Breaking

Monday, May 27, 2019

Cerita Seks Ngentot Nikmat di Puncak Gunung

SUPERSEMAR88.BLOGSPOT.COM - Ini terjadi pada tahun 90 an (tepatnya tanggal 31 Desember 1995). Dikala itu kategori kami (4 lelaki dan 2 perempuan) menjalankan pendakian gunung. Rencananya kami akan merayakan pergantian tahun baru di sana. Hingga di daerah yang kami tuju hari sudah petang, kami langsung mendirikan kemah di daerah yang strategis.

Sesudah semuanya selesai, kami setuju bahwa tiga orang lelaki sepatutnya mencari kayu bakar, sisanya konsisten tinggal di perkemahan. Saya, Robby, dan Doni memilih mencari kayu bakar, meskipun Fadli, Lia dan Wulan konsisten tinggal di kemah.

Baru sebagian langkah kami beranjak pergi, tiba-tiba Wulan memanggil kami, katanya ia mau turut kategori kami saja (alasannya masuk logika, ia tak nikmat hati karena Fadli merupakan pacar Lia, dan Wulan tak mau absensinya di kemah mengganggu acara mereka). Sebab Fadli dan Lia tak keberatan ditinggal berdua, kami (Robby, Doni, saya dan Wulan) langsung melanjutkan perjalanan.

Ada sebagian hal yang perlu saya ceritakan terhadap pembaca perihal dua orang sahabat wanita kami. Lia sifatnya amat lembut, de
wasa, pendiam dan keibuan. Sifat ini bertolak belakang dengan Wulan. Mungkin sebab ia si kecil bungsu dan ketiga kakaknya seluruh lelaki, jadi Wulan amat manja, namun kadang kala tomboy. Tetapi di balik seluruh itu, kami seluruh mengakui bahwa Wulan amat menawan, pun lebih menawan dari Lia.


Tak berapa lama, sampailah kami pada daerah yang dituju, lalu kami mulai mengumpulkan ranting-ranting kering. Sambil mengumpulkan ranting, kami mendiskusikan apa yang sedang dijalankan Fadli dan Lia di dalam kemah. Tentu saja diskusi kami menjurus terhadap hal-hal porno. Sesudah cukup apa yang kami cari, Robby mengusulkan singgah mandi dahulu ke sungai yang tak berapa jauh dari daerah kami berada.

Wulan boleh turut, namun sepatutnya menunggu di atas tebing sungai sementara kami bertiga mandi. Wulan sepakat saja. Singkat kata, sampailah kami pada sungai yang dituju. Saya, Robby dan Doni turun ke sungai, lalu mandi di situ. Wulan kami suruh duduk di atas tebing dan jangan sekali-kali mengintip kami.

Saat sedang asyik-asyiknya kami berkubang di air, tiba-tiba kami mendengar Wulan menjerit sebab terjatuh dari atas tebing. Tubuhnya menggelinding hingga hasilnya dia tercebur ke dalam air. Pesat-kencang kami berlari mencoba menyelamatkan Wulan (kami mandi cuma menanggalkan pakaian dan celana panjang, meskipun celana dalam konsisten kami gunakan).

Robby yang terampil berenang langsung menjemput Wulan, lalu menariknya dari air menuju tepi sungai. Saya dan Doni menunggu di atas. Hingga di tepi sungai, tubuh Wulan berair kuyup. Sepintas kulihat lengan Robby meraba buah dada Wulan. Sebab Wulan mengaplikasikan T-Shirt berair, saya bisa memperhatikan dengan terang lekuk-lekuk tubuh Wulan yang amat menggairahkan.

Wulan merintih memegangi lutut kanannya. Saya dan Doni terpaku tak tahu apa yang sepatutnya kami lakukan, namun Robby yang pernah turut aktivitas penyelamatan dengan sigap membuka ikat pinggang Wulan lalu mencopot celana jeans Wulan hingga lutut. Wulan berteriak sambil mempertahankan celananya supaya tak melorot.

Sungguh, dikala itu saya tak tahu apa sesungguhnya yang hendak Robby lakukan kepada Wulan. Segalanya berjalan semacam itu kencang dan saya tak menaruh tuduhan negatif kepada Robby. Saya cuma menyangka, Robby hendak memeriksa luka Wulan. Tetapi dengan melorotnya jeans Wulan hingga ke lutut, kami bisa memperhatikan dengan terang celana dalam wulan yang berwarna off-white (putih kecoklatan) dan berenda. Kontan penisku bangun.

Robby memerintahkan saya dan Doni memegangi kedua tangan Wulan. Hingga dihipnotis, kami berdasarkan saja. Wulan kian meronta sambil membentak, “Rob, apa-apaan sih.., Lepas.., lepas! Atau aku teriak”.

Doni secepat kilat membungkam mulut Wulan dengan kedua telapak tangannya. Robby sesudah sukses mencopot celana jeans Wulan, kini mencoba mencopot celana dalam Wulan. Hingga detik ini, hasilnya saya tahu apa sesungguhnya yang sedang terjadi. Saya tak berani melarang Robby dan Doni, sebab kecuali saya telah merasa terlibat, saya juga amat terstimulus dikala memperhatikan alat vital Wulan yang lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting.

Wulan kian meronta dan mencoba berteriak, namun cengkeraman tanganku dan bungkaman Doni membikin usahanya sia-sia belaka. Robby langsung berlutut di antara kedua belah paha Wulan. Tangan kirinya menekan perut Wulan, tangan kanannya memberi arahan penisnya menuju alat vital Wulan. Wulan kian meronta, membikin Robby kesusahan memasukkan penisnya ke dalam lubang vaginanya. Doni mengambil inisiatif.

Terbukti lalu duduk mengangkangi pas di atas dada Wulan sambil tangannya terus membungkam mulut Wulan. Tiba-tiba Wulan berteriak keras sekali. Aku Robby sukses merobek selaput dara Wulan dengan penisnya. Secara kencang Robby menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Untuk sebagian menit lamanya Wulan meronta, hingga hasilnya ia membisu pasrah. Yang ia lakukan cuma menangis terisak-isak.

Doni melepaskan telapak tangannya dari mulut Wulan sebab ia merasa Wulan tak akan berteriak lagi. Lalu ia mencoba menarik T-Shirt Wulan ke atas. Di luar dugaan, Wulan kali ini tak mengadakan konfrontasi, sampai Doni dan saya bisa melepaskan T-Shirt dan BH-nya. Luar umum, tubuh Wulan dalam situasi telanjang bulat amat membangkitkan daya seksualitas. Tubuhnya mulus, dan buah dadanya amat montok. Mungkin ukurannya 36B.

Doni langsung menjilati puting susu Wulan, sementara saya memperhatikan Robby kian kesetanan mengoyak-ngoyak Miss V Wulan yang sebagian dikala yang lalu masih perawan. Saya amat terstimulus, lalu saya mulai memaksa mengecup bibir Wulan. Ugh, sedap sekali bibirnya yang dingin dan lembut itu.

Saya menggilas bibirnya dengan amat bernafsu. Saya tak tahu apa yang sedang Wulan rasakan. Saya cuma memperhatikan, matanya polos menerawang jauh langit di atas sana yang menguning tanda malam akan langsung tiba. Tangisnya telah agak mereda, namun saya masih bisa mendengar isak tangisnya yang tak sekeras tadi. Mungkin ia telah amat putus impian, shock, atau mungkin juga merasakan perlakuan kasar kami.

Tiba-tiba saya mendengar Robby menjerit terbendung. Tubuhnya mengejang. Terbukti menyemprotkan air mani banyak sekali ke dalam Miss V Wulan. Aku menit kemudian Robby beranjak pergi dari tubuh Wulan lalu tergolek kelelahan di samping kami. Doni menyuruhku mengambil giliran kedua. Saya bangkit menuju Terbukti Wulan.

Sepintas saya memperhatikan air mani Robby mengalir ke luar dari mulut Miss V Wulan. Warnanya putih kemerahan. Aku bercak-bercak merah itu berasal dari darah selaput dara (hymen) Wulan yang robek.

Tanpa kesusahan saya sukses memasukkan penis ke dalam vaginanya. Rasanya sedap sekali. Licin dan hangat bercampur menjadi satu. Dengan kencang saya mengocok-ngocok penisku maju mundur. Saya mendekap tubuh Wulan.

Payudaranya bertarung dengan dadaku. Dengan ganas saya menggilas bibir Wulan. Doni dan Robby menyaksikan atraksiku dari jarak dua meter. Aku menit kemudian saya menikmati penisku amat tegang dan berdetak-detak. Saya telah mencoba membendung supaya ejakulasi bisa diperlama, namun sia-sia. Spermaku keluar banyak sekali di dalam Miss V Wulan. Saya peluk erat Tubuh Wulan hingga ia tak bisa bernapas.

Sesudah puas, saya berikan giliran selanjutnya terhadap Doni. Saya lalu duduk di samping Robby memandangi Doni yang dengan amat bernafsu merasakan tubuh Wulan. Sebab lelah, kurebahkan tubuhku tengadah sambil memandangi langit yang kian menggelap.

Aku menit kemudian Doni ejakulasi di dalam Miss V. Sesudah Doni puas, rupanya Robby bangkit kembali nafsunya. Terbukti menghampiri Wulan. Tetapi kali ini ia pun membalikkan tubuh Wulan sampai telungkup. Saya tak tahu apa yang akan diperbuatnya. Ia Robby hendak menjalankan anal seks.

Wulan menjerit dikala duburnya ditembus penis Robby. Mendengar itu Robby pun kian kesetanan. Terbukti menjambak rambut Wulan ke belakang sampai muka Wulan menelentang ke atas. Dengan sigap Doni menghampiri tubuh Wulan. Saya memperhatikan Doni dengan amat kasar meremas-remas buah dada Wulan. Wulan mengiba, “Aduhh.., telah dong Ro.., ampun.., sakit Rob”. Tetapi Robby dan Doni tak menghiraukannya.

“Oh, sempit sekali”, teriak Robby mengomentari lubang anus Wulan yang lebih sempit dari vaginanya. Tidak Robby menarik penisnya saya lihat anus Wulan monyong. Sebaliknya dikala Robby menusukkan penisnya, anus Wulan menjadi kempot. Tak lama, Robby mengalami ejakulasi yang kedua kalinya. Sesudah puas, kini giliran Doni menyodomi Wulan.

Setelah itu saya jadi kasihan juga kepada Wulan. Di matanya saya memperhatikan muatan penderitaan yang betul-betul berat, namun sekalian saya juga memperhatikan sisa-sisa ketegarannya menghadapi perlakuan ini.

Sesudah Doni puas, Robby dan Doni menyuruhku merasakan tubuh Wulan. Tetapi tiba-tiba muncul rasa kasihan dalam hatiku. Saya katakan bahwa saya telah amat lelah dan hari telah memasuki gelap. Kami setuju kembali ke perkemahan. Robby dan Doni langsung berpakaian lalu beranjak meninggalkan kami sambil menjinjing kayu bakar. Wulan dengan tertatih-tatih mengambil celana dalam, jeans, lalu mengenakannya.

Saya tanyakan apakah Wulan berkeinginan mandi dahulu, dan ia cuma menggeleng. Dalam keremangan senja saya masih bisa memperhatikan matanya yang cantik bercermin-kaca. Kuambil T-Shirtnya. Sebab berair, saya mengepak-ngepakkan supaya lebih kering, lalu saya berikan T-Shirt itu bersama-sama dengan BH-nya. Robby dan Doni menunggu kami di atas tebing sungai. Sesudah Wulan dan saya komplit berpakaian, kami beranjak pergi meninggalkan daerah itu. Robby dan Doni berjalan tujuh meter di depanku dan Wulan.

Di perkemahan, Fadli dan Lia menunggu kami dengan kuatir. Lalu kami mengarang cerita supaya momen itu tak menyebar. Untunglah Fadli dan Lia percaya, dan Wulan cuma membisu saja.

Tidak tengah malam di dikala orang lain merayakan pergantian tahun baru, kami melaluinya dengan hambar. Tak banyak keceriaan kala itu. Kami lebih banyak membisu, walau Fadli berupaya mencairkan keheningan malam dengan gitarnya.


Esoknya, pagi-pagi sekali Wulan meminta langsung pulang. Kami maklum lalu langsung mengungkap kemah. Untunglah setibanya di kota kami, Wulan merahasiakan momen ini. Tetapi tiga bulan selanjutnya Wulan menghubungiku dan ia dengan memohon minta saya bertanggung jawab atas kehamilannya. Saya sempat terkejut sebab belum tentu si kecil yang dikandungnya itu merupakan anakku. Tetapi raut wajahnya yang amat mengiba, membuatku kasihan lalu menyanggupi menikahinya.

Satu bulan selanjutnya kami sah menikah. Wulan meminta supaya saya memboyongnya meninggalkan kota ini dan mencari profesi di kota lain. Tapi “si kecil kami” telah bisa berjalan. Lucu sekali. Matanya cantik seperti mata ibunya. Aku terpikir untuk mengenal si kecil siapa sesungguhnya “si kecil kami” ini. Tetapi kemudian saya menguburnya dalam-dalam. Saya cemas kebahagiaan rumah tangga kami akan hancur jikalau rupanya kenyataan pahitlah yang kami dapati.

Akhir Desember 1997 kami merasakan pergantian tahun baru di rumah saja. Beberapa ini kembali menguak kenangan buruknya. Matanya bercermin-kaca. Saya memeluk dan membelai rambutnya. Aku menit kemudian, dalam dekapanku ia mengaku bahwa sebelum momen itu terjadi, sesungguhnya ia telah jatuh cinta padaku. Terbukti turut mencari kayu bakar sebab ia mau dapat dekat denganku.
Ya , saya benar-benar menyesal. Pengakuannya ini membikin hatiku pedih tidak terkira.

No comments:

Post a Comment