Breaking

Thursday, February 21, 2019

Cerita Dewasa Panas Pengalaman Perkosa Penjaga Toko Berbadan Sintal

Cerita Dewasa Panas Pengalaman Perkosa Penjaga Toko Berbadan Sintal - Diah yang masih berumur 23 tahun tak menyadari bahayanya berprofesi sebagai kasir di sebuah kios serba ada yang beroperasi 24 jam di Jakarta. Tetapi sebab motivasi dan harapan untuk mandiri membikin dirinya tak mempedulikan tuntunan orang tuanya yang merasa khawatir memperhatikan putriya acap kali memperoleh giliran jaga di malam hari sampai pagi hari.

Diah lebih menyenangi berprofesi pada shift di jam hal yang demikian, Sebab dari ketika tengah malam hingga pagi umumnya jarang sekali ada pembeli, sehingga Diah dapat belajar untuk materi kuliahnya siang nanti. Hingga kesudahannya pada suatu malam terjadilah pemerkosaan itu, Diah mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol ideal di depan matanya. Sesudah berbulu Gondrong (ucap saja Gading) , dan yang satu lagi tubuhnya Kurus (ucap saja si Karjo ). Mereka berdua, menerobos masuk membikin Diah yang sedang berpusat pada bukunya kaget.

“Keluarin uangnya cepet !” instruksi si Gading, sementara si Karjo mempertimbangkan seluruh kabel video dan telepon yang ada di kios itu. Tangan Diah gemetar berupaya membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu hingga terjatuh sebagian kali. Karena sebagian ketika,


Diah sukses membuka laci itu dan memerikan seluruh uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu terhadap si Gading, Diah tak diizinkan menaruh uang lebih dari 100 ribu di laci hal yang demikian. Sebab itu tiap-tiap kelebihannya lantas dimasukan ke lemari besi. Karena si Gading merampas uang itu, Diah lantas mundur ke belakang, dia amat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.
“Masa hanya segini?!” hardik si Gading.

“Buka lemari besinya! Cepat!” Mereka berdua menggiring Diah masuk ke kantor manajernya dan menyokongnya sampai jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Diah mulai menangis, dia tak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, dia cuma menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi via celah pintunya.

“Aku!!!” hardik si Karjo,
Diah menikmati pistol melekat di belakang kepalanya. Diah berupaya untuk menerangkan jika dia tak mengenal nomor lemari besi itu. Untunglah, memperhatikan mata Diah yang ketakutan, mereka berdua percaya.

“Brengsek!!!! Nggak sebanding sama resikonya! Ayo…Iket ia, biar ia nggak dapat panggil polisi!!!” Diah di dudukkan di tempat duduk manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Diah juga diikat ke kaki tempat duduk yang dia duduki. si Karjo kemudian mengambil plester dan melekatkannya ke mulut Diah.

“Beres! Ayo cabut!”
“Tunggu! Tunggu dahulu cing! Liat ia, ia boleh juga ya?!”.
“Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita hanya dapet 100 ribu, cepetan!”.
“Tetapi pengen liat bentar aja!”.

Mata Diah terbelalak dikala si Gading mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang dia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membikin BH-nya nampak. Payudara Diah yang berukuran sedang, bergoyang-goyang sebab Diah meronta-ronta dalam ikatannya.
“Wow, oke banget!” si Gading berseru terpukau.
“Oke, kini kita pergi!” ajak si Karjo, tak semacam itu berminat pada Diah sebab sibuk mengawasi situasi depan kios.

Tetapi si Gading tak peduli, dia kini menyentuh-raba puting susu Diah via BH-nya, sesudah itu dia memasukkan jarinya ke belahan payudara Diah. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Diah ditariknya, tubuh Diah ikut serta berminat ke depan, namun kesudahannya tali BH Diah terputus dan kini payudara Diah bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.

“Jangan!” teriak Diah. Tetapi yang tedengar hanya bunyi gumaman. Terasa oleh Diah mulut si Gading menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu kini pindah ke kanan. Kemudian Diah menjerit dikala si Gading mengigit puting susunya.

“membisu! Jangan bising!” si Gading menampar Diah, sampai berkunang-kunang. Diah cuma dapat menangis.
“Tetapi bilang membisu!”, Sambil berkata itu si Gading menampar buah dada Diah, hingga sebuah cap tangan berwarna merah terwujud di payudara kiri Diah. Kemudian si Gading bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Diah terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gading terus memukuli buah dada Diah hingga kesudahannya bulatan buah dada Diah berwarna merah.

“Ayo, cepetan !”, si Karjo menarik tangan si Gading.
“Kita musti cepet minggat dari sini!” Diah berterima kasih dikala memperhatikan si Gading diseret keluar ruangan oleh si Karjo. Payudaranya terasa amat sakit, namun Diah berterima kasih dia masih hidup. Bego sekelilingnya, Diah berupaya menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, namun dia tak dapat bergerak sama sekali.

“Hey, Brooo! Tokonya kosong!”.
“Masa, cepetan ambil permen!”.
“Dia Banget lo, cepetan ambil minuman memabukkan goblok!”.

Tubuh Diah menegang, mendengar bunyi sebagian si kecil-si kecil di komponen depan kios. Dari suaranya dia mengenal bahwa itu ialah si kecil-si kecil bergajul yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 hingga 15 tahun. Diah mengeluarkan bunyi meminta bantu.

“ssssstt! Lo denger nggak?!”.
“Cepetan kembaliin seluruh!”.
“Ayooo….lari, lari! Kita ketauan!”.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Dia terperangah memperhatikan Diah, terikat di tempat duduk, dengan t-shirt robek membikin buah dadanya mengacung ke arahnya.
“Buset!” bergajul itu kelihatan kaget sekali, namun sesaat kemudian dia menyeringai.
“Hei, liat nih! Ada kejutan!”

Diah berupaya menerangkan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia berupaya menerangkan bahwa dirinya baru saja dirampok. Dia berupaya meminta bantu supaya mereka memanggil polisi. Dia berupaya memohon supaya mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tetapi yang keluar cuma bunyi gumanan sebab mulutnya masih tertutup plester.

Satu demi satu bergajul itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai kini memperhatikan tubuh Diah, yang terus meronta-ronta berupaya menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Gila, yang berumur sekitar 15 tahun itu terpukau-terpukau dengan inovasi mereka.

“Dia! Cewek nih!”.
“Aku telanjang!”.
“Tu liat susunya! susu!”.
“Mana, mana Tetapi pengen liat!”.
“Tetapi pengen pegang!”.
“Pasti alus tuh!”.
“Bawahnya kayak apa yaaa?!”.

Cerita Dewasa – Mereka seluruh berkomentar berbarengan, kegirangan menemukan Diah yang telah terikat erat. Kelima bergajul itu maju dan merubung Diah, tangan-tangan meraih tubuh Diah. Diah tak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan hal yang demikian, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang alat pendengaran Diah.

“Ayooo, kita lepasin ia dari tempat duduk!” Mereka k emudianmelepaskan ikatan pada kaki Diah, namun dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus menyentuh dan meremas tubuh Diah. Bego ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Diah keluar menuju komponen depan kios. Diah meronta-ronta dikala merasa ada yang berupaya melepaskan kancing jeansnya.

Mereka menarik-narik jeans Diah hingga kesudahannya turun hingga ke lutut. Diah terus meronta-ronta, dan kesudahannya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Diah sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar bunyi lecutan, dan sesaat kemudian Diah menikmati sakit yang sangat amat di bokongnya. Diah memperhatikan salah seorang bergajul tadi mengendalikan sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke bokongnya!

“Hei….Bangun! Bangun!” dia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah muncul di bokong Diah. Diah berupaya berguling melindungi bokongnya yang terasa sakit sekali. Tetapi bergajul tadi tak peduli, dia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang kini menghajar perut Diah.

“Bangun! naik ke sini!” bergajul tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan sampai berguguran ke lantai. Diah berupaya bangun namun tak sukses. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Diah berguling dan berupaya berdiri dan sukses berlutut dan berdiri. Segera tadi memberikan ikat pinggang tadi terhadap sahabatnya. “Kalo ia gerak, pukul aja!”

Bergajul saja Diah memperoleh pukulan di bokongnya. Segera-bergajul yang lain ngakak dan bersorak. Mereka lalu menunjang dan menarik tubuhnya, membikin dia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Segera yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Dia menunjang Diah sampai meringkuk tengadah di atas meja.

Pertama dia melepaskan tangan Diah kemudian lantas mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Diah kini terikat erat dengan plester hingga ke kaki meja. Sekarang dia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Diah dan mengikatkan kaki-kaki Diah ke kaki-kaki meja lainnya. Cepat Diah meringkuk tengadah, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.

“Waktu Pesta!” bergajul tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Diah terbelalak memperhatikan penisnya menggantung, separuh keras sepanjang 20 senti. Segera tadi mengendalikan pinggul Diah dan menariknya sampai mendekati pinggir meja. Kemudian dia menggosok-gosok penisnya sampai berdiri mengacung tegang.

“Waktunya masuk!” dia bersorak sementara sahabat-sahabat lainnya bersorak dan ngakak. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke organ intim wanita Diah. Diah melolong kesakitan. Aku mata meleleh turun, sementara bergajul tadi mulai bergerak keluar masuk.

Segera naik ke atas meja, menduduki dada Diah, membikin Diah susah bernapas. Kemudian dia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Diah ditariknya sampai lepas. Diah berupaya berteriak, namun mulutnya lantas disusupi oleh penis bergajul yang ada di atasnya.

Bergajul saja, penis tadi mengeras dan membesar berbarengan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Diah. Pandangan Diah lantas berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, dikala tiba-tiba saja mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit sekali . Semprotan demi semprotan masuk ke mulut Diah, tanpa dapat dimuntahkan lagi oleh Diah. Dia terus menelan cairan tadi supaya dapat terus bernapas.

Tiba-tiba saja Segera yang duduk di atas dada Diah turun, lalu bergajul memasukkan penisnya ke organ intim wanita diah dan menunjang diah di pinggir meja lalu menggenjot memek Diah Dengan tempo makin kencang. Dia juga memukuli perut Diah, membikin Diah mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Dia kemudian mengendalikan buah dada Diah sambil terus bergerak makin kencang, dia mengerang-erang mendekati klimaks.

Tangannya lantas meremas dan menarik buah dada Diah dikala tubuhnya bergetar dan air mani tiba-tiba menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di organ intim wanita Diah. Air bergajul yang lainnya berdiri di samping meja dan melaksanakan masturbasi, Dan dikala pimpinan mereka menempuh puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi berbarengan. Beberapa mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Diah.

Dia ketika berlalu dan Diah tak tahu apa yang terjadi berikutnya, dikala tahu-tahu dia kembali sendirian di kios tadi, masih terikat erat di atas meja. Dia tersadar dikala menyadari dirinya nampak terang, seandainya ada orang via di depan tokonya.

Diah meronta-ronta membikin buah dadanya bergoyang-goyang. Dia menangis dan meronta berupaya melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Karena sebagian lama mencoba Diah sukses melepaskan tangan kanannya. Kemudian dia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi nih.

“Wah, wah, waaaaah!!!” terdengar bunyi laki-laki yang berdiri di pintu depan. Diah amat kaget dan berupaya menutupi buah dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.
“Bantu aku!” ratap Diah.
“Bantu aku Pak! Bantu aku dirampok, aku diikat dan diperkosa Pak! Bantu aku Pak, kencang panggilkan polisi!”
“Nama lu Diah kan?” tanya laki-laki tadi.

“Ba…bagaimana bapak tahu nama aku?” Diah linglung dan takut.
“Tetapi Adit. Orang yang dulunya kerja di kios ini sebelum kamu rebut!”.
“Tetapi aku tak merebut profesi bapak. Aku tahunya dari iklan di koran. Aku betul-betul tak tahu pak! Aku aku pak!”.
“Gara-gara kau ngelamar ke sini Tetapi jadi dipecat! Tetapi nggak heran kau diterima kalo liat bodi mu”.

Diah kembali merasa ketakutan ketika memperhatikan Adit, seseorang yang belum pernah diamati dan dikenalnya namun telah membencinya. Diah kembali berupaya melepaskan ikatan di kaki kirinya, membikin Raoy naik pitam. Dia menyambar tangan Diah dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan hingga mengikat ke bahu, sampai Diah betul-betul terikat erat. Ikatan itu membikin Diah kesakitan, dia menggeliat dan buah dadanya kian membusung keluar.

“Lepaskan!!!! Sakit!!!! aduuhh!!!! Aku tak memecat bapak!!!! Sesungguhnya aku diikat Pak?!!”
“Aku Tetapi tadinya ingin ngerampok nih kios, hanya kayaknya Tetapi udah keduluan. Jadi pantasnya Tetapi rusak aja deh nih kios”.
Dia kemudian melepaskan ikatan kaki Diah sehingga kini Diah duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Dan diikatnya lagi dengan plester.

Dan Adit mulai menghancurkan isi kios itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Lalu Adit juga menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Diah. Es krim beterbangan dilempar oleh Adit. Dia di antaranya mengenai tubuh Diah, kemudian meleleh mengalir turun, lewat punggungnya masuk ke belahan bokongnya.

Cerita Sex – Di depan, Es tadi mengalir via belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke organ intim wanita Diah. Rasa dingin lantas melekat di buah dada Diah, membikin putingnya mengeras san mengacung. Kamu Adit selesai, tubuh Diah bergetar kedinginan dan lengket sebab es krim yang meleleh.

“Aku keliatannya kedinginan!” ejek si Adit sambil menyentil puting susu Diah yang mengeras kaku.
“Tetapi wajib ngasihh kau sesuatu yang anget.”

Adit kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Diah memperhatikan Adit mendekat membawa sebagian buah sosis yang berasap.

“Jaaaangaann!” Diah berteriak dikala Adit membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin sebab es tadi. Kemudian dia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus dikala akan dimasukan. Tetapi Diah kini diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Diah menangis sebab kesakitan dampak uap panas dari sosis hal yang demikian.

“Keliatannya enak Nih….Ha..Ha…!” Adit ngakak.
“Tetapi Tetapi lebih menyenangi bermain dengan mustard!” Kemudian Dia mengambil botol mustard dan menekan botol itu.

Cairan mustard lantas keluar menyemprot ke organ intim wanita Diah. Diah menangis terus, memperhatikan dirinya disiksa dengan metode yang tidak terbayangkan olehnya.
Sambil ngakak Adit melanjutkan usahanya dengan menghancurkan isi kios itu. Diah berupaya melepaskan diri, namun tidak sukses. Kamu amat tersengal-sengal, dia tak kuat membendung seluruh ini. Tubuh Diah bergerak lunglai jatuh.

“Hei!! Aku kalo kerja jangan tidur!” hardik Adit sambil menampar pipi Diah.
Aku tau nggak, tempat sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”

Diahpun meronta ketakutan memperhatikan Adit yang mengendalikan dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya amat keras sekali. Adit lantas mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Diah, menekannya sampai terbuka dan melepaskannya sampai menutup kembali menjepit puting susu Diah.

Diah menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Adit juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Aku mata Diah mengucur di pipi.

Kemudian Adit mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, lalu mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Kamu pintu itu disupport Adit sampai membuka keluar, Diah merasa jepitan tadi berminat oleh kawat, dan membikin buah dadanya berminat dan dia menjerit kesakitan.

“Nah…..,Hmmm… udah jadi. kini pintu depan ini dapat buka ke dalem ama keluar, namun dapat juga disetel hanya dapat dibuka dengan metode ditarik bukan disupport. Jadi Tetapi kini pergi dahulu, terus nanti Tetapi pasang biar pintu itu hanya dapat dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, ideal ia dorong pintu kan nggak dapat, pasti ia coba buat narik tuh pintu, nah, ideal narik itu alarmnya akan suara!”

“Jaaaaaangan! aku mohoon! Jangan! jangan! jangan! ampun!”
Aditpun tak peduli, dia keluar dan tak lupa memasang kunci pada pintu itu sampai kini pintu tadi cuma dapat dibuka dengan ditarik. Diahpun menangis ketakutan, Dan puting susunya telah hampir rata, dijepit. Dia nampak meronta-ronta berupaya melepaskan ikatan. Tubuh Diah berkeringat sesudah berupaya melepaskan diri tanpa hasil.

Dia ketika kemudian nampak sebuah bayang-bayang di depan pintu, Diah memperhatikan rupanya bayang-bayang itu milik gelandangan yang acap kali via dan minta-meminta. Gelandangan itu memperhatikan tubuh Diah, telanjang dengan buah dada mengacung. Sekarang saja Gelandang itu menunjang pintu masuk. Pintu itu tak terbuka. Dia Gelandangan lantas meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.

Diah lantas menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, namun gelandangan tadi konsisten menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang telah menancap di daging puting susunya berminat, merobek puting susunya. Diah menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.

Tetapi Diah tersadar dan menjerit. Cepat dia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Dan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Dia merasa kesakitan. Puting susunya kini berwarna ungu, dan menjadi amat peka. Udara dingin saja membikin puting susunya mengacung tegang. Cerita Bokep

Memar-memar menghiasi semua tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Diah menikmati sepasang tangan berupaya membuka belahan bokongnya dari belakang.

Sesuatu yang dingin dan keras berupaya masuk ke liang duburnya. Diah menoleh ke belakang, dan dia memperhatikan gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang mengendalikan sebuah botol minuman memabukkan.

“Ja…Jangan, ampun! Lepaskan aku pak! Aku telah diperkosa dan dipukuli! Aku tak bendung lagi.”
“Habisnya bokong Mbak kan belom diituin.” gelandangan itu berkata tak terang.
“Jangaaaaan!” Diah meronta, dikala penis si gelandangan tadi mulai berupaya masuk ke duburnya. Karena sebagian kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tak dapat masuk ke dalam duburnya Diah. Lalu dia lantas berlutut lagi, mengambil sebuah botol minuman memabukkan dari rak dan mulai menunjang dan memutar-mutarnya masuk ke liang dubur Diah.

Diah menjerit-jerit dan meronta-ronta dikala leher botol minuman memabukkan tadi mulai masuk dengan situasi masih memiliki tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang dubur Diah tersayat-sayat dikala gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan kemauan liang dubur Diah dapat membesar. Karena sebagian Lama tiba-tiba gelandangan tadi mencabut botol hal yang demikian. Tutup botol minuman memabukkan itu telah dilapisi darah dari dalam dubur Diah, namun dia tak peduli. Gelandang itu kembali berupaya memasukan penisnya ke dalam dubur.


Diah yang kini telah membesar sebab disusupi botol minuman memabukkan. Gelandangan tadi mulai bergerak kesenangan, rasanya telah lama sekali dia tak meniduri perempuan, dia bergerak kencang dan keras sehingga Diah merasa dirinya akan terlepar ke depan tiap-tiap gelandangan tadi bergerak maju. Diah terus menangis memperhatikan dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, namun gelandangan tadi terus bergerak makin makin kencang, tangannya meremas buah dada Diah, membikin Diah menjerit sebab puting susunya yang terluka ikut serta diremas dan dipilih-pilin.

 dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Diah merakan cairan hangat mengalir dalam duburnya, hingga gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Diah.

“Makasih yaaa Mbak! Aku puas sekaliiiii! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Diah. Kemudian dia menunjang Diah duduk dan kembali mengikat tangan Diah ke belakang, kemudian mengikat kaki Diah erat-erat. Kemudian tubuh Diah disupportnya ke bawah meja kasir sampai tak nampak dari luar.

Sambi terus mengumam terima beri Dan sigelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa sebagian botol minuman memabukkan keluar dari kios. Diah terus saja menangis, merintih menikmati air mani gelandangan tadi mengalir keluar dari duburnya. Lama kemudian Diah jatuh pingsan sebab kelelahan dan shock Berat. Dan tersadar dikala Dia ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 7 pagi.

No comments:

Post a Comment