Breaking

Wednesday, May 1, 2019

Cerita Seks Karaoke Berujung Ngentot Nikmat



SUPERSEMAR88.BLOGSPOT.COM - Cerita pertama Aku seputar kekerabatan Aku dengan karyawan Operator warnet Aku yang bernama Tina. Ia masi kuliah di sebuah PTS, dan ketika itu Dia telah semester 7. Sebab merasa kekurangan untuk mencukupi hidup sehari-hari Ia Sambil berprofesi part-time di warnetku.

Kami cukup dekat, dan tak jarang kami mengerjakan kekerabatan badan. Walaupun demikian itu, Kami tak menjalin kekerabatan khusus, sebab Saya telah mempunyai Kekasih sendiri diluar kota. Cuma saja Tina yang sepertinya benar-benar cinta kepadaku, meskipun Saya cuma butuh tubuhnya untuk pelampiasan nafsuku saja.

Tina berdarah campuran Jawa dan Tionghoa, Kulitnya agak cokelat sebab Dia tak jarang beraktifitas diluar, namun komponen dalam tubuhnya masih benar-benar putih & mulus. Mempunyai paras yang dapat dibilang menawan dan menarik, menggairahkan menurutku. Tina sebelum berprofesi diwarnetku, Dia mengambil jalan pintas dengan melacurkan dirinya.


Demi meringankan muatan ayah dan ibunya yang kurang kapabel, Dia berupaya keras membiayai hidup dan kuliahnya sendiri. Sebab masih mempunyai hati nurani yang bagus, Dia sadar dan menetapkan untuk berprofesi yang halal. Tapi pecun tetaplah pecun, padahal sudah berprofesi diwarnetku, Dia tak jarang berpakaian seronok dan menggodaku untuk memenuhi keperluannya. Sampai kami besetubuh dan Saya menanggung beberapa tarif hidupnya.

Hari itu Saya sedang mengunjugi warnetku, ketika itu jam 10 malam yang jaga OP bernama Anton. Saat Saya sibuk menghitung pendapatan hari itu tiba-tiba ada telfon masuk.

“Tina?? Ngapain jam segini telfon..” pikirku.

“Halo Tin, da apa?” tanyaku, sambil melangkah keluar warnet

“Mas Pri..tolongin Tina, satu hari setelah hari ini hari terakhir bayar SPP kuliah. Tina masih belum dapet uang juga ampe kini..” Tina menjawab menyerocos.

“Yee..kan pekan kemaren kau telah saya kasi buat bayar kost. Uda ga ada uang lagi nih Tin.” Kataku.

“Ga ada yang dapat minjemin lagi Mas. Bantulah Mas Pri..penting neh, tar Tina balikin deh kalo uda ada uang..” Tini terus merajuk.

“Huu..gak percaya Saya, Kau kapan pernah punya uang..hehe” Tolakku dengan sedikit menyindir.

“Iiih…Mas Pri jahat lho. Ya udah Mas Pri ingin meminta apa?”

“Mmm..apa yah..hehe, awam Tin..maen kuda-kudaan..” Jawabku separo berbisik.

“Huu..dasar, itu mulu yang dipikir. Makanya buruan tu Mba’ Lala suruh pindah kesini aja. Ya udah, satu hari setelah hari ini malam Mas Pri ke kost Tina yah. Namun Saya lagi dapet Mas, jadi tar Tina oral aja yah..” Tina juga menjawab separo berbisik.

“Huu..pake dapet seluruh. Namun ga apa-apa Tin, Anal ja yah? Kan belom pernah” Pintaku. Tina mempunyai bokong yang cukup besar dan padat, terlihatmenantang kalau Tina mengenakan jins ketat apalagi hotpants. Ditambah pinggulnya yang lebar an montok..Saya benar-benar mujur dapat menikmatinya.
“Ga ingin! Saya kan belum pernah disodomi Mas..tar anusku rusak” Tina mengiba.
“Jadi ingin bayar SPP ga nih?! Lagian siapa suruh pake dapet. Kalo belum pernah makanya dicoba. Lagian masak Kau ngelacur ga pake bokong..” Saya jawab dengan sedikit tegas.
“Gak kok Mas, Tina ga pernah maen anal sebelumnya. Cuman Mulut dan memek Saya aja kok yang dipake.” Tina membangkang dengan lirih sebab sedikit Saya hardik.
“Dasar pecun, makanya lain kali dipake lah itu bokong Kau punya lobang!! Memek doank yang disodok, pantesan udah longgar gitu..huhh” Makiku.
“Mas, jangan ngomong gitu! Saya udah gak keygitu lagi kok kini” Ujar Tina
“Ya udah, jadi gak nih?!” Saya mulai dongkol.
“Iya..jangan murka dong Mas. Ya udah..satu hari setelah hari ini malam yah maennya” Kata Tina dengan lirih.
“Jangan malam Tin, Saya ada acara ma temen-temen. Hari aja, abis Kau dari kampus, Kita maen di kamar kecil warnet.” Saya jawab dengan antusias sekali.
“Eh..macem-macem aja Mas Pri ini, Tar ketauan gimana? ” Jawab Tina dengan sedikit khawatir.
“Gak lah Tin, hening aja. Kita maen cepet kok. Yang penting Kau Jangan ampe bersuara, oke?!”
“Namun ngocoknya perlahan-perlahan aja ya Mas, Tina denger disodomi tu sakit Mas”
“Ngocok apaan?! Ngocok arisan..hehe” Jawabku sambil bersenda gurau
“Ya ngocok ******nya Mas Pri lah di anus Tina satu hari setelah hari ini, jangan kasar-kasar biar ga lecet Mas” ujar Tina sedikit khawatir.
“Iya beres, melainkan tar sebelum maen Saya foto Kau bugil Dahulu ya Tin?” Pintaku.
“Tuu..kan nambah lagi! Saya ga ingin foto telanjang Mas, kalo ampe kesebar dapat mati Saya dibunuh bapakku. Mas Pri kan uda pernah liat Tina telanjang, Mas Pri juga tau tiap-tiap komponen tubuhku, Ngapain lah pake dipotret seluruh..” Tolak Tina.
“Ga bakal kemana-mana fotonya Tin. Lagi pula saya ga pernah sembarangan biarin orang laen pake komputerku. Buat koleksi pribadi aja Tin,komitmen deh! Kau sayang kan ma Saya Tin..” Ujarku dengan sedikit nada manja.
“Iya, Saya sayang ma Kau Mas. Kalo gak, masak Tina ingin nyerahin tubuh Tina buat muasin Mas Pri. Komitmen yah, foto-foto bugil Tina jangan ampe kesebar.” Alhasil Tina sepakat juga, padahal pada mulanya juga Saya yakin Dia pasti ingin.
“Komitmen!!” jawabku tegas. “Hehe..Ga tau Ia, meski Saya berencana menerapkan foto-foto bugilnya untuk mewujudkan Ia budak Seks Saya. Sayang tubuhmu telah ternoda Tin, kalo gak udah Saya jadikan pacar..hehe. Namun tubuhnya yang montok lumayan lah buat daerah pembuangan spermaku.” Saya berdialog sendiri didalam hati.
“Heh..pun diem sih Mas.” Tiba-tiba bunyi Tina mengejutkanku.
“Haha..sorry terpana liat bintang di luar ne Tin. Oiya satu hari setelah hari ini pake baju sexy yah..biar Saya horny duluan, jadi tar ga kelamaan foreplaynya” Saya sekali-sekali minta Tina tuk berpakaian Sexy kalau sedang jaga di warnet atau kalau sedang jalan dengaku. Saya pelan mengajarkan ia gar menjadi seorang eksibisionis. Saya benar-benar terstimulus kalau memandang Ia memamerkan lekuk tubuhnya yang montok.

“Iya..,melainkan ga dapat yang terlalu terbuka yah. Saya kan ntar meghadap dosen, terus shift jaga juga. Kalo lagi jalan-jalan aja tu ga persoalan deh. Ya udah, Tina tidur ya Mas..hoaaahmm..ngantuk” Ujar Tina dengan menguap.

“Oke Tin, byee!”

“Transfer malam ini ya Mas, thanks..mmuach” Lalu Tina menutup telfonnya.
“Haha..sorry terpana liat bintang di luar ne Ju. Oiya satu hari setelah hari ini pake baju sexy yah..biar Saya horny duluan, jadi tar ga kelamaan foreplaynya” Saya sekali-sekali minta Tina tuk berpakaian Sexy kalau sedang jaga di warnet atau kalau sedang jalan dengaku. Saya pelan mengajarkan ia gar menajadi seorang eksibisionis. Saya benar-benar terstimulus kalau memandang Ia memamerkan lekuk tubuhnya yang montok.

Saya masuk kembali ke dalam warnet, dan mencuci mukaku. kulihat Anton sedang asik chatting di mIRC.

“Siapa Mas, lama bener” Tanya Anton.

“Temen lama Ton. Oke, Saya pulang duluan yah..” Ujarku sambil mengambil kunci kendaraan beroda empat. Memang tadi Kami berdialog ditelfon cukup lama, ga terasa ada separo jam lebih. Saya bergegas ke ATM dan mentransfer sejumlah uang ke rekening Tina.

 Jam menampilkan pukul 11.25 siang. Namun Tina belom datang juga, mana udah ngantuk banget. Disebelahku ada Maya, yang jadi partner jaga Tina. Ia sedang asik maen game dari pagi tadi, jadi Saya pikir ga akan ganggu rencanaku. Sebagian menit kemudian walhasil Tina datang dengan tergopoh-gopoh membawa stopmap yang berisi kertas-kertas. Keringatnya berderai di dahinya.
“Sori lama Mas, dosenku rapat. Ne Saya bawakan gorengan.” Tina menyimpan sebungkus gorengan di meja, lalu Dia melepas jaketnya.

“Asik..ideal banged laper,hehe” Kata Maya yang seketika menyerobot bungkusan gorengan.

Dibalik jaketnya, Tina mengenakan kemeja putih lengan pendek dengan komponen kerah yang terbuka cukup lebar. Tina tak mengancingkan komponen atasnya, sehingga buah dada komponen atasnya tampak menyembul walau tak terlalu terbuka sekali. Ternyata Tina sengaja menggunakan push-up Bra untuk mengangkat payudaranya. Rok hitam selutut yang Ia kenakan juga mempunyai belahan samping kanan yang cukup tinggi, kalau Tina duduk sambil menyilang kaki, pasti Paha Kanan Tina terekspos terang. Saya melihat belahan buah dadanya yang ranum menyembul, sambil sekali memandang wajahnya dan tersenyum puas. Tina malahan melirikku sambil tersenyum.

“Tin, seksi betul-betul..” Kata Maya sambil melotot.

“Haha..tinggal ini pakaianku nih” Tina menjawab sekenanya.
“Ehemm…” Saya pura-pura batuk sambil melirik Tina.

Tina yang tau maksudku walhasil bergegas menuju ke kamar kecil warnet yang lokasinya di Ujung belakang warnet. Kebetulan ada 2 kamar kecil di warnet ini, jadi Saya juga dapat kebelakang sesudah Tina.

“Maya Saya ke kamar kecil dahulu ya, mules neh..” Kata Tina sambil berlalu.

“Ya, jangan lupa disiram loh..” Maya menjawab dengan disisipi canda.

20 detik kemudian Saya juga berpamitan ke belakang

“Duh..Saya juga mules neh..” Kataku sambil berlari kecil ke Kamar.
“Loh..koq pada mules smua seh!!” Ujar Maya sambil terus asik bermain game disambil melahap gorengannya.

Hingga di kamar kecil Saya mengetuk sekali pintu kamar kecil wanita. Itu terbuka, Saya seketika masuk. Di dalam, Tina sedang mencuci muka. Saya buru-buru melepas resleting celanaku juga celana dalamku dan memelorotkannya hingga kemata kaki.

Tina juga mengangkat rok hitamnya ke atas hingga ke pinggangnya, dan memelorotkan celana dalamnya sampai turun ke mata kaki. Tina juga membuka kancing kemeja komponen atas sampai perut, kemudian mengeluarkan dua bongkahan buah dadanya dari Branya sampai kedua payudara Tina terangkat sebab terjepit Branya dari komponen bawah.

Puting susunya yang berwarna cokelat kemerahan tampak terang, formatnya cukup besar dan melebar sebab Tina pernah hamil sebelumnya oleh Pak Anwar penjaga kostnya.

Hal itu terjadi sewaktu Pak Anwar minta Tina melayaninya, meski Tina ketika itu dalam keadaan kelelahan sebab seharian dikampus kemudian berprofesi. Namun ingin gak ingin Tina konsisten melayani nafsu Mang Anwar karna terus dipaksa, sampai walhasil Tina pingsan dan Mang Anwar mengeluarkan bibit-bibitnya didalam rahimnya tanpa sepengetahuan Tina.


Tina baru sadar kalau mengandung bibit haram Mang Anwar ketika umur kandungan menginjak 3bulan, dan walhasil Tina mengaborsi kandungannya. Semenjak ketika itu Tina nggak pernah ingin lagi melayani nafsu penjaga kostnya itu. (Cerita seputar Tinadan Pak Anwar mungkin di lain hari yah)

Kemudian Saya mengeluarkan HPku yang berkamera dan mulai mengabadikan komponen-komponen pribadi tubuh Tina. Raut muka Tina tampak muram saat saya memoto komponen wajahnya sampai dadanya yang terekspos terang di depan kamera HPku, seakan tak rela komponen tubuhnya yang paling pribadi di abadikan olehku.
“Mas jangan memek Saya..lagi dapet nih, jijk ah…” Tina mengiba sambil berupaya menutupi tempat kewanitaannya dengan tangan kanannya sedang tangan kirinya berupaya menjauhkan HPku saat saya akan mengambil foto genitalianya.

“Gapapa Tin, Saya pun pengen punya foto memek Kau yang lagi ngeluarin darah gitu..hehe” Saya terus berupaya memfotonya.

“Mas Priii..gak ingin Tina, pliss..satu hari setelah hari ini kalo uda bersih baru Kau foto. Ntar komitmen deh Saya buka memekku selebar-lebarnya tuk Kau ambil fotonya..sebanyak yang Kau ingin Mas..” Tina terus memohon.

“Ya deh..oke Tin. Kini Kau balik badan, buka kaki lebar-lebar terus buka belahan bokong Kau Tin pake kedua tangan mu, Saya ingin ambil foto bokong ma dubur Kau yang masi rapet ini Tin sebelum Saya jebol..Hihihihi” Tawaku perlahan.

“Yee..apaan seh Mas, ya udah nih..” Tina kemudian mengerjakan seperti yang saya meminta, kedua tangannya kebelakang meremas kedua bogkahan bokongnya dan menariknya ke arah berlawanan sampai tampak duburnya dengan benar-benar terang. Lalu Saya mulai mengabadikan komponen lubang pengeluaran Tina yang cokelat kemerahan itu hingga puas.

“Mas, Saya lupa bawa pelumas..” Kata Tina, yang harusnya Ia membawa body lotion untuk pelumas anal.

“Isep dahulu Tin..pake liur Kau aja” Kataku sambil menarik kepala Tina ke penisku, sampai Tina terpaksa jongkok.

“Hmhh..umm..eehhmm…” Cuma bunyi itu yang keluar dari mulut Tina saat penisku yang telah tegang dari tadi memenuhi rongga mulutnya. Tidak lupa Saya lantas merekam adegan Tina mengoral penisku dengan kamera HPku. Bibir merahnya yang tebal terasa benar-benar sedap sekali menyelimuti penisku.

Saya menikmati sensasi yang luar awam. Penisku rasanya berair sekali..terasa hangat didalam mulut Tina. Air liur Tina menetes-netes disela-jeda bibir dan batang penisku, ternyata Tina berharap penisku sebasah mungkin supaya gampang menjelang liang duburnya. Kepala Tina maju mundur mengocok batang kejantananku dengan bibirnya yang tebal, tangan kirinya memegangi batangku sedang tangan kanannya menelusup di balik kaosku memainkan puting susuku.

“Ooh…nikmat Tin” Saya melenguh perlahan.

2 menit kemudian, Saya angkat kepala Tin dan kulumat sejenak bibirnya yang penuh liur itu, lalu kubalik tubuhnya sampai Dia menunduk berpegangan pada pinggir bak mandi. Saya elus-elus bongkahan bokong Tina yang putih montok itu, terasa mulus sekali.

Sambil Saya keluar masukkan jari-jariku membukai duburnya yang sempit dan Saya ludahi sebagian kali. Saya remas-remas juga paha gempalnya yang tidak keok mulus tampak putih menggairahkan. Kulit Tina memang agak cokelat, melainkan komponen dalam tubuhnya tampak lebih putih.

“Uuh..”Tina melenguh perlahan ketika Saya tempelkan ujung penisku di duburnya, sambil Saya gesek-gesek dan kudorong pelan sampai menjelang bokongnya.

“Egghhh..hmmphh..perlahan Mas..” Kata Tina lirih sambil membendung sakit pada lobang pengeluarannya.

“uugghhh…sempit banged Tin!” Bisikku saat semua batang penisku karam di dalam lobang bokong Tina.

“Oo..oo..ohh…” Tina megap-megap seperti orang yang kesusahan bernapas. Bibirnya menyusun huruf ‘O’ dengan kepala menelentang ke atas.

“Tin..duburmu nikmat banget…ooh..hangat Tin” Saya meracau sambil mulai mengeluar-masukkan penisku, kedua tanganku mantab mencengkeram pinggul Tina yang empuk. Gerakan pinggulku kian kencang tetapi teratur, penisku dengan kencang keluar-masuk menjelajahi lorong dubur Tina.

“Shhh..ooh..sakitt Mas..udah ajaah..eghh..keluarin pliss..” Erang Tina

“Bentar Tin, baru nikmat neh..” Ujarku sambil mempercepat kocokan penisku di anusnya.

“Aaahhh…aaahhh…aaooww…aa hhh…” desahan Tina seirama berbarengan hentakan-hentakan liar pinggulku yang menghimpit tubuh Tina yang mengejang kesakitan. Tubuh Tina terguncang-guncang, naik turun, kepalanya mengeleng ke kiri-kanan sambil terus mengerang kesakitan membendung gempuran penisku kepada saluran pengeluarannya.

Rambutnya yang panjang itu kemudian kujambak sehingga dia mendongak ke atas sambil terus mengerang terbendung. Suara buah bokongnya yang bertarung dengan pahaku kian keras. Rambutnya kian keras kutarik sehingga dia kian mendongak dengan mulut menganga. Bokongnya melengkung ke atas dan buah dadanya yang besar itu berguncang-guncang, seirama dengan gerakan pantatku.

“Ah..ahh..eeghh…sumpah Mas Saya ga kuat..perih banget!!!” Tubuh Tina mulai limbung, kakinya lemas seperti tak bertenaga lagi. Kedua tanganku yang sebelumnya berpegangan pada pinggul Tina, sekarang menelusup masuk ke balik kemeja dan Branya mencengkeram erat kedua buah payudaranya untuk membendung tubuh Tina dan mulai meremas-remasnya.

“Uhuu..hu..hu..sakiit Mas..hik..hiks..udaah..ampuun Mas” Tina mulai menangis, wajahnya memerah, matanya memandangku penuh iba, air matanya mengalir deras, air liurnya malahan turut menetes. Saya berdaya upaya pasti Tina menikmati sakit yang belum pernah Dia rasakan sebelumnya selama hidupnya.

“Bendung ya Tin, bentar lagi keluar kok. Kau sayang kan ma Saya..?” Saya berbisik di alat pendengarnya sambil mencium punggungnya. Tanganku yang masih di buah dadanya mulai memilin-milin puting susu Tina.

“Eeeghh..ii..iya..sayang lah…sshh..Mas Pri sayang juga kan ma Tina kan?” Tina berkata dengan terisak lirih, dengan tubuh yang tergoncang-goncang dampak gempuran Penisku pada anusnya.

“Uhh…ooh…” Saya mempercepat kocokan penisku tanpa menjawab pertanyaan Tina. Saya genjot bokongnya dengan kasar dan brutal. Rasanya sedap sekali. Payudara Tina juga Saya remas dengan sekuat kekuatan.

“Arrrggh…arggghhhh….” Tina menjerit terbendung, Dia kembali menangis histeris. Penderitaan yang benar-benar hebat dirasakannya, Dia membendung rasa sakit yang luar awam di komponen bokong dan payudaranya Juga berupaya membendung suaranya supaya tak keluar.

Namun bunyi erangan dan tangisan kesakitan Tina keluar juga, untung Tina masi dapat menjaga supaya tak terlalu keras. Lagipula Maya menyetel musik dengan volume yang pesat.

Sesudah kurang lebih 10menit, Saya tidak dapat membendung lagi. Kenikmatan yang kuperoleh dari bokong juga telah benar-benar luar awam hebatnya. Rongga anus Tina makin lama makin terasa panas, jepitannya konsisten erat mencengkeram batang penisku. Sampai walhasil Saya menempuh orgasmeku…

” Saya keluar Tin..ohh..ooh..oooohhh….uuuuu ggghhh….uuuuggghh!!” Saya mengerang terbendung sambil kedua tanganku mencengkram erat buah dada Tina, kuhujamkan penisku sedalam mungkin di duburnya dan ku*kan air maniku sebanyak-banyaknya sampai memenuhi rongga anusnya Tina.


“Eeeeghhh…hmppphh” Tina menjerit terbendung dengan mengigit bibir bawahnya.

Saat kucabut penisku lelehan air mani bercampur darah keluar dari lobang pengeluaran Tina, sepertinya anus Tina menderita lecet-lecet. Kubasuh penisku yang juga belumuran darah dan sedikit kotoran dari dalam bokong Tina. Buru-buru Kukenakan celanaku.

Sedang Tina masi menangis terisak membendung rasa sakit dan perih yang masih mendera bokongnya. Semua tubuhnya menggigil, kakinya gemetaran seakan tak kuat berdiri lagi.

“Tin..thanks ya. Ayo buruan beresin,tar Maya curiga” Sambil Kukecup bibirnya yang masi meneteskan liur, lalu Saya keluar mengendap dengan hati-hati supaya tak dikenal orang.

No comments:

Post a Comment