WWW.SUPERSEMAR88.BLOGSPOT.COM - kurang lebih 2 tahun yang lalu. Dengan kepandaianku mengelola ketika itu saya sudah mempunyai banyak pelanggan di bengkelku. Kebanyakan dari mereka merupakan para karyawan yang berprofesi di kawasan perkantoran itu. Salah satunya ucap saja Mbak Santi, usianya 35 tahun. Dia merupakan seorang manager di suatu perusahaan. Wajahnya cukup menarik, dengan kulit putih bersih. Tubuhnya betul-betul seksi, padat, dan berisi.
Tabah menjadi sentra perhatianku merupakan wujud payudaranya. Wujudnya besar, melainkan nampak selaras dengan perawakan tubuhnya. Saya tak jarang membayangkan jikalau suatu ketika bisa menikmati halusnya kulit dadanya dan meremas pun mengulum putingnya susunya.
Malam itu aku sedang menunggu Taksi berkeinginan pulang, sebab kendaraan beroda empat yg umum aku gunakan, dipinjam adik. Aku baru saja selesai menutup bengkel. Sekitar 10 menit aku menunggu, datang kendaraan beroda empat sedan menghampiriku, lalu kaca kendaraan beroda empat itu terbuka, dan kulihat Mbak Santi di dalam kendaraan beroda empat mewah itu memanggilku, ia bahkan bertanya.
“Ingin kemana An..? kok sendirian, berkeinginan aku antar nggak?”
Tanpa basa-basi aku lalu menjelang kendaraan beroda empat mewah itu, kemudian kita berdialog di dalam kendaraan beroda empat. Singkat kata Mbak Santi mengajakku ke discothique, waktu itu malam pekan.
Setibanya di diskotik. Kami mencari table yang kosong dan strategis di pojok melainkan dapat mengamati floor dance.
“Aku sedang pesan lagi satu untuk kita berdua,” kata Mbak Santi.
Untuk “on”, aku memang butuh dorongan inex, melainkan cukup separuh, sementara satu setengahnya lagi untuk Mbak Santi. Rupanya takaran satu separuh baru cukup untuk Mbak Santi. Rupanya Mbak Santi menyukai triping.
Orderan tidak lama datang. Kubayar bill-nya. Ditanganku ada dua butir pil inex, yang satu aku bagi dua. Mbak Santi lantas menelan satu separuh, dan sisanya untuk ku. Sesudah 15 menit, Mbak Santi nampak kian on. Karenanya kami berjoget, berdansa-nari, dan berteriak berbahagia di dalam diskotek yang penuh dengan orang yang sama-sama triping.
Dikala aku berdiri dan mengamati Mbak Santi “ON” berjoget dengan erotisnya, tidak lama kemudian Mbak Santi menghampiri dan merapatkan tubuhnya yang mulus itu ke depanku. Dia mengenakan t-shirt putih dan celana warna gelap. Dalam keremangan dan kilatan lampu diskotek, dia kelihatan manis dan anggun. Aku kembali menyibukkan diri dengan bergoyang dan memeluknya belakang tubuhnya.
Kala tangan ku dengan jahil meremas dada Mbak Santi yang masih tertutup kemeja, Tanganku semakin jahil mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas ke dua gunung kembarnya yang masih terbungkus BH. Tanganku walhasil bisa menikmati halus dari payudara Mbak Santi, jari-jari ku mencari-cari puting payudara Mbak Santi dengan menyusup ke dalam BH Mbak Santi.
Aku remas dada Mbak Santi dengan perasaan, lalu tanganku bergerak ke punggung Mbak Santi berupaya membuka pengait bra itu, saya telah sukses melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku masih konsisten mendekapnya dan mulutku bahkan menciumi leher level itu, sambil tanganku memainkan puncak puting susu itu sampai memerah pengaruh remasan tanganku.
Sementara Mbak Santi cuma memejamkan matanya meresapi tiap-tiap jamahan tangan dan terus bergoyang meniru melodi, aku terus mengelus dadanya sehingga membikin Mbak Santi dari gerakan tubuhnya Mbak Santi memang tampak berkeinginan sekali dipuasi, nampak dari bokongnya yang montok dan masih terbungkus rok, terus merapat ke ke belakang. “Kau telah on berat ya?” katanya. Aku tersenyum, kupeluk tubuhnya dan kucium pipinya.
Pada pukul 02.00 pagi, DJ mengumumkan discothique akan terus buka hingga pukul 05.00.
Pengunjung bersorak-sorai riang berbahagia. Tetapi Mbak Santi kelihatannya telah mulai “Droop”.
“Sayang aku telah lelah,” keluh Mbak Santi.
“Ah, masa lelah, sayang,” ucapku sambil terus memeluk erat dan menciumi leher belakangnya.
“Sayang.. kita pulang yuk..,” katanya. “Aku berkeinginan rehat”.
“Pulang ke mana?” tanyaku.
“Ke mana aja” jawabnya. Aku baru paham, bahwa ia berkeinginan lanjut ke daerah tidur.
“Aku sesungguhnya telah booking kamar di hotel dekat sini” ujarnya.
“Apabila semacam itu. kita ke sana”
“Tetapi tunggu, aku berkeinginan bilang temen dahulu yang lagi digaet cowok di pojok sana,” katanya.
Pas pukul 02:30 dini hari kami keluar dari discothique hal yang demikian dengan rasa puas dan gembira terus kami menuju ke hotel. Setibanya kami dikamar Mbak Santi seketika berjoget lagi kali ini tanpa musik melainkan ia yang menyanyi dan sembari melucuti bajunya tepat seperti orang sedang berdansa striptis, aku cuma mengamati dan duduk disebuah tempat duduk sofa yang ada ideal didepan jendela.
Sambil berdansa dan melucuti bajunya Mbak Santi menghampiri aku dan lantas jongkok didepan aku sambil membuka resleting celana aku, aku cuma memandang apa yang akan dikerjakannya, “Wowww.. besar dan cepat sekali.. buat Santi ya..”
Kemudian Mbak Santi mengulum penisku yang menegang semenjak tadi.
“Ooogghh.. sshh.. nikmat sekali San..”, ucapku.
Ia mengeluarkan penis aku yang telah separuh tegang dan seketika diisapnya dalam-dalam. Pintar memang Mbak Santi dalam memainkan isapannya, sambil mengisap lidahnya terus berdansa dan meliuk diteruskan ke buah zakar aku, sesudah 10 menit naik dan turun ia isap dan jilatin penis aku, Mbak Santi melemparkan tubuhnya ke atas kasur, dan jatuh tengadah. Seketika aku menyergapnya, dan kami bercinta dengan dorongan nafsu betul-betul tinggi sebab akibat inex.
Kami berkecupan, bertarung lidah dan bergantian mengisapnya. Kuciumi pipinya, matanya, keningnya, dagunya. Kujilati daun telingaya, dan kusodok-sodok lubang alat pendengarannya dengan lidahku.
Tanganku tidak membisu. Mengelus dan meremas rambutnya, menelusuri leher dan belahan dadanya. Kuusuap-usap perutnya, punggungnya, dan pantatnya. Kubekap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus nan rimbun. Jari manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran organ intim wanita Rani. lalu jari tengahku mengorek-ngorek klitorisnya dengan penuh perasaan.
“Ooh.. sshh.. aahh..!” desah Mbak Santi.
“Sayang..,” dengusku sambil terus mencumbunya.
Saya menarik tanganku dari organ intim wanita Mbak Santi. Sekarang kedua tanganku mengelus-elus pinggiran payudaranya.
Berputar hingga walhasil meremas komponen putingnya. Alhasil anganku tercapai.
“Oooh.. terus.. say..!” desah Mbak Santi lagi.
Aku jilati pinggiran buah dadanya, lalu menghisap putingnya.
“Oohh.. sayang..!” Mbak Santi merintih sedap. Mbak Santi bangkit dan menyokong saya agar tengadah. Dia melaksanakan cumbuan mengikuti caraku. Dia bahkan membekuk penisku dan mengelusnya dengan tekanan yang membangkitkan daya seksualitas. Mbak Santi memutarkan badan di atas tubuhku yang tengadah. Dia menciumi dan menjilati penisku sementara vaginanya disumpalkan ke mulutku.
Alhasil Mbak Santi menjatuhkan diri ke daerah tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya semakin cepat. Putingnya semakin memerah. Napasnya tersengal-sengal. Peluh telah membasahi sekujur tubuhnya. Dia keringatku. Juga nafasku. Juga si nagaku yang telah meronta. Ia sepertinya kebingungan dikala kuambil dua bantal. Dengan lembut kuangkat tubuhnya, lalu bantal itu kuletakkan di bawah bokongnya.
Membuat tubuh komponen bawahnya. Secara pahanya yang putih mulus semakin menantang. Membuat dikala bukit venus dengan bulu-bulu halusnya menyembul ke atas. Secara magmaku terasa berkeinginan meledak. Ia mengerang ketika lidahku kemudian jemariku mengelus-elus bulu-bulu itu. Ia menjerit ketika kucoba menguak alat kelaminnya dengan jari telun-jukku. Otot pahanya meregang ketika kuhisap clitorisnya.
“Masukkan penismu, pesat sayang,” rintihnya.
“Aahh..!” rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris seperti jeritan. Saya jongkok di pinggir daerah tidur,
kutarik kaki Mbak Santi hingga pantatnya berada di tepi ranjang. Kusingkap selangkangannya, dan kulumat vaginanya yang telah becek.
Kubalikkan tubuhnya, kujilati pantatnya sambil adakalanya separuh menggigitnya. Kukorek-korek duburnya dengan jari tengahku.
“Ouuwww.. ooh.. sshh.. sayang, cepet usul!” katanya memelas-melas.
Saya Mbak Santi memanas daya seksualitas, saya kian terus mempermainkannya dan belum berkeinginan melaksanakan penetrasi. Saya mengamati Mbak Santi hingga meneteskan air mata membendung orgasme.
Dia penisku yang telah membesar ini. Ia bimbing dan penisku terasa meraba bibir alat kelaminnya. Ia melepaskan pegangannya. Kudorong sedikit. Ia menjerit. Kutahan napas. Lalu kutekan lagi. Ia memekik. Pada dorongan kesekian kalinya target lepas lagi. Ia terengah-engah. Saya mengambil posisi. Saat separuh jongkok, kedua kakinya kutarik.
Secara jepitan atas tubuhku. Kuarahkan penisku ke lubang yang berair dan menganga itu. Membuat kudorong ia meremas rambutku kuat-kuat. Kutekan. Dan kutekan terus. Saat memperdulikan rintihannya. Kedua kakinya meregang ototnya. Dengan penuh keyakinan kutambah daya doronganku. Pertama terasa gemeretaknya tulang. Kemudian terasa sesuatu yang plong. Secara ia menjerit, merintih keras,
“Acchh.. sshh..”
Membuat kupacu ia dengan melodi yang lambat ia mengerang, menjerit, merintih terus. Kuubah posisi. Sekarang kedua tanganku berada di belakang punggungnya. Secara kaitan diantara ketiaknya. Ia meremas rambutku seiring dengan naik turunnya tubuhku. Kukunya mencengkram punggungku dikala kukayuh pantatku penuh melodi. Naik dan turun. Terkadang dan dorong. Rintihan dan jeritannya seakan tidak kupedulikan. Saya stop di tengah jalan. Ia meronta. Membuka matanya. Dengan wajah kuyu. Dari peluh kami yang menyatu. Tanpa diduga, ia mulai meniru melodi permainanku. Dengan membendung rasa sakit ia menggerakkan pinggulnya. Memutar dan memutar. Kala menyentak tubuhku yang di atasnya.
Saat lama kemudian Mbak Santi mengubah posisi menduduki pahaku, mengendalikan penisku dan dimasukkannya perlahan ke vaginanya.
“Uppss.. ooh..” rasanya sedap sekali penisku didalam vaginanya. Mbak Santi terus bergoyang naik turun.
“Ahh.. nikmat..”erangku.
Mbak Santi terus bergoyang sambil menjerit kecil. Dadanya yang naik turun seketika kuremas. Lalu kubalikkan posisinya kebawah.Dan saya gantian memompanya dari atas. Saya terus memompa hingga walhasil ia mengerang panjang. Otot vaginanya berkontraksi meremas penisku
“Oghh.. aku telah keluar sayang..” erang Mbak Santi.
Tiba-tiba, pintu kamar ada yang mengetuk.
“San.. San!” bunyi perempuan.
Saya terkejut dan sempat terhenti mencumbu Mbak Santi.
“Teruskan, sayang..! Saya temanku, biarkan saja,” kata Mbak Santi.
“San..!” pintu diketuk lagi ditiru bunyi panggilan.
“Masuk aja, Lin, enggak dikunci, kok” ujar Mbak Santi.
“Huuss..!! Kita lagi nanggung dan bugil seperti ini masa temenmu diperintah masuk..?” sergahku.
“Engga apa-apa, cuek aja..” kata Mbak Santi enteng sambil tersenyum manis.
“Wah, terbukti lagi pada asyik nih,” kata Lina semacam itu membukakan pintu dan masuk ke dalam kamar.
Saya masih dalam posisi jongkok dan penisku masih di dalam organ intim wanita Mbak Santi, dan cuma menyeringai mengamati kedatangan Lina.
“Mana cowokmu tadi?” tanya Mbak Santi.
“Tahu kau pulang ke hotel bawa cowok, yah saya dibawa ke hotel lain” sahut Lina.
Saya masih bengong mendengar percakapan dua cewek indah itu. Tiba-tiba tangan Mbak Santi menarik tanganku yang tersampir di pahanya.
“Ayo sayang goyangin penismu, jangan keok sama Lina” desak Mbak Santi.
Saya berdiri dan mengangkat tubuh Mbak Santi ke tengah daerah tidur. Penisku yang telah tegang dari tadi, lantas aku tembakkan lagi ke dalam lubang organ intim wanita Mbak Santi yang telah tak perawan melainkan masih terasa lengket. Kami sama-sama menikmati kehangatan yang sedap.
“Tabah dalam.. pesat.. ah.., nikmat..” pinta Mbak Santi. Saya pompakan penisku dengan penuh gairah.
Sementara Lina pergi ke kamar mandi dan mengurung diri disana. Mungkin berendam di bathtub. Saya inex membikin tenaga bendung persenggamaanku dengan Mbak Santi cukup lama. Melainkan gaya kami lakukan. Mbak Santi sebagian kali mengerang dan menggigit pundakku ketika menempuh orgasme. Sementara penisku masih anteng dan melesak-lesak ke dalam organ intim wanita Mbak Santi.
“Aduh.. capek, sayang..!” rintih Mbak Santi.
“Akibatnya dahulu.. yah..?”
“Saya, dong, say. Saya betul-betul merasakan hangatnya vaginamu,” rayuku.
Mbak Santi segera menggelepar pasrah, tak kuasa lagi menggerak-gerakkan tubuhnya yang lagi kugarap. Matanya terpejam. Saya kian terstimulasi memandangnya tidak berdaya. Kami telah bermandikan peluh. Tetapi penisku masih tegang, belum berkeinginan memuntahkan air mani. Alhasil saya kasihan juga sama Mbak Santi yang telah keletihan dan kelihatan tertidur meskipun saya masih menggagahinya.
Saya mendengar suara keciprak-kecipruk di kamar mandi. Spontan saya bangkit dan melepas penisku dari organ intim wanita Mbak Santi. Dengan langkah perlahan agar tak membangunkan Mbak Santi dari tidurnya, saya berjalan dan pelan membuka pintu kamar mandi. Benar saja Lina sedang berendam di bathtup dengan tubuh bugil. Dia kelihatan sedang merasakan kehangatan air yang merendamnya. Kepalanya bersender pada ujung bathtub. Saya menghampirinya dengan penis yang masih tegang.
Mata lina terbuka dan terkejut melihatku berdiri di sisi bathtup, menghadap ke arahnya.
“Mana Santi?” tanyanya separuh berbisik sambil matanya turun naik mengamati ke arah muka dan penisku yang ngaceng.
“Ia tidur.. jangan bising,” kataku sambil naik ke dalam bathtup dan seketika menindih tubuh Lina yang sintal dan pasrah. Kami bergumul dalam cumbuan yang hot.
“Lin kau diatas yah.. ” Tidak posisiku ada di bawah, ia lantas naik keatas perutku dan dengan lantas di pegangnya penisku sambil dinasehati kevaginanya, kulihat vaginanya cantik sekali, dengan bulu-bulu pendek yang menbuat rasa gatal dan nikmat waktu bergesekan dengan vaginanya. “Aaawww.. nikmat banget organ intim wanita kau Lin..”
“Sesungguhnya kan mana sama punya Santi..?”
Katanya sambil memutar bokongnya yang bahenol. Rasanya penisku berkeinginan patah dikala diputar didalam vaginanya dengan berputar makin lama makin pesat.
“Ah.. Lin.. nikmat banget ah..” Saya bahkan bangun sambil mulutku mencari pentil susunya, lantas kukemut dan kuhisap.
“Ton.. aku berkeinginan keluar..”
“Rasanya mentok.. ah..”
Memang dengan posisi ini terasa sekali ujung batangku meraba peranakannya.
“Ah.. ah.. eh..” suaranya tiap-tiap kali saya menyodok vaginanya.
Kugenjot vaginanya dengan pesat. Ia seperti kesurupan tiap-tiap ia naik turun diatas batangku yang dijepit erat vaginanya,
“Lin berkeinginan keluar..”
Kupeluk erat ia sambil menggilas putingnya. Kupompa vaginanya hingga kami tidak sadar mengeluarkan desahaan dan rintihan daya seksualitas yang hingga membangunkan Mbak Santi. Mbak Santi tiba-tiba berdiri di pintu kamar mandi dengan tubuh bugil dan matanya menatap saya dan Lina yang lagi bersetubuh.
“Gitu yah, enggak puas dengan saya kau dengan Lina,” bentak Mbak Santi dengan nada manja, pura-pura murka.
Eh, malahan Mbak Santi sekarang ikut serta naik ke dalam bathtup.
“San, ayo gantian, saya telah dua kali dibikin keluar, hingga lemes rasanya. Cowokmu ini terlalu perkasa,” kata Lina.
“Ayo sayang, kini saya akan membikin penismu muntah,” kata Mbak Santi.
Akibatnya Mbak Santi hampiri aku di dalam bath yang penuh dengan air, ditonton Lina yang duduk di ujung bathtup sambil membasuh vaginanya, dan pahanya menjadi sandaran kepala Mbak Santi. Kusuruh ia nungging, karenanya terlihatlah lubang vaginanya yang berair dan berwarna merah, kuarahkan kepala penisku ke lubang tempiknya secara pelan-lahan. Kutekan penisku lebih dalam lagi, ia menggoyangkan bokongnya sambil membendung sakit. Terdengar bunyi kecroot, kecroot sekiranya kutarik dan kumasukan penisku di lubang vaginanya, sebab bunyi air kali ya.
Mbak Santi kian histeris, sambil mengendalikan pinggiran Bath Tub ia goyangkan pinggulnya kian pesat dan bunyi kecrat, kecroot kian keras. Saat lama kemudian.
“Aduh say saya nggak bendung lagi berkeinginan keluar..”.
“Aduh sayang.. terus..”
Mbak Santi terkulai lemas dan vaginanya kurasakan kian licin, sehingga pahaku berair oleh cairan vaginanya yang keluar betul-betul banyak. Melainkan saya juga telah nggak bendung berkeinginan keluar, apalagi mendengar desahan-desahan yang erotis pada ketika Mbak Santi akan orgasme.
“Aduh, sayang, saya keok lagi nih, telah berkeinginan orgasme!”
Cairan hangat terasa masih mengalir dari dalam organ intim wanita Mbak Santi. Saya masih terus menggenjot vaginanya. Wajah Mbak Santi nampak pucat sebab telah keseringan orgasme. wajah indah yang melemah itu, genjotanku dipercepat.
“Sayang, aku berkeinginan keluar nich..”
“Keluarkan di dalam aja sayang, kita keluarin berbarengan, Santi juga berkeinginan keluar.”
Dan Alhasil spermaku mendesir ke batang jakar dan saya menempuh orgasme yang ditiru pula dengan orgasme Mbak Santi. maniku keluar dengan derasnya ke dalam organ intim wanita Mbak Santi dan Mbak Santi bahkan menikmatinya.
“Alhasil aku sukses membuatmu menempuh puncak kenikmatan sayang,” kata Mbak Santi sambil memeluk dan menciumi bibirku. Terasa sedap, licin, geli bercampur jadi satu menjadi sensasi yang membuatku ketagihan. Kami bertahan pada posisi itu hingga kami sama-sama melepaskan air mani kami.
“Lin.. emut penisku sayang” kataku lalu mencabut penisku dari vaginanya Mbak Santi. Lalu Lina menggilas 1/2 penisku sampai pejuhku habis keluar.
“Mhh.. ah.. nikmat sekali pejuhmu” katanya sambil mengocok ngocok penisku mencari sisa air pejuhku.
“Tetapi sejenak lagi nagaku akan bangun lagi lho. Lihat, telah mulai menggeliat!” kataku, menarik hati.
“Hhhaah..?” Mbak Santi dan Lina terkesiap berbarengan kompak.
Kemudian saya lantas keluar dari bathtup mendekati Lina dan memerintahnya membelakangiku. Dari belakang aku memberi tuntunan penisku ke vaginanya yang telah berair lagi sebab nafsu mengamati aku dan Mbak Santi.
Sleepp.. bless..
Saya seketika memasukkan penisku terburu buru, sebab sempit waktu membikin kesakitan Lina.
“Aduuh perlahan perlahan dong Say.., Lina sakit nih” katanya agak merintih.
“Sorry Sayang saya terlalu nafsu nih” kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung cantik. Lalu saya mulai memaju-mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.
“Shh.. ahh.. shh..” kata Lina separuh merintih kenikmatan.
“Lin.. vaginamu sempit.. sedap Lin..” teriakku mengiringi kenikmatanku pada alat kelamin kami. Sleep.. bles.. cplok.. cplok.. melodi persetubuhan kami sungguh cantik sampai saya ketagihan.
Kami melaksanakan posisi nungging itu lama sekali sampai kami sama-sama hingga hampir berbarengan.
“Shh.. ahh.. say, Lina hingga nih” katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang.
“Iya Lina sayang, aku juga hingga nih, didalam yah say..” kataku lalu menghunjamkan penisku dalam dalam divagina Lina.
Seerr.. croot..croot kami keluar hampir berbarengan lalu saya mencabut penisku dari organ intim wanita Lina.
penisku nampak berair dari air mani kami dan air kenikmatan Lina.
“Ugh.. say nikmat banget..” katanya.
Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu sisa kenikmatan yang tadi kami lalui.
No comments:
Post a Comment