supersemar88.blogspot.com - Elin yaitu salah seorang manager pada komponen Treasury di sebuah bank asing. Elin berumur 28 tahun, ia yaitu seorang Sunda yang berasal dari tempat Bogor. Elin sudah bersuami dan memiliki seorang buah hati yang baru berumur 7 tahun. Tubuh Elin apat dikatakan kurus dengan tinggi badan kurang lebih 163 cm, dengan berat badannya kurang lebih 49 kg. Si dadanya berukuran kecil namun padat, pinggangnya betul-betul ramping dengan komponen perut yang datar. Kulitnya kuning langsat dengan raut muka yang manis.
Sesampainya di Semarang, sesudah check in di hotel mereka seketika mengadakan kunjungan pada sebagian nasabah, yang dikerjakan hingga dengan sesudah makan malam. Sesudah selesai berurusan dengan nasabah, mereka kembali ke hotel, dimana Tom dan Anita melanjutkan acara mereka dengan duduk-duduk di bar hotel sambil berbicara dan minum-minum. Elin pada mulanya diajak juga, melainkan sebab merasa betul-betul lelah, dan di samping itu dia juga merasa tak sedap mengganggu mereka, karenanya dia lebih dahulu kembali ke kamar hotel untuk tidur.
Memasuki tengah malam, Elin tiba-tiba terbangun dari tidurnya, hal ini disebabkan sebab dia merasa daerah tidurnya bergerak-gerak dan terdengar bunyi-bunyi aneh. Dengan pelan-lahan Elin membuka matanya untuk mengintip apa yang terjadi. Hatinya terkesiap memandang Tom dan Anita sedang bergumul. Keduanya berada dalam kondisi polos sama sekali.
Anita yang bertubuh kecil itu, sedang berada di atas Tom seperti layaknya seseorang yang sedang menunggang kuda, dengan bokongnya yang naik turun dengan kencang. Dari mulutnya terdengar bunyi mendesis yang terbendung,
“Ssshhh…, sshhh…”, sebab mungkin takut membangunkan Elin.
Kedua tangan Tom sedang meremas-remas kedua buah dada Anita yang kecil namun padat berisi itu. Elin betul-betul panik dan berada dalam posisi yang serba salah. Jadi ia cuma dapat terus berlagak seperti sedang tidur. Elin menginginkan mereka kencang selesai dan Tom lantas kembali ke kamarnya. Hari ia akan menegur Anita supaya tak mengerjakan hal seperti itu lagi di kamar mereka. Mesti mereka bisa mengerjakan hal itu di kamar Tom sehingga mereka bisa melaksanakannya dengan bebas tanpa terganggu oleh siapa malahan. Dari bau whisky yang tercium, terbukti keduanya masih berada dalam kondisi mabuk. Elin berupaya keras untuk bisa tidur kembali, meskipun sesungguhnya dia merasa betul-betul terganggu dengan gerakan dan bunyi-bunyi yang dimunculkan oleh mereka.
Pada ketika Elin mulai terlelap, tiba-tiba dia menikmati sesuatu sedang merayap pada komponen pahanya. Elin betul-betul kaget dan tubuhnya mengejang, sebab pada ketika ia observasi, terbukti tangan kanan Tom sedang mencoba untuk mengusap-ngusap kedua pahanya yang masih tertutup selimut. Elin berpura-pura masih terlelap dan mencoba mengintip apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Terbukti permainan Tom dan Anita telah selesai dan Anita dalam kondisi kelelahan serta mengalami kepuasan yang baru dinikmatinya, telah tergeletak tidur.
Tom yang masih berada dalam kondisi polos dengan posisi badan separo tidur disamping Elin, sambil bergantung pada siku-siku tangan kiri, tangan kanannya sedang berupaya menyingkap selimut yang diaplikasikan Elin. Elin menjadi betul-betul panik, pada mulanya ia akan bangun dan menegur Tom untuk menghentikan perbuatannya, akan namun di pihak lain ia merasa tak sedap sebab pasti akan membikin Tom malu, sebab dipikirnya Tom mengerjakan hal itu lebih disebabkan sebab Tom masih berada dalam kondisi mabuk. Kesudahannya Elin menetapkan untuk konsisten berpura-pura tidur dengan kemauan Tom akan menghentikan kegiatannya itu.
Akan namun harapannya itu terbukti sia-sia belaka, malah secara pelan-lahan Tom bangkit dan duduk di samping Elin. Tangannya menyingkap selimut yang menutupi tubuh Elin dengan pelan-lahan dan dari mulutnya menggumam pelan,
“Psssttt sayang, mari kubantu merasakan sesuatu yang baru…, nih.., kubantu melepaskan celana dalammu…, nggak bagus sekiranya tidur gunakan celana dalam”, sambil tangannya yang tadinya mengelus-elus komponen atas paha Elin bergerak naik dan membatasi tepi celana dalam Elin, kemudian menariknya dengan pelan-lahan ke bawah meluncur di antara kedua kaki Elin.
Badan Elin menjadi kaku dan ia tak tahu seharusnya bertindak bagaimana. Elin seakan-akan berubah menjadi patung, pikirannya menjadi gelap dan matanya dirasakannya berkunang-kunang. Tom memandang kedua gundukan bukit kecil dengan belahan sempit di tengahnya, yang ditutupi oleh rambut hitam kecoklatan halus yang tak terlalu lebat di antara paha atas Elin. Jari-jari Tom membuka satu persatu kancing daster Elin, sambil tangannya bergerak terus ke atas dan kini dia menyingkapkan segala selimut yang menutupi tubuh Elin, sehingga terlihatlah payudara Elin yang membukit kecil dengan putingnya yang kecil berwarna cokelat tua.
Kini Elin tergeletak dengan tubuhnya yang tanpa busana, tungkai kakinya yang panjang dan bokong yang penuh berisi, serta buah dada yang kecil padat dan belahan di antara paha atas yang membukit kecil, benar-benar betul-betul menstimulus nafsu daya seksualitas Tom. Tom telah tak cakap membendung nafsunya, penisnya yang baru saja terpuaskan oleh Anita, kini bangkit lagi, tegang dan siap tempur.
Semenjak ketika itu Tom berambisi untuk tak akan membebaskan Elin. Dia terlalu berharga untuk di biarkan, Tom akan merasakan tubuh Elin berulang-ulang pada malam ini. Kemolekan tubuh Elin terlalu sayang untuk disimpan oleh Elin sendiri pikir Tom. Tom menunjang tubuh Elin dan mulai meremas-remas payudara Elin yang sudah terbuka itu,
“Dengerin sayang, you akan aku ajarin merasakan sesuatu yang enak, asal you bagus-bagus nurutin apa yang akan aku tunjukkan”.
Kesadaran Elin mulai kembali secara pelan-lahan dan dengan tubuh gemetar Elin pelan-lahan membuka matanya dan memandang Tom yang sedang merangkak di atasnya. Elin mencoba menunjang badan Tom sambil berkata,
“Tom, apa yang sedang kamu lakukan ini?”, “Sadarlah Tom, saya khan telah bersuami, jangan kamu teruskan perbuatanmu ini!”. Sebab menganggap Tom berada dalam kondisi mabuk, Elin mencoba membujuk dan menggugah kesadaran Tom.
Akan namun Tom yang sudah betul-betul terstimulus memandang tubuh Elin yang molek halus mulus dan bugil di depan matanya mana berkeinginan paham, apalagi penisnya sudah dalam kondisi betul-betul tegang.
“Edan! Cakep banget! Lihat buah dadamu, padat banget. Layak sama seleraku! You emang pinter menjaga tubuhmu, sayang!”, kata Tom sambil menekan tubuhnya ke tubuh Elin.
Elin berupaya bangun berdiri, akan namun tak dapat dan ia tak berani terlalu berperilaku kasar, sebab takut Tom akan membalas berlaku kasar padanya.
Meski dalam posisinya itu saja dia telah tak ada lagi kemungkinan untuk lari.
Sambil menjilat bibirnya Tom meringkuk di sisi Elin.
“Lin, lebih bagus you mencontoh kemauanku dengan manis, sekiranya tak aku akan maksa you dan aku perkosa you habis-habisan. Apabila you nurutin, you akan menikmati kenikmatan dan tak akan sakit”. Lalu tangannya ditangkupkan di buah dada Elin, sambil meremas-remasnya dengan betul-betul bernafsu, sambil menikmati kehalusan dan kepadatan buah dada Elin. “Bodi you oke banget!”, kata Tom. “Coba you berputar Elin!”. Pelan-lahan dengan perasaan yang putus cita-cita Elin berputar membelakangi Tom. Dan dirasakanya tangan Tom kini ada di bokongnya meremas dan menyentuh-raba.
Kemudian Tom menyibakkan rambut Elin, dan dihirupnya leher Elin dengan hidungnya sementara lidahnya menyusuri leher Elin. Sambil mengerjakan hal itu tangan Tom bermigrasi menuju alat vital Elin. Pada komponen yang membukit itu, tangannya bermain-main, mengelus-elus dan menekan-nekan, sambil berkata,
“Kasihan you, Elin, pasti suami you tak tahu metode membahagiakan you?”,
“Melainkan hening aja sayang, dengan aku, you nggak bakalan dapat lupa seumur hidup, you bakalan menikmati bagaimana menjadi wanita sejati!”. Sambil memutar kembali tubuh Elin.
Sesudah itu Tom mengambil tangan Elin dan meletakkannya di genitalianya yang sudah betul-betul tegang itu.
Saat menikmati tangannya meraba benda hangat yang besar lagi keras itu, tubuh Elin tersentak, belum sempat Elin bisa berdaya upaya dengan terang, terasa badannya sudah ditelentangkan oleh Tom dan dengan kencang Tom sudah berjongkok di antara kedua kakinya yang dengan paksa terkangkang pengaruh tekanan lutut Tom. Dengan sebelah tangannya menasihati penisnya yang besar, Tom lalu melekatkan ujung penisnya ke bibir Miss V Elin,
“Apa you berkeinginan aku masukin itu?”,
“Aaahhh…, jangaaann…, jaaangaaann…, Toomm…”, Elin dengan bunyi mengiba-iba masih berupaya mencoba menghambat niat Tom.
Elin mencoba mengeser pinggulnya ke samping, berupaya menghindari penis Tom supaya tak bisa menerobos masuk ke dalam liang kewanitaannya.
Sambil tersenyum Tom berkata lagi,
“You tak bisa kemana-mana lagi, lebih bagus you membisu-membisu saja dan merasakan permainan aku ini..!”. Tom lalu memajukan pinggulnya dengan kencang dan menekan ke bawah, sehingga penis besarnya yang sudah melekat pada bibir alat vital Elin dengan kencang menerobos masuk ke dalam liang Miss V Elin dengan tanpa bisa dihambat lagi.
Testis Tom mengayun-ayun menampar komponen bawah Miss V Elin, sementara Elin megap-megap sebab dorongan keras Tom.
Elin belum pernah menikmati ketika seperti ini, tiap komponen tubuhnya serasa betul-betul peka kepada stimulan. Si dadanya terstimulus ketika ditindih oleh dada Tom. Dirinya telah lupa sekiranya sedang diperkosa, dia tak peduli pada tubuh besar Tom yang sedang bergerak naik turun menindih tubuhnya yang langsing. Elin mulai menikmati suatu sensasi kenikmatan yang menggelitik di komponen bawah tubuhnya, vaginanya yang sudah terisi oleh penis besar dan panjang milik Tom, terasa menggelitik dan menyebar ke segala tubuhnya, sehingga Elin cuma dapat menggeliat-geliat dan mendesis mirip orang kepedasan.
Elin cuma berupaya merasakan segala rasa enak yang dinikmati tubuhnya. Kini Elin mencoba untuk berupaya aktif dengan turut menggerakkan pinggulnya mencontoh ritme gerakan Tom di atasnya. Tom memandang Elin mengerang, merintih dan mengejang tiap kali dia bergerak. Dan Elin telah mulai terbiasa mencontoh gerakannya. Tom menikmati tangan Elin merangkul erat pada punggung bawahnya mengelus-elus ke bawah dan meremas-remas bokongnya serta menariknya ke depan supaya kian merapat pada tubuh Elin. Tom terus menggosok-gosokkan penisnya pada klitoris Elin.
Tom kini berharap membikin Elin orgasme secara khusus dulu. Elin kian terstimulus dan tidak terkendali lagi tiap kali komponen tubuhnya bergerak mencontoh tekanan dan sodokan Tom, kini wajahnya terbenam di dada bidang Tom, mulutnya megap-megap seperti ikan terdampar di pasir, dengan pelan-lahan mulutnya bergeser pada dada Bossnya dan sambil terus menjilat walhasil tiba pada puting susu Tom.
Kini Elin secara refleks mulai menyedot dan menghisap puting susu Tom, sehingga badan Tom mulai bergetar juga saking merasa nikmatnya. Penis Tom terasa kian keras, sehingga Tom kian ganas saja menggerakkan bokongnya menekan pinggul Elin dalam-dalam. Elin menikmati vaginanya berkontraksi, sambil berupaya membendung rasa geli yang tak terlukiskan menggelitik segala dinding liang genitalianya dan menjalar ke segala tubuhnya.
Perasaan itu makin lama makin kuat menguasainya sehingga seakan-akan menutupi kesadarannya dan membawanya melayang-layang dalam kenikmatan yang tak pernah dialaminya selama ini dan tak bisa dilukiskan maupun diuraikan dengan kata-kata. Kenikmatan yang dialami Elin terefleksi pada gerakan tubuhnya yang meronta-ronta liar tanpa terkendali bagaikan ikan yang menggelepar-gelepar terdampar di pasir. Desahan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulutnya yang imut,
“Ooohhhh…., aagghh…, adduhhh..!”.
Kedua pahanya melingkari bokong Tom dan dengan kuat menjepit serta menekan ke bawah, disertai tubuhnya yang mengejang dan kedua tangannya mencengkeram alas daerah tidur dengan kuat, benar-benar suatu orgasme yang dahsyat sudah melanda Elin. Tom menikmati penisnya terjepit dengan kuat oleh dinding alat vital Elin yang berdetak-detak disertai isapan kuat seakan-akan hendak menelan batang penisnya. Terasa benar jepitan dinding Miss V Elin dan di ujung sana terasa ada “tembok” yang mengelus kepala penisnya.
Sesudah beristirahat sebentar dan memandang Elin telah agak hening, Tom mulai memompa lagi. Pompaan Tom kali ini lantas dibalas oleh Elin, pinggulnya bergerak-gerak “aneh” melainkan efeknya luar lazim. Penis Tom serasa dilibas dari pangkal hingga kepalanya. Lalu masih ditambah dengan tipe, saat pinggul Elin stop dari gerakan aneh itu, tiba-tiba Tom menikmati penisnya terjepit dengan kuat dan dinding-dinding alat vital Elin berdetak-detak secara teratur, sekitar 4-5 kali detak menjepit, baru kemudian bergoyang aneh lagi.
Wah, suatu sensasi melanda perasaan Tom, suatu relasi kelamin yang belum pernah dinikmatinya dengan wanita manapun juga selama ini. Menyesal Tom sebab tak dari dahulu-dahulu menikmatinya. Gerakan aneh di dalam liang alat vital Elin makin bervariasi. Tapi Tom malahan minta Elin stop bergoyang untuk sekadar menarik napas panjang. Lumatan dinding alat vital Elin pada penis Tom membuatnya geli-geli dan serasa akan ‘meledak’.
Tom tak berharap kencang-kencang hingga, sebab masih berharap merasakan
“elusan” Miss V Elin. Sampai gerakan-gerakan di dalam liang kewanitaan Elin kian menggila dan kian liar.
Sangat walhasil Tom seharusnya menyerah, tidak cakap membendung lebih lama lagi perasaan enak yang melandanya, kian kencang Tom bergerak mengimbangi goyangan pinggul Elin, kian terasa pula stimulan yang akan meletupkan lahar panas yang sedang menuju klimaks, mendaki puncak, ketika-ketika yang paling enak. Dan walhasil, pada tikaman yang terdalam, Tom menyemprotkan maninya kuat-kuat di dalam liang kewanitaan Elin, sambil mengejang, melayang, bergetar. Pada detik-detik ketika Tom melayang tadi, tiba-tiba kaki Elin yang pada mulanya mengangkang, diangkatnya dan menjepit pinggul Tom kuat-kuat. Sesudah betul-betul kuat.
Lalu tubuhnya turut mengejang sebagian detik, mengendor dan terus mengejang lagi, lagi dan lagi…, Elin malahan tak cakap membendung dorongan orgasme yang melandanya lagi, punggungnya melengkung ke atas, matanya terbeliak-beliak, serta keseluruhan tubuhnya bergetar dengan hebat tanpa terkendali, seiring dengan meledaknya kenikmatan orgasme di vaginanya. Orgasme kedua dari Elin.
“Toommm, aduuuh, Toomm, aahhhhh…, aaduuhh…, nikmaaatt.., Toomm….!”.
Tom tersenyum puas memandang tubuh Elin terguncang-guncang sebab orgasme selama 15 detik tanpa henti-hentinya. Kemudian tangan Elin dengan eratnya menekan bokong Tom ke arah selangkangannya sambil kakinya menggelepar-gelepar ke kiri kanan. Tom malahan terus menggerakkan penisnya untuk menggosok klitoris Elin. Sesudah orgasmenya selesai, tubuh Elin seketika terkulai lemas tidak berdaya, tergolek, dengan kedua tangan dan kakinya terbentang melebar ke kiri kanan. Elin merasa komponen-komponen tubuhnya seolah terlepas dan badannya tak bisa digerakkan sama sekali.
Sesudah gelombang dahsyat kenikmatan yang melandanya surut, Elin kembali ke alam riil dan menyadari bahwa ia sedang tergolek di bawah tindihan badan kekar lelaki bule berkulit putih yang bukan suaminya yang baru saja memberikan kepuasan yang tiada tara padanya. Suatu perasaan malu dan menyesal melandanya, bagaimana ia dapat seperti itu mudah ditaklukkan oleh lelaki hal yang demikian. Tanpa terasa air mata penyesalannya bergulir keluar dan Elin mulai menangis tersedu-sedu. Dengan tubuhnya yang masih menghimpit badan Elin, Tom mencoba membujuknya dengan memberikan beragam alasan antara lain sebab dia terlalu banyak minum sehingga tak bisa memegang dirinya.
Sambil membujuk dan mengelus-elus rambut Elin dengan pelan-lahan penisnya mulai tegang lagi dan dengan halus penisnya yang memang sudah berada pas di depan alat vital Elis ditekan pelan-lahan supaya masuk ke dalam kewanitaan Elin. Pada ketika menikmati penis Tom mulai menerobos masuk ke dalam kewanitaannya, Elin bereaksi sedikit dengan mencoba memberontak lemah melainkan walhasil membisu pasrah dan mengizinkan penis besar hal yang demikian masuk sepenuhnya ke dalam liang kewanitaannya.
Dengan pelan-lahan Tom menggerakkan badannya naik-turun, sehingga lama-kelamaan tubuh Elin mulai terstimulus kembali dan bereaksi, dan pergumulan kedua insan hal yang demikian kian lama kian mengasyikan mendaki puncak kepuasan dan kenikmatan, terlupa akan seluruh penyesalan. Pertarungan mereka terus berlanjut sepanjang malam dan baru stop memasuki fajar menyingsing keesokan harinya.
Pukul 10 pagi keduanya baru terbangun dan nampak Anita sudah berpakaian rapi, sedang merasakan sarapan paginya sambil mengerling ke arah mereka dengan senyum-senyum rahasia. Pada awalnya Elin merasa betul-betul malu kepada Anita, melainkan memandang respon Anita yang seperti itu, seakan-akan mengajak bersekutu, walhasil Elin menjadi terbiasa
No comments:
Post a Comment