supersemar88.blogspot.com - Hari itu salah seorang direktur perusahaan, Pak Freddy, sedang mengadakan resepsi pernikahan si kecilnya di sebuah hotel bintang lima di wilayah Senayan. Tentu saja akupun diundang, dan malam itu akupun meluncur menuju daerah resepsi diadakan. Saya pergi bersama dengan Jason, temanku waktu kuliah di Amerika dulu. Setibanya di hotel terlihat para undangan beberapa besar membawa pasangannya masing-masing. Dengki juga memandang mereka didampingi oleh istri dan buah hati mereka, meskipun saya, sebab masih bujangan, didampingi oleh si bule ini.
"Selamat malam Pak.." sapa seseorang agak mengagetkanku. Saya menoleh, terbukti Lia sekretarisku yang menyapaku. Ia datang bersama tunangannya. Menonjol sexy dan menawan sekali ia malam itu, disamping juga anggun.
Berbeda sekali apabila dibandingi ketika saya sedang merasakan tubuhnya,.. Liar dan badung. Dengan gaun malam yang berdada rendah, belahan buah dadanya yang besar terlihat menarik hati. "Malam Lia" balasku. Mata Jason tidak henti-hentinya menatap Lia, dengan pandangan terkagum. Lia cuma tersenyum manis saja diamati dengan penuh nafsu seperti itu.
Menonjol ia menjaga tingkah lakunya, sebab tunangannya berada di sampingnya. Kamipun lalu berbincang-bincang sekadarnya. Lalu akupun permisi hendak menyapa para undangan lain yang datang, terlebih para klienku. "Malam Pak Robert.." seorang wanita menawan tiba-tiba menyapaku. Ia yakni Santi, istri dari Pak Arief, manajer keuangan di kantorku. Mereka baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu. "Oh Santi.. Malam" kataku "Pak Arief dimana?" "Sedang ke restroom.. Sendirian aja Pak?" tanyanya.
"Sama sahabat" jawabku sambil memandangi ia yang malam itu terlihat menawan dengan gaun malamnya dengan anggun. Belahan gaunnya yang tinggi memamerkan pahanya yang putih menggiurkan. Dadanya meski tidak sebesar Lia, terlihat membusung menantang. "Makanya, cari istri dong Pak.. Biar ada yang nemenin" katanya sambil tersenyum manis. "Belum ada yang berharap nih" "Ahh.. Bapak dapat saja.. Pasti banyak banget cewek yang berharap sama bapak.. Bila belum married aku juga berharap lho.." jawabnya menarik hati.
Memang Santi ini rasanya punya perasaan tertentu padaku. Menonjol dari sistem bicaranya dan sistem ia memandangku. "Oh.. Bila aku sih berharap lho sama kau biarpun kau telah married" kataku sambil menatap wajahnya yang menawan. "Ah.. Pak Robert.. Dapat aja.." jawabnya sambil tersipu malu. "Bener lho berharap saya buktiin?" godaku "Janganlah Pak.. Nanti seandainya ketahuan suamiku dapat gawat" jawabnya pelan sambil tersenyum. "Bila nggak ketahuan gimana.. Nggak apa khan?" rayuku lagi. Santi terlihat tersipu malu. Wah.. Saya memperoleh angin nih.. Memang saya semenjak berkenalan dengan Santi sebagian bulan yang lalu telah membayangkan nikmatnya menyetubuhi wanita ini.
Dengan kulit putih, khas orang Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda lagi. Ia baru berumur 24 tahunan."Gimana nih sesudah kawin.. Sedap nggak? Pasti masih hot y. "Godaku lagi. "Awam aja kok Pak.. Kadang sedap.. Kadang nggak.. Tergantung moodnya" jawabnya lirih.
Dari jawabannya saya punya dugaan bahwa Pak Arief ini tak demikian itu memuaskannya di atas daerah tidur. Mungkin sebab umur Pak Arief yang telah berumur dibandingi dengan dirinya yang masih penuh gejolak impian seksual wanita muda. Pasti jarang sekali ia mengalami orgasme. Uh.. Kasihan sekali pikirku. Tidak lama Pak Ariefpun datang dari kejauhan. "Wah.. Pak Arief.. Punya istri menawan seperti ini kok ditinggal sendiri" kataku menarik hati. Santi terlihat bahagia saya puji seperti itu.
Menonjol dari tatapan matanya yang haus akan kehangatan laki-laki tulen seperti saya ini. "Iya Pak.. Habis dari belakang nih" jawabnya. Tatapan matanya terlihat curiga memandang saya sedang berbicara dengan istrinya yang jelita itu. Mungkin ia telah dengar isu akan ke-playboyanku di kantor. "Ok aku tinggal dahulu ya Pak Arief.. Santi" kataku lagi sambil ngeloyor pergi menuju daerah hidangan.Aq punmenyantapnya enak.
Maklum perutku telah keroncongan, terlalu banyak basa-basi dengan para tetamu undangan tadi. Kulihat si Jason masih ngobrol dengan Lia dan tunangannya. Saat saya mencari Santi dengan pandanganku, ia juga sedang mencuri pandang padaku sambil tersenyum. Pak Arief terlihat sedang berbicara dengan tetamu yang lain. Memang payah juga bapak yang satu ini, tak dapat membahagiakan istrinya. Santi kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun pura-pura menambah hidanganku.
"San.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk" ajakku berbisik padanya "Nanti aku dicari suami aku gimana Pak.." "Bilang aja kau sakit perut.. Perlu ke kamar mandi. Saya tunggu di luar"Kataku sambil membendung nafsu memandang lehernya yang putih tingkatan, dan lengannya yang berambut halus Tidak lama Santipun keluar ruangan resepsi menyusulku. Kamipun pergi ke lantai di atas, dan menuju kamar mandi. Saya berencana untuk berkasih-kasihan dengan ia di sana. Kebetulan saya tahu suasananya pasti sepi. Sebelum hingga di kamar mandi, ada sebuah ruangan kOsong,, sebuah meeting room, yang terbuka.
Wah kebetulan nih, pikirku. Kutarik Santi ke dalam dan kututup pintunya. Tanpa basa-basi lagi, saya kecup bibirnya yang cantik itu. Santipun membalas bergairah. Tangankupun bergerak merambahi buah dadanya, meskipun tanganku yang satu mencari kaitan retsleting di belakang tubuhnya. Kulepas gaunnya beberapa sehingga terlihat buah dadanya yang ranum cuma tertutup BH imut berwarna krem. Kuciumi leher Santi yang tingkatan itu, dan kusibakkan cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya mencuat keluar.
Segera kujilati dengan rakus buah dada itu, saya hisap dan saya permainkan putingnya yang telah mengeras dengan lidahku. "Oh.. Pak Robertt.." desah Santi sambil menggeliat. "Sedap San.." "Sedap Pak.. Terus Pak.." desahnya lirih. Tangankupun menyentuh pahanya yang mulus, dan hingga pada celana dalamnya. Menonjol Santi telah demikian itu bergairah sehingga celananya telah lembab oleh cairan kewanitaannya. Santipun kemudian tidak tabah dan membuka kancing kemeja batikku.
Dikecup dan dijilatinya putingku.. Lalu terus ke bawah ke perutku. Kemudian ia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik berambut halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana dalamnya. Memang kami sengaja tak berharap telanjang bulat sebab situasi yang tak memungkinkan. "Ohh.. Besar sekali Pak Robert.. Santi menyukai.." katanya sambil mengagumi kemaluanku dari dekat.
"Memang punya suamimu seberapa?" tanyaku tersenyum menarik hati. "Mungkin hanya separuhnya Pak Robert.. Oh.. Santi menyukai.." katanya tidak melanjutkan lagi jawabannya sebab mulutnya yang imut itu telah mengulum kemaluanku. "Sedap Pak?" tanyanya sambil melirik badung kepadaku. Tangannya sibuk meremas-remas buah zakarku sementara lidahnya menjilati batang kemaluanku. "Sedap sayang.. Ayo isap lagi" jawabku membendung rasa enak yang menjalar hebat. sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku.
Amat sexy sekali memandang panorama itu. Seorang wanita menawan yang telah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang menggelembung menghisap kemaluanku. Terutamanya dikala kemaluanku keluar dari mulutnya, tanpa memakai tangannya dan cuma menggerakkan kepalanya meniru gerak kemaluanku, Santi mengulumnya kembali. "Hm.. tongkol bapak sedap banget.. Santi menyukai tongkol yang besar seperti ini" desahnya. Tiba-tiba terdengar suara handphone.
Santipun menghentikan isapannya. "Iya Mas.. Ada apa?" jawabnya. "Lho Mas udah pikun ya.. Khan Santi tadi usah bilang.. Santi berharap ke kamar mandi.. Sakit perut.. Gimana sih" Santi mengobrol terhadap suaminya yang tidak tabah menunggu. Sementara tangan Santi yang satu konsisten menyentuh dan mengocok alat kelamin atasan suaminya ini.
"Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sejenak lagi Mas.. Tabah ya.." Kemudian terlihat suaminya mengobrol agak panjang di telpon, sehingga waktu hal yang demikian diaplikasikan Santi untuk kembali mengulum kemaluanku sementara tangannya masih mengatur handphonenya. "Iya Mas.. Santi juga cinta sama Mas.." katanya sambil menutup telponnya. "Suamiku telah nunggu. Namun biarin aja deh ia nunggu agak lama, soalnya Santi pengin puas dahulu". Sambil tersenyum badung Santi kembali menjilati kemaluanku. Saya telah mau merasakan kehangatan tubuh wanita istri bawahanku ini. Kutarik tangannya supaya berdiri, dan akupun tiduran di atas meja meeting di ruangan itu.
Tanpa perlu dikomando lagi Santi menaiki tubuhku dan menyibak gaun dan celana dalamnya sehingga vaginanya ideal berada di atas kemaluanku yang telah membumbung membendung gairah. Santi kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun menerobos liang vaginanya yang masih sempit itu. "Oh.. My god.." jeritnya terbendung. Kupegang pinggangnya dan kemudian saya naik-turunkan sehingga kemaluanku maju mundur menjelajahi liang enak istri menawan Pak Arief ini.
Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang ketika Santi bergerak naik turun di atas tubuhku. Kala kutarik badannya sehingga buah dadanya bergerak ke depan wajahku untuk kemudian saya hisap dengan gemas. "Ohh Pak Robertt.. Bapak memang jantan.." desahnya "Ayo Pak.. Puaskan Santi Pak.." Santi berkata sambil menggoyang-goyangkan badannya maju mundur di atas kemaluanku.Sesudah itu ia kembali menggerakkan badannya naik turun mengejar kepuasan bercumbu yang tidak diperoleh dari suaminya.
Sesudah sebagian menit saya turunkan tubuhnya dan saya suruh ia menungging sambil berpegangan pada tepian meja. Saya sibakkan gaunnya, dan terlihat bokongnya yang putih menggairahkan cuma tertutup oleh celana dalam yang telah tersibak kesamping. Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya, dan lantas kugenjot ia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang ikal itu. "Kau menyukai San?" kataku sambil menarik rambutnya ke belakang. "Menyukai Pak.. Robert.. Menyukai..""Suamimu memang nggak dapat ya" "Ia lemah Pak.. Oh.. God.. Sedap Pak.. Ohh" "Ayo bilang.. Kau lebih menyukai ng3nt0t suamimu atau saya" tanyaku sambil mengecup wajahnya yang mendongak ke belakang sebab rambutnya saya tarik.
"Santi lebih menyukai dient*tin Pak Robert.. Pak Robert jantan.. Suamiku lemah.. Ohh.. God.." jawabnya. "Kau menyukai tongkol besar ya?" tanyaku lagi "Iya Pak.. Oh.. Terus Pak.. Punya suamiku kecil Pak.. Oh yeah.. Pak Robert besar.. Ohh yeah oh.. God. Suamiku jelek.. Pak Robert rupawan. Oh god. Enakhh.." Santi mulai meracau kenikmatan. "Oh.. Pak.. Santi hampir hingga Pak.. Ayo Pak puaskan Santi Pak.." jeritnya. "Tentu sayang.. Saya bukan suamimu yang lemah itu.." jawabku sambil terus mengenjot ia dari belakang. Tangankupun sibuk meremas-remas buah dadanya yang bergoyang menggemaskan.
"Ahh.. Santi hingga Pak.." Santi melenguh dikala gelombang orgasme menerpanya. Akupun hampir hingga. Kemaluanku telah berdetak- detak mau mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh Santi sampai ia kembali berlutut di depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tidak lama tersemburlah spermaku ke wajahnya yang menawan. Kuoles- oleskan sisa-sisa cairan dari kemaluanku ke semua wajahnya. Kemudian Santipun mengulum dan menjilati kemaluanku sampai bersih.
"Terimakasih Pak Robert.. Santi puas sekali" katanya ketika ia membersihkan wajahnya dengan tisu. "Sama-sama Santi. Aku cuma berniat menolong kok" jawabku sambil bergegas memperbaiki pakaianku kembali. "Ngomong-ngomong, kau jago sekali blowjob ya? Kali latihan?" tanyaku. "Santi tak jarang lihat di VCD aja Pak. Bila sama suami sih jarang Santi berharap demikian itu. Habis nggak nafsu sih lihatnya" Wah.. Kasihan juga Pak Arief, pikirku geli. Pun saya yang bisa merasakan enaknya dioral oleh istrinya yang menawan jelita itu. "Kapan kita dapat mengerjakan lagi Pak" kata Santi mengharap dikala kami keluar ruangan meeting itu.
"Gimana seandainya pekan depan saya suruh suamimu ke luar kota jadi kita dapat bebas bersama?""Hihihi.. Pandangan baik tuh Pak.. Komitmen ya" Santi terlihat berbahagia mendengarnya. Kamipun kembali ke ruangan resepsi. Santi saya suruh turun secara khusus dulu, baru saya menyusul sebagian menit kemudian. Sesampai di ruang resepsi terlihat Jason sedang mencari saya. "Hey man.. Where have you been? I've been looking for you" "Sorry man.., I had to go to the restroom. I had stomachache" jawabku. Tidak lama Santi datang bersama Pak Arief suaminya. "Pak Robert, kami berharap pamit dulu.. Tak Santi nggak sedap badan..
Sakit perut katanya" "Oh ya Pak Arief, silakan saja. Istri bapak menawan patut benar- benar dirawat lho.." Santi terlihat tersenyum mendengar perkataanku itu, sementara wajah Pak Arief menonjolkan rasa curiga. He.. He.. Kasihan, pikirku. Mungkin ia akan stress berat berat sekiranya tahu saya baru saja menyetubuhi istrinya yang menawan itu. Tidak lama saya dan Jason malahan pulang. Sebelum pulang saya berpapasan dengan Lia, sekretarisku. Saya suruh ia untuk meregistrasikan Pak Arief Untk training ke singapura. Memang baru-baru ini saya memperoleh tawaran training ke Singapore dari salah satu perusahaan.
Lebih bagus Pak Arief saja yang pergi, pikirku. Toh memang ia yang melakukan profesi itu di kantor, meskipun saya cuma akan membantu istrinya yang menawan mengarungi lautan daya seksualitas selama ia pergi nanti. Tidak tabah saya menanti pekan depan datang. Nanti akan saya ceritakan lagi pengalamanku bersama Santi sekiranya saatnya tiba. Dengan tak adanya batas waktu sebab terburu-buru, tentu saya akan lebih dapat merasakan dirinya.
No comments:
Post a Comment