SUPERSEMAR88.BLOGSPOT.COM - Momen ini permulaan mula terjadi saat saya menjadi guru, adalah tugas dari kuliah untuk melatih di sekolahan SMA swasta, dari situ saya mengetahui di antara cewek ia malahan muridku, melulu cewek ini yang naksir padaku yang lainnya gak sama sekali, perkenalkan khususnya dulu namaku Feri saya semester 6 dan sekarang berada di sekolah Bandung.
Hari senin setelah mengurus surat ini hal yang demikian dari kampus, saya seketika ditugaskan oleh Kepala Sekolah SMA itu untuk seketika melatih matematika guna murid ruang belajar XI. saya kebagian 4 sesi di ruang belajar pagi dan 2 sesi di ruang belajar siang.
Pertama kali melatih di kelas, saya berdiskusi dalam hati “Astaga, ini sekolah apaan? Saya ngomong ga terdapat yang ngedengerin. Mana cewek-ceweknya pake rok pendek seluruh!”
Keesokan harinya saya pulang ke sekolah dengan perasaan gelisah dan kuatir. Jangan-jangan saya salah pilih karir menjadi guru, saya tidak bertalenta mendidik. Si-buah hati tidak terdapat yang memandang waktu saya sedang bicara.
Melainkan rupanya terdapat satu urusan yang membangunkan motivasi saya. Di sesi ruang belajar siang terdapat murid wanita yang memiliki nama Dina. Kulitnya sawo matang, rambut sepunggung, tingginya kaprah-kaprah 158 cm. Mukanya tidak terlampau menawan, tetapi manis banget jikalau lagi senyum.
Dan yang lebih penting, sepertinya dia satu-satunya siswa yang tampak hendak sekali jika saya lagi mendidik. Dalam pikiran saya sempat terbersit hal yang tak-tak, melainkan pikiran hal yang demikian saya membuang jauh-jauh.
“Saya seorang guru. Saya akan mengawal integritas almamater dan profesiku” kata saya dalam hati.
Melainkan kian hari kemolekan tubuh Dina justeru kian menarik hati aku. Seringkali saya mengintip paha mulusnya dan sesekali terlihat CDnya yang berwarna putih. Apalagi saya tahu dia malahan menyenangi pada aku.
Sebab tiap-tiap saya masuk kelas, sahabat-sahabatnya tentu menggodanya. Hingga sebuah hari saya menyelenggarakan ulangan kesatu guna buah hati-buah hati ruang belajar XI. Lalu urusan yang paling mengagetkan juga terjadi. Waktu saya memeriksa eksemplar jawaban Dina, ada tulisan “Pak Feri ini nomer telpon pintar aku: 0819 XXXX 7346”.
Perasaan saya campur aduk saat itu. “Telfon tak boleh yah” kata saya dalam hati. Seandainya saya telfon, dengan kata lain saya sudah menjatuhkan martabat pekerjaan saya sebagai guru. Seandainya saya tidak telfon, saya bakal menyesal karena tugas saya sebagai guru PKL melulu tinggal 2 pekan lagi. Akibatnya saya memberanikan diri guna menelfon Dina malam hal yang demikian juga.
Anehnya, masa-masa saya telfon, seakan-akan antara saya dan Dina telah laksana sahabat lama, tidak terdapat batasan antara guru-murid. Yah, mungkin karena waktu hal yang demikian juga umur saya masih 22 tahun, sementara Dina masih 17 tahun, jadi tidak terlampau jauh. Akibatnya kami janjian guna jalan bersama hari sabtu sesudah dia selesai ruang belajar olah raga.
Hari sabtu yang ditunggu-tunggu akibatnya datang juga. Kami sengaja janjian berjumpa di mall. Waktu berjumpa, dia masih mengenakan t-shirt olahraga SMA yang longgar dan rok SMA. Sehingga jikalau menunduk, terlihat terang toketnya yang montok. Darah saya seketika mendidih menyaksikan Dina. Lantas saya keluarkan jurus-jurus penakluk,
“Dina, anda ke lokasi kak Feri aja yuk, nonton VCD atau apalah. Soalnya jika disaksikan orang ngga nikmat”.
Mulanya Dina menampik sebab tadinya dia inginkan mengajak santap dan nonton. Melainkan karena saya paksa, lama-lama dia inginkan juga. saya girang setengah mati. “Yes..berarti dia bisa dipake” batinku.
Setibanya di lokasi kost aku, tadinya kami cuma nonton VCD seraya ngobrol-ngobrol. Lama kelamaan, topik percakapan kami mulai menuju persoalan pacar, sex dan lain-lain. Sebab terbawa suasana, entah siapa yang memulai duluan, tiba-tiba kami sudah berkecupan.
Bibir saya dan bibir Dina berpagutan saling mengulum sarat nafsu. Wangi mulutnya paling khas. Lalu dia mulai menjilat-jilat alat pendengar dan leher aku.
“Buset, kayaknya udah berpengalaman ni orang” batinku. Sebab nafsu sudah di ubun-ubun, saya mulai menyisipkan tangan saya kedalam t-shirt olahraga Dina dan saya remas-remas toketnya.
Napas Dina kian mengejar sewaktu kulepas t-shirt dan BHnya. Padahal kulitnya sawo matang, putingnya berwarna cokelat jelas. Ukurannya tidak terlampau besar, barangkali 34B. Melainkan paling padat.
Dina menjawab dan mulai membuka kemeja aku. Tangannya masuk kedalam celana saya dan mulai meremas-remas kontol aku. Lidahnya menjilat-jilat putting saya dan tangannya tidak stop meremas-remas kontol aku. Tidak sampai 5 menit, kami berdua sudah telanjang bulat. Tanpa diperintah, Dina sudah seketika menciumi kontol aku.
Tenang paling membuatku terkagum, dia meludahi seluruh kontol saya sampai benar-benar berair, mengocoknya, dan baru mulai menghisap dengan mulutnya dengan gerakan naik-turun.
“Edaaan” kata saya dalam hati. Pasti dia tak jarang main beginian. Saking enaknya, baru 3 menit dihisap saya sudah tidak bendung hendak keluar. Tiba-tiba air mani saya muncrat di ujung mulut Dina.
“Yah, Kak Feri, ko udah keluar?” katanya.
“Kini aja, saya masih bisa kok” kata aku.
Ia gantian saya yang menjilati memeknya. Perlahan menggelinjang keasyikan waktu saya menghisap-hisap klitorisnya. Tetapi-lahan, kontol saya naik kembali karena wangi memeknya hal yang demikian nikmat banget. Melainkan urusan yang mengagetkan langsung terjadi. Waktu saya inginkan menikam memeknya dengan jari tengah aku, dia menolak. Terbukti dia masih perawan! saya masih duduk keheranan.
“Hah, anda masih perawan?” kata aku.
“Iya kak” timpanya.
Lalu dia bilang “kita petting aja yah.. nikmat malahan kok”.
Ini empiris baru guna aku. Terbukti nikmat juga. Jadi posisi sayau duduk, kontol dilipat keatas dan dia duduk diatas saya seraya menggesek-pergesekan memeknya ke kontol aku. Memandang jam berlalu, dia telah terbit berkali-kali, tetapi kontol saya justeru lecet.
“Dina…kalo gini terus punya kak Feri sakit, anda udahan dahulu aja yah”.
Saya raut muka kecewa aku, Dina terlihat merasa bersalah.
“Duh maaf yah kak Feri. Saya udah komitmen inginkan ngasih perawanku ke suamiku nanti. Melainkan jikalau ka Feri ingin, masukin aja ke belakang”.
Tanpa pikir panjang, karena telah tanggung saya juga menyetujuinya. saya mulai mengoleskan hand & body lotion dari kepala sampai ujung kontol aku, dan tidak tidak sempat dubur Dina saya tikam-tikam dengan jari tengah aku.
Terbukti Dina sudah merasa nyaman, dengan gaya doggy style saya juga mulai memasukkan kontol saya kedalam duburnya dengan paling pelan. Untunglah barang saya tidak terlampau besar, yah Kontol Besar Panjangg benar-benar 17cm diameter 6.5cm.
Terbukti susah malahan sebab dia sesekali merasa kesakitan hingga-hingga sepatutnya mulai dari mula lagi. Terbukti berkali-kali mencoba, walhasil seluruh kontol saya masuk kedalam dubur Dina. Terbukti sensasinya luar lazim, duburnya paling sempit dan rasanya laksana disedot-sedot vacuum cleaner.
Dubur juga mulai menggerakan bokong saya maju-mundur. saya menyodomi Dina seraya tangan saya meremas-remas toketnya dan mulut saya menciumi leher belakangnya. Dina juga rupanya menikmati sensasi yang luar lazim, karena lenguhannya tersiar kian keras.
Kemudian kami berganti posisi. saya duduk disofa dan Dina jongkok membelakangi aku. Ini panorama yang luar lazim karena bokongnya yang estetis terlihat kian besar.
Sejak Dina menggenjot kontol saya dengan gerakan jongkok naik-turun. saya malahan mempercepat genjotan saya dan tidak lama langsung pejuh saya muncrat dan berhamburan di dalam dubur Dina.
Mandi hari itu, saya dan Dina sejumlah kali melakukan anal sex hingga langsung tugas saya sebagai guru PKL di sekolahnya usai. saya pernah mengerjakannya di Mandi guru, malahan sehabis ruang belajar olah raga. saya malahan pernah mengerjakannya di Mandi suatu mall di Bandung.
Saya kehilangan kontak dengan Dina toilet saya ditugaskan di suatu SMA di Jakarta, hingga kemudian saya menikah dengan sahabat sesama guru.
No comments:
Post a Comment