Breaking

Monday, April 8, 2019

Cerita Dewasa Panas Bersetubuh dengan Mama Muda yang Memiliki Nafsu Buas


supersemar88.blogspot.com - Sebenarnya aku ingin kuliah di Yogya, karena kelihatannya kota tersebut sangat nyaman untuk kuliah, tetapi akhirnya aku kuliah di Semarang, tempat masa kecilku dulu, karena dalam UMPTN aku diterima di sebuah PTN di sana pada pilihan kedua.

Sejak percintaanku dengan Mbak Yuni, aku menjadi terobsesi untuk bercinta dengan wanita yang usianya sama dengan Mbak Yuni, terutama ibu-ibu muda yang sudah mempunyai anak, daripada wanita yang seusia atau lebih muda dariku. Jika sedang berjalan-jalan di Mal, aku selalu mencari pemandangan ibu-ibu muda yang sedang berjalan-jalan bersama anak dan suaminya.

Ingin rasanya aku bercinta dengan mereka. Tetapi hasratku itu hanya sebatas angan semata karena aku tidak mempunyai keberanian untuk malakukannya dan bagaimana caranya, hingga saat-saat yang kuimpikan akhirnya datang juga. Kejadian ini terjadi pada waktu aku di semester 4.

Suatu siang sehabis ujian semesteran hari terakhir, aku jalan-jalan sendiri di kawasan Simpang Lima, aku ingin memuaskan hobiku memelototi ibu-ibu muda. Setelah cukup puas aku putuskan untuk pulang. Ketika sedang berjalan di area parkir mobil, aku melihat seorang wanita yang sedang sewot dengan kedua anaknya (kelihatannya kembar). Kulihat barang belanjaan yang dibawanya jatuh berserakan.

“Adik kok bandel banget sih.. Tuh kan belanjaan mama pada jatuh” kata wanita itu dengan nada kesal.

Spontan saja aku ingin membantu memunguti barang-barang yang jatuh.

“Iya.. Adik nggak boleh nakal, kasihan kan mamanya, barangnya jadi jatuh” kataku sambil memunguti barang yang jatuh. Wanita itu agak terkejut dengan kehadiranku.
“Eh.. Makasih, tuh kan apa kata Om, adik nggak boleh nakal” kata wanita itu sambil ikut membungkuk mengambil barang.

Aku langsung refleks melihat ke arah wanita itu yang tepat berada di depanku dan aku mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Belahan bajunya yang agak rendah membuat kedua buah dadanya terlihat jelas begitu indah.

Sepasang buah dada yang putih mulus terlihat menggantung dan sedikit tergoncang-goncang. Aku leluasa memandangnya karena aku memakai topi. Sambil memunguti barang aku sesekali melirik ke arah pemandangan yang mengasyikkan itu yang membuatku terangsang.


“Ini Mbak” kataku sambil menyodorkan barang yang aku ambil.
“Terima kasih..” katanya sambil tersenyum.

Baru kusadari ternyata wanita ini sangat cantik. Wajahnya putih bersih, tubuhnya pun sexy menurutku. Lalu ia masuk ke dalam sedan Viosnya. Aku pun segera meninggalkan tempat itu menuju parkiran motor dan pulang ke kos. Sampai di kos, aku rebahkan badan di tempat tidur sambil membayangkan pemandangan indah yang baru saja aku lihat. Hal itu masih terbayang-bayang berhari-hari. Aku hanya bisa berkhayal bercinta dengannya sampai akhirnya aku lampiaskan dengan onani.

Karena sangat terobsesi untuk bercinta dengannya, aku berusaha untuk bertemu lagi dengannya. Berkali-kali aku datang ke tempat yang sama dengan harapan aku dapat bertemu dengannya, tetapi tidak pernah bertemu.

Suatu siang, kira-kira sebulan sejak aku bertemu dengannya, aku berjalan-jalan di Citraland Mal. Ketika aku sedang berjalan, aku berpapasan dengan seorang wanita, dan dalam hati aku kenal wanita itu. Aku balikkan badan, dan ia pun membalikkan badan. Aku ingat, wanita itu adalah wanita yang selama ini aku impikan siang dan malam.

“Hei.. Kamu yang waktu itu nolongin aku kan?”
“Iya Mbak” kataku dengan hati girang karena wanita itu juga masih ingat sama aku.
“Makasih lho sekali lagi”

“Ah nggak apa apa, saya kan cuma sekedar membantu” kataku sambil memperhatikan bahwa wanita ini memang TOP BGT. Ia memakai T-shirt agak ketat dipadu jeans membuat lekuk sexy tubuhnya terlihat.
“Cari apa, kok sendirian ” katanya.

“Ah enggak, lagi jalan-jalan aja” kataku.
“Bagaimana, kalo sebagai ucapan terima kasih, aku traktir kamu makan” katanya.
“Ah nggak usah Mbak” kataku basa-basi, padahal dalam hati aku memang ingin sekali berlama-lama dekat dengannya. Dia memaksa, akhirnya kami pun berjalan menuju KFC.

Alangkah bahagianya aku waktu itu. Kami pun berkenalan, namanya Mbak Elga yang berumur 30 tahunan. Ia tinggal di perumahan di kawasan Semarang Atas bersama sepasang anak lelaki kembarnya yang kini kelas 3 SD. Suaminya bekerja di Jakarta dan pulang ke Semarang seminggu sekali. Wah pasti kesepian wanita ini, kesempatan pikirku.

Ia tidak ikut ke Jakarta karena suaminya hanya sementara saja bertugas di Jakarta. Suaminya sebenarnya menempati Cabang Semarang, tetapi karena di Jakarta ada kekosongan dan perlu segera diisi, maka suaminya ditarik sementara ke Jakarta selama sekitar 7 bulan yaitu sampai akhir tahun 2004, dan baru berjalan 2 bulan. Karena itu ia tidak ikut karena anaknya telanjur bersekolah di Semarang. Ia dan suaminya berasal dari Jakarta. Ia siang itu akan menjemput anaknya dari sekolah. Setiap hari itulah pekerjaan rutinnya mengantar dan menjemput anak ke Sekolah.

Selama mengobrol, mataku tak pernah lepas memandang dadanya yang menyembul indah dari balik t-shirt ketatnya. Seperti biasa, aku memakai topi sehingga aku leluasa saja menikmati buah dadanya. Walaupun tertutup, aku bisa membayangkan betapa indah isi yang ada dibaliknya. Sepasang buah dada yang luar biasa indah, putih, mulus, ooh..

Ingin rasanya aku meremas, mengulum, menjilat dan memelintir puting susunya sehingga ia menggelinjang, mengerang dan mendesah kenikmatan. Di akhir obrolan ia memberikan alamat dan nomor HP-nya dan mengundangku untuk datang ke rumahnya.

Sejak pertemuan kedua dengan Mbak Elga, hasratku untuk dapat bercinta dengannya semakin menggebu. Siang malam aku memikirkan cara bagaimana agar ia mau bercinta denganku. Aku ragu karena aku lihat ia termasuk wanita yang baik dan sopan, tidak pernah dia memancing pembicaraan yang mengarah ke urusan ranjang. Mungkin ia hanya butuh teman ngobrol saja pikirku.

Karena keinginanku yang sangat besar, aku putuskan untuk pergi ke rumahnya seminggu kemudian. Aku berangkat dari kos dengan hati deg-degan. Dalam hatiku berkata, kalau tidak dicoba, bagaimana aku dapat yang aku inginkan. Targetku hari itu adalah PDKT dengan Mbak Elga. Hari itu Selasa sekitar pukul 09.00, karena ia pasti di rumah hanya sendirian.

Setelah sekitar 15 menit kemudian, aku sampai di gerbang perumahan yang cukup mewah. Aku dihentikan oleh Satpam. Setelah aku jelaskan bahwa aku akan bertamu ke rumah Mbak Elga, aku diijinkan masuk setelah meninggalkan KTP.

Dalam hatiku berkata, pantas Mbak Elga berani tinggal sendiri, rupanya keamanan perumahan ini sangat ketat, hanya ada satu pintu masuk. Aku segera mencari rumah ke arah yang ditunjukkan Satpam. Tak lama kemudian aku tiba di depan rumah bernomor 19. Lalu aku pencet bel di pagar rumah, dan beberapa saat kemudian kulihat Mbak Elga keluar.

“Eh.. Kamu Ris..” kata Mbak Elga sambil membukakan pintu.
“Lagi ngapain Mbak. Ngganggu ya..? Kataku basa-basi.
“Ah enggak, biasa lagi sibuk sama urusan rumah tangga, namanya juga ibu rumah tangga.. Ayo masuk, motormu masukin juga”

Ia menggunakan T-shirt dan celana pendek sehingga sepasang kakinya yang indah terlihat. Rumahnya cukup besar walau hanya 1 lantai.

“Kamu santai aja di sini”
“Iya Mbak..”
“Kamu sengaja ke sini?”

“Enggak Mbak, tadi mau ke rumah teman tapi orangnya pergi, rumahnya deket sini ya daripada langsung pulang, aku mampir ke sini” kataku berbohong.
“Kamu di sini dulu yach? Aku mau nyelesein nyuci dulu, tinggal dikit lagi kok, kamu kalo mo minum ambil sendiri yach..?” Katanya sambil meninggalkanku menuju ke belakang.


Aku lalu nonton teve. Deg-degan juga nih dada. Dalam pikiranku cuma pengen ngentot tuh cewek, tapi gimana ya caranya? Kurang lebih 15 menit, Mbak Elga selesai, lalu ia duduk dan kami pun mengobrol ke sana kemari. Mataku sesekali melirik pahanya yang putih mulus seakan menantangku untuk menjamahnya. Penisku tegang, kepalaku pusing, kacau!

“Oh iya.. Mumpung ada kamu, bantuin aku menggeser meja itu ya” katanya sambil menunjuk meja yang berisi beragam hiasan kecil di atasnya.
“Digeser kemana Mbak?” tanyaku sambil melangkah menuju meja yang dimaksud.
“Agak kesini dikit Ris, biar tidak terlalu mepet dengan pintu”

Kami berdua lalu menggeser meja tersebut. Ketika sudah selesai dan aku berniat duduk lagi di sofa, kakiku tersandung kaki meja sehingga keseimbanganku hilang. Badanku langsung saja menubruk badan Mbak Elga dan menindihnya di atas sofa. Wajahku menempel di wajahnya, sesaat kami hanya berpandangan, desahan hangat nafasnya kurasakan menerpa wajahku.

Kutatap matanya, kulihat bibirnya merekah merah begitu indah sehingga membuatku tak tahan untuk tidak menikmati bibir indah tersebut. Aku nekad, kalau dia marah, paling-paling aku ditampar, dan itu pernah aku alami. Kukecup lembut bibirnya dan kurasakan ia menyambut kecupanku, tetapi itu hanya sesaat karena ia melepaskan bibirnya dan mendorong badanku.

Akupun tersadar dan segera berdiri. Aku lalu berjalan ke arah jendela, aku menerawang keluar. Aku merasa bersalah, tetapi juga bahagia. Kulihat Mbak Elga masih termenung duduk di atas sofa. Kami berdua terdiam beberapa saat lamanya

Setelah beberapa saat kami berdua terdiam, aku menghampiri Mbak Elga dan duduk di sampingnya.

“Mbak.. Aku minta maaf atas kejadian tadi ya..?” Kataku.
“Kenapa tadi kamu menciumku Ris..?” Kata Mbak Elga.
“Maaf Mbak, saya tadi nggak sadar, itu terjadi begitu saja” kataku mencoba menghindar.

Mbak Elga hanya terdiam mendengar jawabanku sambil memandangku.

“Ris..” Katanya terpotong. Aku hanya diam sambil menunggu kelanjutan katanya.
“Ris.. Apa kamu ingin melanjutkan yang tadi?” tanya Mbak Elga.

Aku terkejut mendengar pertanyaannya. Tak tahu harus bilang apa, sejujurnya aku ingin menjawab bahwa aku memang sangat menginginkannya, tapi entah kenapa sepertinya kata-kata itu sulit keluar dari mulutku. Beberapa saat lamanya kami hanya berpandangan. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, kupandang tajam matanya dan kusimpulkan lewat bahasa matanya, bahwa dia juga menginginkanku seperti aku menginginkannya.

Tanpa menjawab pertanyaannya aku langsung melumat bibirnya kuat-kuat dan ia juga membalasnya dengan penuh nafsu dan terjadilah ciuman panas yang penuh dengan gairah. Tubuhnya kusandarkan di sofa. Beberapa saat lamanya kami saling melumat bibir dan beradu lidah, nafas kami mulai terengah-engah. Tanganku kuarahkan ke dadanya lalu kuremas buah dadanya dari balik T-shirtnya.

Badannya mulai menggelinjang terbakar gairah. Ia melepas ciumannya, lalu ia lepaskan T-shirt dan BH yang dikenakannya. Kulihat sepasang buah dada yang sangat indah berukuran sedang yang masih kencang, putih tetapi terlihat ada beberapa bekas cupang. Mungkin bekas cupang suaminya. Langsung aku serang buah dada itu. Dengan penuh nafsu aku jilati, kulumat, dan kuhisap kedua buah dadanya bergantian.

“Ooh.. Terus Ris.. Enak.. Sedot teruss..” kata Mbak Elga sambil menggelinjang kesana kemari.

Buah dada itu semakin keras dan kenyal sehingga membuatku semakin gemas untuk menikmatinya. Tanganku mengelus-elus pahanya yang mulus, lalu tanganku kuarahkan ke pangkal pahanya, kubuka resliting celananya, kutelusupkan tanganku ke arah memeknya yang ternyata telah basah, aku usap lembut memeknya di atas celana dalamnya.

“Ris.. Kita ke kamar aja yach..” kata Mbak Elga. Aku mengangguk kecil tanda setuju.

Aku lalu mengangkat tubuh Mbak Elga yang setengah telanjang menuju ke kamar yang ditunjukkannya. Kamar itu cukup luas dengan spring bed yang kelihatannya sangat nikmat untuk bercinta. Aku rebahkan tubuh wanita cantik ini di atas ranjang lalu aku copot celana yang masih menutupi sebagian tubuhnya dan kini ia telah benar-benar telanjang.

Aku terpana melihatnya. Bagiku Mbak Elga begitu sempurna sebagai seorang wanita. Badannya sexy, putih, mulus, sepasang buah dadanya juga indah, kakinya, pokoknya semuanya TOB deh. Apalagi posisinya sekarang yang sangat menantang. Tubuh mulusnya telentang tanpa ditutupi sehelai benang pun. Posisinya di ranjang agak mengangkang, memperlihatkan miliknya tanpa malu-malu. Buah dadanya yang indah dengan putingnya yang mengacung membuatku semakin tak kuasa untuk menahan nafsu. Kutelan ludahku yang terasa mengental.

“Aris.. Kok malah bengong, ayo sini..” Kata Mbak Elga dengan genit.

Aku tersadar dari lamunanku dan segera kupereteli pakaianku dan kini aku juga sudah telanjang. Kurasakan penisku sudah tegang dan berdenyut-denyut, terasa lebih keras dari biasanya. Segera aku naik ke atas ranjang, lalu aku berbaring di sebelah tubuhnya. Aku belai rambutnya, ia tersenyum manja. Kupandangi wajahnya, betapa cantik wanita ini, lalu aku kecup bibirnya. Mulutku mengecup dan mengulum bibir Mbak Elga yang hangat dan basah. Ia meladeni dengan segenap nafsu. Ia julurkan lidahnya, dengan segera aku kulum lidahnya, terasa nikmat sekali.

“Ohh.. Riss..” desahnya dengan mata yang sayu.

Kulihat bibir merahnya yang indah penuh dengan air liurku. Setelah puas melumat bibir merahnya aku ciumi lehernya lalu ke arah dadanya. Sesaat aku pandangi buah dada milik wanita cantik ini. Benda ini yang membuatku tak bisa melupakannya, dan kini tidak hanya bisa aku bayangkan, tetapi aku juga bisa menikmatinya. Kuremas dengan gemas kedua buah dadanya dengan kedua tanganku, terasa kenyal menggemaskan dan tidak membosankan untuk mempermainkannya. Ukurannya memang sedang, tetapi sangat indah bentuknya dan terlihat terawat.

“Oouuffss.. Ahh.. Auww..” erang Mbak Elga terus menerus.

Kini giliran mulutku yang akan melahap buah dada ini, aku kecup dan kusedot puting buah dada sebelah kanan dan kiri secara bergantian membuat Mbak Elga semakin terbakar gairahnya. Kuhisap kuat-kuat buah dadanya sambil sesekali kugigit puting susunya. Ia mendesah-desah erotis sambil meremas-remas rambutku, menikmati sensasi permainan mulutku di dadanya.

“Auww.. Oh my god.. Ohh.. Auww..”, Mbak Elga berteriak-teriak penuh kenikmatan, membuatku semakin bersemangat untuk terus menghisap dan mengulum buah dada wanita cantik ini.

Buah dadanya terus kukulum, kuhisap, kujilati, dan kupelintir berulang kali membuatnya semakin terbakar gairah. Sejenak aku lepaskan mulutku dari buah dadanya. Aku pandangi wajahnya yang terlihat sayu, wajahnya penuh dengan peluh, bibir merahnya bergetar.

Aku kembali melahap buah dadanya sambil mempermainkan memeknya. Jariku kumasukkan ke dalam lubang yang semakin licin karena cairan kewanitaannya yang mengalir deras. Itilnya kugesek-gesek hingga membuat tubuhnya menggelinjang tak karuan kesana kemari.

“Sayang.. Teruss.. Sedot terus Riss.. Aahh.. Auww.. Aahh..” erang Mbak Elga penuh rasa nikmat sambil sesekali menelan ludahnya yang mengental.

Kini kuarahkan kepalaku ke selangkangannya. Aku pandangi memek merah yang mengkilat karena basah oleh cairan kewanitaannya. Rumput hitam yang cukup tebal tampak tumbuh di sekitarnya, pemandangan yang sangat menakjubkan.

Kudekatkan mulutku dan tercium aroma khas wanita yang membuatku semakin bernafsu. Aku mulai menjilati memek Mbak Elga, kujulurkan lidahku dalam-dalam sambil sesekali kusedot kuat-kuat. Setiap kali lidahku menggelitik clitorisnya, ia mengerang keras penuh nikmat. Pinggulnya bergerak tak karuan sehingga membuatku harus memegang pahanya agar aku tetap dapat menikmati memeknya. Cairannya semakin deras mengalir, membuatku mau tak mau menghisapnya, terasa hangat dan gurih.

“Oh my god.. Aahh.. Terus.. Enak Ris.. Aauuww.. Aaww..” Mbak Elga menjerit tak karuan, apalagi ketika lidahku menyentuh klitorisnya, ia menjerit keras sambil menggelinjang kuat.

Aku benar-benar puas melihatnya seperti ini. Sesekali aku lepasku mulutku dari jepitan selangkangannya untuk mengambil nafas sejenak, lalu aku lakukan lagi hal yang sama. Mbak Elga semakin keras mendesah, gerakan tubuhnya juga semakin tak terkendali. Dia akan segera mencapai puncak. Aku percepat sedotan, kecupan, jilatan mulut dan lidahku di memeknya.

“Ayo sayang.. Aku mo kel.. Luar nih.. Ahh.. Yang cepaat.. Oohh.. Sshh.. Oohh..” katanya sambil menjerit-jerit kenikmatan.

Aku percepat gerakan lidahku dan kemudian Mbak Elga orgasme, ia mengangkat pinggulnya, kedua pahanya mengapit kuat kepalaku, dan kurasakan cairan yang sangat banyak menyiram mulutku.

“Ohh.. Yess.. Oh my god.. Oohh.. Oohh..” Mbak Elga mendesah panjang ketika berhasil mencapai puncak kenikmatan.

Kuhisap cairan yang keluar. Badannya bergetar hebat beberapa saat. Kubiarkan sejenak mulutku tetap di selangkangan pahanya, membiarkan ia menikmati apa yang baru saja diraihnya. Kukecup lembut bibir vaginanya yang masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa cairan.

Aku lalu berbaring di sebelahnya sambil membelai rambutnya. Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, telihat kepuasan terpancar dari wajah cantiknya. Kukecup lembut bibirnya.

“Thanks Ris.. Aku puas banget..” kata Mbak Elga.
“Mau lagi kan Mbak? Kataku menggoda.
“Iya, tapi aku juga pengen menikmati punya kamu dulu” katanya sambil menggenggam penisku.

Aku mengerti apa yang diinginkannya, lalu telentang dan ia mengarahkan mulutnya ke arah penisku. Tangannya menggenggam batang penisku lalu dikecupnya ujung penisku, ia mulai menjilati kepala dan batang penisku sambil dikocok-kocok dengan tangan lembutnya. Dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya dan kurasakan ia begitu pintar memainkan lidahnya menggelitik penisku.

Disapunya semua permukaan penisku mulai dari bawah hingga ke atas, permainan lidahnya dengan lincah menggelitik setiap mili bagian penisku. Serasa aku melayang ke awang-awang, aku hanya bisa mendesah meresapi betapa pintarnya Mbak Elga memberikan aku kepuasan. Kalau ini diteruskan bisa jebol pertahananku. Setelah beberapa lama Mbak Elga puas menikmati penisku, ia melepaskan mulutnya.


“Ris.. Puasin aku sekarang yach..” katanya sambil telentang di sampingku.

Aku segera mengarahkan penisku ke arah memeknya. Kini penisku telah sampai di mulut vaginanya, kepala penisku menempel di bibir memeknya yang merah basah. Aku mulai melesakkan penisku ke dalam memeknya dengan perlahan sambil kunikmati nikmatnya gesekan batang penisku dengan dinding vaginanya. Penisku tidak mengalami kesulitan membelah memeknya yang sudah sangat basah. Kulihat Mbak Elga juga menikmati hal ini, matanya terpejam meresapi sensasi gesekan alat kelamin kami sambil menggigit-gigit sendiri bibirnya.

Aku mulai menggerakkan pinggulku pelan-pelan. Kurasakan gesekan penisku dengan memeknya begitu nikmat, mungkin karena lama aku tidak merasakannya. Mbak Elga seperti biasa, ia mendesah-desah, matanya merem melek kenikmatan. Ia gerakkan pinggulnya mengimbangi permainanku.
Ouffss.. Lebbih cepat dong Ris.. Aahh..” desah Mbak Elga.

Tetapi aku tetap menggerakkan punggungku pelan-pelan, karena aku memang benar-benar ingin menikmati tiap detik bercinta dengan bidadari cantik ini.

“Oohh.. Please.. Yang cepat Riss.. Ahh.. Pleasee..” kata Mbak Elga terus merengek.
“Kenapa sih Mbak? Udah gatel banget ya..” godaku.
“Kamu nakal Ris.. Ohh.. Please..” desah Mbak Elga sambil mencubit pinggangku tetapi aku tidak mempedulikan permintaannya.

Tiba-tiba Mbak Elga membalikkan badan sehingga kini ia yang berada di atas. Lalu ia bangkit dan duduk di atas pahaku. Rupanya wanita cantik ini benar-benar sudah tidak tahan.

“Kamu nakal Ris..” katanya sambil mengarahkan memeknya ke arah penisku.

Digenggamnya penisku dengan tangannya, lalu dengan perlahan ia menurunku pinggulnya, dan tak lama kemudian penisku telah amblas ditelan bibir vaginanya. Dengan posisi agak membungkuk, tangannya berpegangan di atas dadaku untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Ini adalah posisi favoritku, seperti halnya ketika aku bercinta dengan Mbak Yuni. Dengan posisi ini aku bisa melihat dengan leluasa ekspresi seorang wanita yang sedang dikuasai birahi dan sedang meniti tangga nafsu menuju puncak kenikmatan.

Mbak Elga menggerakkan pinggulnya naik turun sampai sebatas leher penisku dengan tempo yang cepat. Karena terlalu cepat, kadang-kadang penisku lepas dari jepitan memeknya, sehingga ia terpaksa memasukkanya lagi. Mulutnya mendesis-desis sambil menggigit bibir bawahnya dengan giginya yang putih bersih. Matanya yang sayu sesekali melirik ke arahku. Wajahnya dipenuhi keringat. Sungguh sexy! Sepasang buah dadanya yang indah dengan puting coklat kemerahan yang mengacung ke depan tergoncang-goncang menggemaskan, membuatku tak tahan untuk tidak menjamahnya. Kuremas lembut kedua buah dada yang kenyal itu, sambil sesekali kupelintir puting susunya.

“Ohh.. Aagghh.. Sshh.. Aahh.. Enak nggak Ris..” jeritnya nikmat.
“Ohh.. Iya Mbak.. Teruss..” kataku yang juga dilanda rasa nikmat.

Setelah kurang lebih 5 menit, kurasakan ada gejolak dalam diriku yang mencari jalan keluar. Kulihat Mbak Elga pun semakin dikuasai nafsu birahi. Keringat semakin mengucur deras dari seluruh tubuhnya. Ia menghentikan gerakan pinggulnya sambil merebahkan badannya di atas badanku.

“Aku nggak kuat lagi Ris.. Beri aku sekarang ya.. Please..” katanya penuh harap.

Aku lalu membalikkan badannya sehingga kembali ia kutindih dibawah. Aku mulai memompa memeknya dengan cepat karena akupun juga ingin segera mencapai puncak kenikmatan. Terdengar bunyi berkecipak dari gesekan penis dan memeknya, terdengar indah, menggairahkan.

“Aahh.. Ssthh.. Aarghh.. Come on baby.. Yess.. Lebih cepat..” rintihnya sambil mempercepat gerakan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggulku.

Setelah berjuang beberapa lama, akhirnya Mbak Elga mendapatkan yang diinginkannya. Puas rasanya melihat Mbak Elga orgasme sambil menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Ia menghentak-hentakkan kakinya seperti ingin melepaskan sesuatu yang seakan teramat berat. Ia menjerit-jerit dan mengerang-ngerang keras melampiaskan kepuasan yang baru saja diraihnya. Ia gigit pundakku dengan gemas. Pinggulnya terangkat ke atas, tangannya mencengkeram pantatku yang ditekannya ke arah bawah.

“Oh my god, oh my god.. Oggh.. Yess.. Aaww, sshh.. Aahh..” Mbak Elga mengerang kenikmatan dan menjerit panjang.

Kurasakan cairan orgasmenya menyiram batang penisku yang terjepit di dalamnya. Kuhentikan sejenak gerakan pinggulku untuk memberikan kesempatan ia menikmati hasil perjuangannya. Beberapa detik lamanya ia dilandai puncak birahi, kurasakan jepitan memeknya kuat seakan-akan meremas-remas penisku. Kini kurasakan badai kenikmatan yang melandanya mulai reda, kucumbu bibirnya yang masih mendesis-desis merasakan sisa-sisa kenikmatan.

Aku yang juga segera ingin mendapatkan seperti apa yang baru diraih Mbak Elga, apalagi ditambah jepitan liang vaginanya membuatku tak kuat lagi untuk menahannya. Aku mulai menggerakkan pinggulku lagi dengan perlahan lalu kupercepat dan tak lama kemuadian akupun tak kuasa lagi untuk menahannya.

“Aku mau keluar Mbak.. Ahh.. Sstt..” desahku.
“Keluarin di dalam aja Ris.. Ayo sayangg..” Katanya sambil menggoyangkan pinggulnya.

Akhirnya air maniku keluar dengan deras menyembur ke dalam rahimnya. Crat.. Crat.. Kurasakan beberapa kali dan liang vagina itupun semakin banjir, terasa hangat. Kurasakan penisku tegang hebat, serasa memenuhi lubang memek Mbak Elga. Nikmat luar biasa serasa terbang di angkasa.

Aku terbaring lemas di atas tubuh Mbak Elga. Aku cumbu bibirnya sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih. Kubelai rambutnya sambil kuusap pipi halusnya yang penuh dengan keringat. Penisku terasa mengecil di dalam liang vaginanya. Kurasakan dua buah dadanya menekan lembut dadaku.

Beberapa saat kemudian aku turunku badanku dan tidur di samping badan wanita cantik ini. Mataku menerawang ke langit-langit kamar dan membayangkan kenikmatan yang seolah-olah aku tidak percaya bahwa ini benar-benar terjadi. Kulihat Mbak Elga juga menerawang, aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya.

“Thanks Mbak..” kataku sambil berusaha mengecup bibirnya. Tetapi ia menepis wajahku dengan tangannya sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang sambil menutupi tubuh indahnya dengan selimut. Ia menangis.

Aku tentu saja terkejut dan bertanya-tanya dalam hati, apakah dia menyesal dengan apa yang baru saja ia lakukan? Aku mendekat lalu duduk di sampingnya. Kututupi penisku yang terkulai lemah tak berdaya dengan bantal.

“Mbak Elga.. Ada apa? Mbak nyesel ya dengan apa yang kita lakukan?” tanyaku. Ia hanya menggelengkan kepala sambil masih menangis.
“Trus kenapa Mbak?”

“Aku nggak nyesel, aku tahu ini akan terjadi.. Sejak suamiku tugas di Jakarta, terus terang Ris.. Aku kesepian. Kalau hanya seminggu sekali kami berhubungan seks, itu kurang bagiku Ris.. Saat aku lagi pengen dan nggak ada pelampiasan, kepalaku pusing, aku jadi gampang uring-uringan, gampang marah. Aku kasihan sama si kembar. Aku jadi sering marah-marah sama mereka hanya karena hal-hal sepele” katanya berpanjang lebar sambil mengusap air matanya.

“Aku coba mencari pelampiasan dengan masturbasi, tapi itu nggak cukup, aku nggak puas. Muncul dalam benakku untuk mencari pelampiasan ke lelaki lain, tapi aku nggak tahu dengan siapa dan aku harus mencari kemana, aku nggak punya teman di sini. Pas aku ketemu dengan kamu dan makan di KFC, dalam hatiku aku ingin mengajakmu bercinta, karena aku tak tahu lagi dengan siapa aku akan melampiaskan nafsuku ini, tapi kata-kata itu terasa sulit keluar dari mulutku. Masih ada gejolak dalam batinku. Aku juga ragu, karena kulihat kamu orangnya sopan..” katanya lalu ia terdiam sejenak.

“Aku tahu ini akan terjadi.. Aku tak bisa menahannya lagi.. Sudahlah Ris, aku harus menjemput Si Kembar” katanya sambil berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi dengan telanjang badan, aku melihatnya dari belakang, bokongnya yang indah seakan menantangku. Horny lagi aku jadinya. Ingin rasanya aku mendekapnya dari belakang lalu membopong tubuh indahnya ke kamar mandi dan menyetubuhinya lagi, tetapi suasana tidak memungkinkan.

Aku memakai pakaianku yang berserakan di lantai lalu aku menunggu Mbak Elga sambil menonton teve. Mimpi apa aku semalam, kok dapat rejeki kayak gini, rencana cuma PDKT dulu sama Mbak Elga, malah dapet apa yang aku incar. Tak lama kemudian ia datang dan duduk di sampingku. Wajah cantiknya terlihat segar, badannya pun harum.

“Nih buat kamu” kata Mbak Elga sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan.
“Buat apa Mbak? Kataku.
“Ya buat yang tadi..”
“Nggak Mbak, aku nggak perlu itu”

“Ris.. Kamu harus mau menerima uang ini. Aku mau hubungan antara kita hanya sebatas nafsu saja. Aku nggak mau ada perasaan apa pun di antara kita. Bagiku cintaku tetap untuk keluarga. Aku melakukan ini, merendahkan diriku, semua ini demi anakku. Apapun dan bagaimanapun keluarga tetap nomor satu bagiku. Aku mau kamu melakukannya lagi sampai suamiku kembali ke Semarang nanti, setelah itu hubungan kita berhenti, kamu mengerti kan?” Katanya sambil menyelipkan uang tersebut ke saku bajuku.
“Iya Mbak, aku mengerti..” kataku.


Aku lalu pulang dan Mbak Elga pergi menjemput anaknya. Sejak saat itu hingga kini ia memintaku melayaninya paling tidak seminggu sekali, tetapi paling sering seminggu dua kali sampai suaminya kembali bertugas di Semarang yaitu pada awal Januari 2005. Ia cuma meminta satu syarat, jangan membuat cupang di tubuhnya, karena suaminya pasti akan curiga.

Agar tetangga tidak curiga dengan hubungan kami, aku bersembunyi di jok belakang mobilnya. Ia menjemputku sehabis ia mengantar anaknya ke sekolah dan membawaku keluar waktu ia mau menjemput anaknya. Kami janjian lewat SMS, tempat kami bertemu juga berpindah-pindah agar aman. Demi Mbak Elga aku bela-belain liburan semester tidak pulang. Aku bilang ke orang tua bahwa aku ikut semester pendek.

Moral dari cerita ini adalah setiap kebaikan pasti akan mendapat balasan yang setimpal, bahkan mungkin berlipat-lipat, seperti yang aku alami. Cuma membantu mengambil belanjaan yang jatuh, aku mendapat kesempatan bercinta dengan bidadari secantik Mbak Elga. Di samping itu aku juga dapat tambahan uang saku.

No comments:

Post a Comment