Cerita Panas Dewasa Bermain Dengan Janda Tante Sendiri Sampe Crot Barengan - Namaku Aldi, umurku 21 tahun dengan tinggi badan 187 cm dan berat badan 88 kg. Saya sekarang berprofesi sebagai tukang tagih di salah satu instansi di GTLO. Saya lebih suka wanita separuh baya berambut. Saya benar-benar menyenangi membaca cerita di http://supersemar88.blogspot.com/ secara khusus di komponen “janda”. Saya berkeinginan menyebutkan kisah riil dengan tanteku sendiri, Tante Lia. Cerita yang dituangkan di sini merupakan kisah riil dan bagi yang kebetulan merasa sama nama atau kisahnya mohon dimaafkan itu hanyalah kebetulan. Kejadian ini terjadi sekitar 6 tahun yang lalu, waktu itu saya masih berusia 16 tahun.
Saya memiliki seorang tante bernama Lia yang umurnya waktu itu 36 tahun. Tante Lia merupakan adik dari Mamaku. Tante Lia telah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinan ia dengan mendiang suaminya tak di karunia si kecil. Tante Lia sendiri melanjutkan usaha peninggalan dari mendiang suaminya. Ia tinggal di salah satu perumahan yang tak jauh dari rumahku. Ia tinggal dengan seorang asistennya, Mbak Sumi. Tante Lia ini orangnya menurutku seksi sekali. Payudaranya besar bulat dengan ukuran 36C, meskipun tingginya sekitar 175 cm dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata soalnya ia belum punya si kecil. Hal ini membuatku acap kali ke rumahnya dan betah berlama-lama sekiranya sedang ada waktu.
Dan sehari-harinya saya hanya berdiskusi dengan tante Lia yang seksi ini dan ia itu orangnya supel benar tak canggung cerita-cerita denganku. Dari cerita tante Lia dapat saya terka bahwa ia itu orangnya kesepian sekali sejak suaminya meninggal. Karenanya saya berusaha memandunya dan sekaligus berkeinginan memperhatikan tubuhnya yang seksi. Tiap kali saya memperhatikan tubuhnya yang seksi, saya senantiasa terstimulus dan saya lampiaskan dengan onani sambil membayangkan tubuhnya. Kadangkala muncul pikiran kotorku berkeinginan bersetubuh dengannya tetapi saya tak berani bertingkah tipe-tipe kepada ia, saya takut nanti ia akan naik pitam dan melaporkan ke orang tuaku.
Hari demi hari keinginanku untuk dapat menerima tante Lia kian kuat saja. Kadang-kadang kupergoki tante Lia dikala nabis mAlan, ia cuma menggunakan lilitan handuk saja. Memandangnya jantungku deg-degan rasanya, berkeinginan seketika membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga ia acap kali memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan pakaiannya dari belakang. Benar-benar memancing gairahku.
Hingga pada hari itu tepatnya malam pekan, saya sedang malas keluar bersama sahabat-sahabat dan saya bahkan pergi ke rumah Tante Lia. Sesampai di rumahnya, tante Lia baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tetamu sambil membaca majalah. Kami bahkan saling bercerita, tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Lia memintaku menginap saja di rumahnya malam ini dan memintaku memberitahu orang tuaku bahwa saya akan menginap di rumahnya berhubung hujan deras sekali.
“Lan, tante berharap tidur dahulu ya, udah ngantuk, kau udah ngantuk belum?”, katanya sambil menguap. “Belum tante”, jawabku. “Oh ya tante, Rio boleh gunakan komputernya nggak, berharap cek surel bentar”, tanyaku. “Boleh, gunakan aja” jawabnya lalu ia menuju ke kamarnya. Lalu saya menggunakan komputer di ruang kerjanya dan mengakses web porno. Dan terus jelas tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang telah tegang sambil memperhatikan gambar wanita separuh baya bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku hingga tegang sekali berukuran sekitar 15 cm sebab saya telah terstimulus sekali.
Tanpa kusadari, tahu-tahu tante Lia masuk menyelonong semacam itu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya saya tak sempat lagi menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Lia sempat terbelalak memperhatikan batang kemaluanku yang sedang tegang sampai seketika saja ia bertanya sambil tersenyum manis. “Hayyoo lagi ngapain kau, Lan?” tanyanya. “Aah, nggak apa-apa tante lagi cek surel” jawabku sekenanya. Tetapi tante Lia sepertinya sadar sekiranya saya dikala itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku. “Ada apa sih tante?” tanyaku. “Aah nggak, tante hanya pengen ajak kau temenin tante nonton di kamar” jawabnya. “Oh ya telah, nanti aku nyusul ya tante” jawabku. “Tetapi jangan lama-lama yah” kata Tante Lia lagi.
Sesudah itu saya berusaha meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu saya beranjak menuju ke kamar tante dan mengantar tante Lia nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur. Memandang film itu seketika saja saya menjadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku seketika saja bangkit lagi. Pun Tante Lia telah menggunakan pakaian tidur yang tipis dan edannya ia tak menggunakan bra sebab saya dapat memperhatikan puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairahku memuncak memperhatikan panorama seperti itu, tetapi apa boleh buat saya tak berani bertingkah tipe-tipe.
Batang kemaluanku kian tegang saja sehingga saya terpaksa bergerak-gerak sedikit guna membenarkan posisinya yang miring. Memandang gerakan-gerakan itu tante Lia terbukti seketika menyadari sambil tersenyum ke arahku. “Lagi ngapain sih kau, Lan?” tanyanya sambil tersenyum. “Ah nggak apa-apa kok, tante” jawabku malu. Sementara itu tante Lia mendekatiku sehingga jarak kami kian dekat di atas ranjang. “Kau terstimulus yah, Lan, lihat film ini?” “Ah nggak tante, lazim aja” jawabku mencoba memegang diri. Dapat kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, berkeinginan rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya. Tetapi terbukti hal ini tak dinikmati olehku saja, Tante Lia bahkan terbukti telah agak terstimulus sehingga ia mencoba mengambil serangan secara khusus dulu.
“Berdasarkan kau tante seksi nggak, Lan?” tanyanya. “Wah seksi sekali tante” kataku. “Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga nampak kian membesar. “Wah seksi tante dong, abis bodynya tante baik sih” kataku. “Ah masa sih?” tanyanya. “Iya benar tante, swear..” kataku. Jarak kami kian merapat sebab tante Lia terus mendekatkan tubuhnya padaku, lalu ia bertanya lagi padaku..
“Kau berharap nggak kalo diajak begituan sama tante”. “Mmaauu tante..” Ah, seperti ketiban duren ambrol, kans ini tak tentu saya sia-siakan, seketika saja saya memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada tante Lia. “Wahh barang kau lumayan juga, Lan” katanya. “Ah tante dapat aja.. Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. Sampe aku gemes deh ngeliatnya..” kataku. “Ah bandel kau yah, Lan” jawabnya sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku. “Waahh jangan dipegangin terus tante, ntar dapat tambah gede loh” kataku. “Ah yang benar nih?” tanyanya.
“Iya tante.. Ehh.. Ehh saya boleh pegang itu nggak tante?” kataku sambil menunjuk ke arah payudaranya yang besar itu. “Ah boleh aja kalo kau berharap” jawabnya. Wah kans besar, tetapi saya agak sedikit takut, takut ia naik pitam tetapi tangan si tante kini bahkan telah mengelus-elus kemaluanku sehingga saya memberanikan diri untuk mengelus payudaranya. “Ahh.. Arghh nikmat Lan.. Kau bandel ya” kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku. “Loh kok dilepas sih Lan?” tanyanya. “Ah takut tante naik pitam” kataku. “Oohh nggak lah, Lan.. Kemari deh”.
Tanganku digenggam tante Lia, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga saya bahkan kian berani meremas-remas payudaranya. “Aarrhh.. Sshh” rintihnya sampai kian membuatku penasaran. Lalu saya bahkan mencoba mengecup tante Lia, sungguh di luar dugaanku, Tante Lia menyambut ciumanku dengan beringas. Kami bahkan lalu berkecupan dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu. “Ahh kau memang hebat Lan.. Terusin Lan.. Malam ini kau patut memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh”. “Tante, saya boleh buka pakaian tante nggak?” tanyaku. “Oohh silakan Lan”, sambutnya.
Dengan kencang kubuka pakaiannya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan telah berada di depan mataku, seketika saja saya menjilat-jilat payudaranya yang memang saya kagumi itu. “Arrgghh.. Arrgghh..” lagi-lagi tante mengerang-erang keenakan. “Teruuss.. Teerruuss Lan.. Ahh nikmat sekali..” Lama saya menjilati putingnya sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga telah mulai mengeluarkan cairan jernih pelumas di atas kepalanya. Lalu sekilas kulihat tangan Tante Lia sedang mengelus-elus komponen klitorisnya sehingga tanganku bahkan kuarahkan ke arah komponen celananya untuk kulepaskan.
“Aahh buka saja Lan.. Ahh” Napas Tante Lia terengah-engah membendung nafsu. Sekarang kesetanan saya seketika membuka CD-nya dan lalu kuciumi. Sedap Tante Lia telah bugil sempurna. Kulihat liang genitalianya yang penuh dengan bulu. Lalu dengan perlahan-perlahan kumasukkan jariku untuk menerobos liang genitalianya yang telah berair itu. “Arrhh.. Sshh.. Sedap Lan.. Sedap sekali” jeritnya. Sesudah puas jariku bergerilya lalu kudekatkan mukaku ke liang genitalianya untuk menjilati bibir genitalianya yang licin dan mengkilap itu.
Lalu dengan nafsu kujilati liang genitalianya dengan lidahku turun naik seperti mengecat saja. Tante Lia kian kelabakan sampai ia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya. “Aah.. Sshh tante udaahh nggaakk tahaann laaggii.. Tante udaahh maauu kkeeluuaarr.. Ohh”, dengan kian kencang kujilati klitorisnya dan jariku kucobloskan ke liang genitalianya yang kian berair. Sekarang dikala kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya akan orgasme.
Lalu kupercepat jilatanku dan tikaman jariku sehingga ia merasa keenakkan sekali lalu ia menjerit.. “Oohh.. Aarrhh.. Tante udah keeluuaarr Lan.. Ahh” sambil menjerit kecil bokongnya digoyang-goyangkan dan lidahku masih terus menjilati komponen bibir genitalianya sehingga cairan orgasmenya kujilati hingga habis.
Kemudian tubuhnya hening seperti lemas sekali. “Wah rupanya kau hebat sekali, tante telah lama tak menikmati kepuasan ini loh..” ujarnya sambil mengecup bibirku sehingga cairan liang genitalianya di bibirku ikut serta belepotan ke bibir Tante Lia. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh tante Lia dan saya bahkan masih memilin-milin puting tante yang telah kian keras itu.
“Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sedap giliran tante.. Tante akan buat kau menikmati nikmatnya tubuh tante”. Tangan tante Lia seketika menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit tetapi kudiamkan saja sebab terasa nikmat juga diremas-remas oleh tangan tante Lia. Lalu saya juga tak berharap keok, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang cantik itu.
Saya tante Lia mulai terstimulus kembali saat tanganku meremas-remas payudaranya dengan sekali-sekali kujilati putingnya yang telah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan, kukulum terus puting susunya sehingga tante Lia menjadi kian blingsatan. “Aahh kau menyenangi sekali sama dada tante yah, Lan?” “Iya Tante abis tetek tante wujudnya benar-benar menstimulus sih.. Terus besar tetapi masih konsisten pesat..” “Aahh kau memang pintar muji orang, Lan..” Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya telah berwarna kemerahan melainkan tak dikocok cuma dielus-elus.
Lalu tante Lia mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga saya bahkan mulai menikmati kenikmatan yang luar lazim hingga hasilnya Tante Lia berjongok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluanku. Sedetik kemudian ia mulai mencium kepala batang kemaluanku yang sudah mengeluarkan cairan jernih pelumas dan merata hal yang demikian ke semua kepala batang kemaluanku dengan lidahnya.
Saya benar-benar menikmati nikmatnya service yang diberi oleh Tante Lia. Lalu ia mulai membuka mulutnya dan lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati semua komponen batang kemaluanku sehingga berair oleh ludahnya. Selang sebagian menit sesudah tante melaksanakan hisapannya, saya mulai menikmati desiran-desiran kenikmatan menjalar di semua batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Lia kemudian kudorong pelan sehingga ia tengadah di atas ranjang.
Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga ia mengangkang ideal di depanku. “Aahh Lan, ayolah masukin batang alat vital kau ke tante yah.. Tante udah nggak tabah berharap ngerasain memek tante disodok-sodok sama batangan kau itu”. “Iiyaa tante” kataku. Lalu saya mulai memberi nasihat batang kemaluanku ke arah lubang genitalianya tetapi saya tak seketika memasukkannya tetapi saya gesek-friksi secara khusus dahulu ke bibir genitalianya sehingga tante Lia lagi-lagi menjerit keenakan.. “Aahh.. Aahh.. Ayolah Lan, jangan tanggung-tanggung masukiinn..” Lalu saya mensupport masuk batang kemaluanku.
Uh, agak sempit terbukti lubang genitalianya sehingga agak susah memasukkan batang kemaluanku yang telah tegang sekali itu. “Aahh.. Sshh.. Oohh perlahan-perlahan Lan.. Teruss-teruuss.. Aahh” Saya mulai mensupport kepala batang kemaluanku ke dalam liang alat vital Tante Lia sehingga ia menikmati kenikmatan yang luar lazim saat batang kemaluanku telah masuk semuanya.
Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan pelan tetapi dengan gerakan memutar sehingga bokong Tante Lia juga ikut serta-ikutan bergoyang. Rasanya enak sekali sebab goyangan bokong tante Lia mewujudkan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang genitalianya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. Sementara itu saya terus menjilati puting dan menjilati leher yang dibasahi keringatnya.
Sementara itu tangan Tante Lia mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan kian kencang lagi. “Oohh.. Sshh.. Lan.. Sedap sekali.. Oohh.. Ohh..” mendengar rintihannya saya kian bernafsu untuk seketika memecahkan permainan ini. “Aahh.. Rupanya Lan, tante berharap keluuaarr.. Aahh” Tubuh tante Lia kembali bergerak liar sehingga bokongnya ikut serta-ikutan naik. Saya ia kembali orgasme, dapat kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang genitalianya.
“Aahh.. Sshh.. Sshh”, desahnya, lalu tubuhnya kembali hening merasakan sisa-sisa orgasmenya. “Wahh kau memang hebaat Lan.. Tante sampe kalah dua kali meskipun kau masih tegar” “Iiyaa tante.. Bentar lagi juga Alan keluar nih..” ujarku sambil terus menyodok liang genitalianya yang berdetak-detak itu. “Aahh nikmat sekali tante.. Aahh..” “Terusin Lan.. Terus.. Aahh.. Sshh” erangan tante Lia membuatku kian kuat merojok-rojok batang kemaluanku dalam liang genitalianya.
“Aauuhh perlahan-perlahan Lan, aahh.. Sshh” “Aduh tante bentar lagi saya udah berharap keluar nih..” kataku. “Aahh.. Lan.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante berharap ngerasain.. Ahh.. Shh.. Sesudah rasain siraman hangat peju kau..” “Iiyyaa.. Tante..” Lalu saya mengangkat kaki kanan tante sehingga posisi liang genitalianya lebih menjepit batang kemaluanku. “Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Rio berharap keluar nih.. Ahh” lalu saya memeluk tante Lia sambil meremas-remas payudaranya. Sementara itu, tante Lia memelukku kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan bokongnya.
“Aahh tante juga berharap keluar lagi aahh.. Sshh..” lalu dengan sekuat energi kurojok liang genitalianya sehingga kumpulan air maniku yang telah terbendung menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott.. “Aahh nikmat sekali tante.. Aahh.. Ahh..” Selama dua menitan saya masih menggumuli tubuh Tante Lia untuk mengatasi semprotan maniku itu. Lalu Tante Lia menbelai-belai rambutku. “Ah kau rupanya seorang jagoan, Lan..” Sesudah itu ia mencabut batang kemaluanku dari liang genitalianya kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap olehnya.
Dan kemudian kami berdua bahkan tidur saling berpelukan. Malam itu kami melaksanakannya hingga tiga kali. Sesudah kejadian itu kami acap kali melaksanakan kekerabatan seks yang kadang-kadang mencontoh gaya-gaya dari film porno. Sebab kami bahkan berjalan selama dua tahun dan hasilnya dikenal oleh orang tuaku. Saya merasa malu, Tante Lia bahkan pindah ke Jakarta dan melakukan usahanya di sana. Saya benar-benar benar-benar kehilangan Tante Lia dan sejak kepindahannya, tante Lia tak pernah menghubungiku lagi.
No comments:
Post a Comment