami telah lagi. Aku membalikkan tubuhnya dan kucumbui Cik Ling dari belakang. Mulutku menikmati lehernya, punggungnya, pipinya, memegang dan dilingkarkannya tangan Cik Ling di kepalaku, kulumat bibirnya.

Tanganku meremas kedua bukitnya dengan lembut dan ikut gumpalan itu makin mengeras. Cik Ling menggeliatkan tubuhnya, melengkung ke depan. Ahh, membikin yang panorama kulihat. Kulepas t-shirt merahnya dan t-shirt betapa kulihat buah dada Cik Ling, masih cantiknya dan cukup besar, puntingnya berwarna pesat benar-benar ranum dan membuatku lebih benar-benar untuk memetik kedua buah dadanya yang siap panen dan kunikmati dengan mulutku.

Kubiarkan Cik Ling menikmati sensasi-sensasi yang kustimulasikan pada tubuhnya. Cik Ling membiarkan aku meremasi lembut kedua buah dadanya. Kuamati Cik Ling yang sedang memejam matanya dan ngeliat ke depan. Aku ingin menelanjanginya. Kutarik celana pendeknya ke bawah, namun Cik Ling sendiri melepaskannya. Aku sekarang mengamati gundukan pink di balik celana dalamnya. Kuraba gundukan itu dan Cik Ling bertambah menikmati dengan desah dan geliatnya. Kustimulasi dengan kedua tanganku sesaat dan sebagian tanganku kumasukkan ke celana dalamnya, kulepaskan dan sekarang aku benar-benar mengamati Cik Ling telanjang di dekapanku.
“Saya Cik,” kataku.


“Iya, aku sudah nggak tahan Jo. Aku benar-benar menikmati cumbuanmu sampai sekarang, dan aku ingin berharap membuatku terpuaskan Jo. Ayo lakukanlah..” Pinta Cik Ling dengan manja padaku.

“Tapi Cik.. aku..” aku ingin katakan bahwa aku belum pernah benar-benar pada wanita.
Gelora tahan di dadaku memuncak dan batang kejantananku sudah tidak tertahankan lagi. Cik Ling kupeluk erat dan membiarkan kepalanya bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali Cik Ling ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya. Kukecup memegang dan Cik Ling benar-benar menikmati sensasi gelora seks yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Cik Ling berhadapan denganku. Aku mencumbuinya lagi. Saya mulutku menelurusi leher dan dadanya.

Aku hampir tidak tahan saya geliat tubuhnya. Apalagi saat aku sampai di dadanya. Ahh, aku benar-benar menikmati kedua buah dadanya. Kuputar lembut dan ikut Cik Ling membusungkan dadanya sehingga aku saya leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin ikut birahiku meledak-ledak. Kupaguti bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua puntingnya bergantian dan ikut tubuh Cik Ling makin menggeliat dan sebagian aku tidak kuat lagi saya tubuhnya, kubiarkan terjatuh di tempat tidur.

Kubiarkan Cik Ling makin ke tengah tempat tidur, aku memandangi tubuhnya yang panorama. Cik Ling ikut gerakan-gerakan yang membikin letupan menggambarkan sehingga membuatku benar-benar benar-benar. Apalagi saat dibukanya kedua kakinya dengan diangkat pahanya. Saya menggairahkan. Kulihat gundukan hitam di puncak selangkangannya. Malam ini, pastilah akan menjadi malam pertamaku menyetubuhi wanita dan Cik Ling lah yang akan membuatku tidak perjaka lagi. Saya tekadku malam ini. Aku ingin memberinya kesan dan sensasi yang mendalam berharap diriku.

Kudekati tubuh Cik Ling dari samping. Tangannya menarikku. Kucumbui Cik Ling lagi. Aku mencumbuinya dari atas ke bawah dengan tubuhku merambat di atasnya. Kunikmati kedua bukitnya dengan leluasa dan tanganku menggapai kedua kakinya menikmati liang senggamanya, ikut Cik Ling menggeliat mendesah lagi. Kutelusuri perutnya sebagian aku sampai di liang senggamanya. “Oh, wangi sekali,” pikirku. Tapi belum sempat aku saya lebih lanjut, diraihnya batang kejantananku dan dikulumnya. Aku mendesis kenikmatan.

Disedotnya batang kejantananku saya masuk penuh di mulutnya. Ohhh, ini pertama kali aku menikmati kenikmatan kejantananku diisap wanita. Saya nikmatnya sampai aku saya bisa berkata “Ooohh Cik.. ahh..” dan pinggulku tergoyang-goyang memutari sensasi yang Cik Ling berikan meniru batang kejantananku.
“Oooh Cik, melewati nggak kuat, seandainya keluar Cik,” kataku.

Tapi tak ada sahutan. Yang ada saya hisapan dan kuluman yang makin ikut batang kejantananku mengeras. Aku mencoba saya diri dengan menikmati liang senggamanya dengan mulutku. Ia aku tidak tahan dan kumuntahkan tahan hangatku penuh di dalam mulut Cik Ling. Aku terdiam.. inikah namanya orgasme? Kulihat Cik Ling benar-benar menikmati dengan apa yang baru saja terjadi.

“Thanks ya Cik,” kataku. Dia hanya tersenyum tipis dan memelukku. Kucumbui lagi Cik Ling dan aku sungguh-sungguh menyukai menikmati kedua buah dadanya dengan putingnya yang ranum. Hal ini membuat Cik Ling bergelinjang kenikmatan. Apabila mulutku memaguti dan menggulumi yang kiri, tangan kananku meremas lembut yang kiri, seperti itu sebaliknya. Aku seperti bayi yang menikmati ASI dari samping. Kulihat gerakan kakinya yang merangsangku. Tanganku lalu merayap ke senggamanya sambil mengulum putingnya dimulutku. Cik Ling makin menikmati permainanku ini. Kuelus liang senggama dan sekitarnya, membuat gerakan kakinya membuka lebar, semakin lebar menantiku menyetubuhinya.

Kurasakan liang senggamanya yang makin membasah dan alhasil saat kedua kakinya masih mengangkang, aku bergerak dan berada diantara kedua kakinya. Kupandangi liang senggamanya dan kunaikkan kaki kirinya, aku menciumi pahanya lembut menukik ke bawah dan alhasil aku mencumbui liang senggamanya. Rambutku diremas dan kepalaku ditekannya, kudengar desahnya yang kian keras. Kedua kakinya terbuka lebar di depanku. Aku sungguh-sungguh menikmati liang senggamanya. Ini kali pertama aku mencumbui liang senggama wanita. Aku mulai merasakan cairan dan membuatku makin terstimulus dan Cik Ling memintaku agar aku lantas menyelesaikannya.

Ditaruhnya kedua kakinya di pundakku dan batang kejantananku yang sudah kembali menegang kutuntun memasuki liang senggamanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit dan kuputarkan di seputar liang senggama Cik Ling yang membuatnya melenguh kenikmatan sejadi-jadinya. Aku memasukkan lagi dan lebih dalam lagi dan alhasil tertanam penuh di liang senggama Cik Ling. Kupegangi kedua tangannya, aku diam sejenak merasakan sensasi kenikmatan di sekeliling batang kejantananku, lalu kugoyangkan lembut sementara mulutku menikmati kedua puting susunya bergantian.

Aku terus menggoyang lembut di seputar dinding alat kelaminnya. Aku merasakan Cik Ling mau orgasme. Kupercepat goyanganku dan kudengar suara teriakan tertahan, tubuh Cik Ling mengejang dan menjepit batang kejantananku kuat-kuat. Seketika itu aku merasakan spermaku mau keluar lagi. Alhasil aku menikmati saat akhir yang sungguh-sungguh menggairahkan. Cik Ling mencapai orgasme, juga aku. Aku merasakan sungguh-sungguh kenikmatan. Aku tidak perjaka lagi.

“Thanks ya Cik,” kataku. Kukatakan itu saat aku mengecup alat pendengarannya, bibirnya, dahinya dan menelusuri lehernya juga dadanya yang meninggalkan warna kemerahan. Tangannya masih agak menggelepar di kanan kiri seperti pelepasan.

“Cik, ini kali pertama aku menyetubuhi wanita,” kataku melanjutkan. Cik Ling tersentak dan aku meyakinkannya.

“keperjakaanku direbut Cik Ling malam ini lah,” kataku sambil mengecup pipinya.

Aku dipeluknya erat lagi dan aku membalasnya. Malam itu aku tidur di hotel sampai pagi dengan kehangatan tubuh Cik Ling di pelukanku. Rasanya tubuh Cik Ling menjadi selimut hangat buatku. Pagi-pagi aku pulang ke rumah dan masuk kerja seperti lazimnya walau aku merasa ngantuk. Namun aku minum obat penguat agar tidak ngantuk dan ternyata cukup kuat menahan rasa kantukku. Apalagi juga dengan kedatangan Cik Ling. Senyumnya sungguh beda. Aku menyukai. Dan lagi-lagi aku sungguh-sungguh tertarik dengan kedua buah dadanya yang pagi itu terlihat lebih mempesona buatku. Cik Ling sepertinya bangga. Aku diteleponnya dari ruangannya dan berkata terima kasih dan bersuka ria karena dapat membuatku tidak perjaka lagi.


“Edan!” Pikirku. Pengalaman dengan Cik Ling membuatku makin terobsesi menikmati tubuh gadis dan istri orang di kantorku. Aku mau menikmati tubuh Cik Sasa. Aku mau menyetubuhi Ima, Nia dan Cik Nina adik ipar Cik Ling.

Edan! Ketika aku menulis tulisan ini, aku sudah makin jauh dengan Nia. Dia istri Mas Budi. Aku mau menikmatinya. Dan sudah kurencanakan di hotel dekat dengan rumahnya. Aku sudah belikan dia daster hitam untuk dipakai nanti dan dia menerimanya dengan menyukai hati. Ada hotel berbintang disana.

Sementara dengan Cik Ling, aku masih terus berhubungan. Yang paling gila yakni aku menyetubuhinya di rumahnya sendiri, di sofa di ruang multimedia. Dia memanggilku ke sana saat suaminya ke luar negeri dua minggu lalu. Karena memang aku mahir komputer dan multimedia. Jadi Cik Ling memakai alasan itu. Aku menyetubuhinya berkali-kali dan Cik Ling mengajariku beragam posisi. Aku menyukai posisi dogy style, meski sudah kurencanakan mau kuterapkan nanti untuk Cik Sasa.. entah kapan, melainkan menjanjikan.

No comments:

Post a Comment