supersemar88.blogspot.com - Sebuah kisah ngentot yang menggairahkan. Suntuk! Satu kata yang membawaku melarikan motor kesayanganku membelah dinginnya malam bulan Agustus, menuju ke sentra keramaian kota Yogyakarta, Maliboro. Terus jelas fikiranku kacau, wanita yang saya sayangi petang tadi pergi tanpa pamit bersama sahabatnya ke luar kota. Walaupun telah lima hari ini tidak dikasihnya alokasi sex, dengan alasan sedang ujian tengah semester. Berkeinginan meledak rasanya kepala ini, wajib kusalurkan nafsu ini kalau tidak mau uring-uringan terus. Terbayang di benak seluruh agenda tuk malam ini memberi kepuasan dirinya dan pelampiasan nafsuku, sebutir obat kuat sudah kusiapkan disaku calana. SIAL! makiku dalam hati…
Toko itu menonjol sepi. Sebenarnya bukan toko, lebih mirip gerobak dorong makanan yang terparkir di pinggir jalan seberang warung Ramai Malioboro. Kuparkir motor di depan gerobak makanan itu, kupesan segelas jahe tape untuk mengusir dinginnya malam. Kulirik jam baru setengan sembilan malam, tinggal separo jam lagi bubaran warung-warung sepanjang Malioboro, dimana pelayan-pelayan warung berhamburan keluar warung untuk pulang.
Kuraih rokok di saku baju hangat yang tinggal tiga batang, kunyalakan dan kuhisap kuat sambil kuhembuskan keras ke udara. Dinginnya malam tidak cukup untuk mendinginkan hati ini, terutamanya dalam calanaku yang mengharapkan alokasi. Fikiranku melayang mencari sistem memenuhi impian ini.
Waktu bahkan berjalan, fikiranku terus berkecamuk, terdengar bunyi wanita mengorder segelas teh hangat di sampingku. Kugeser letak dudukku, kulirik ia, hmm lumayan juga nih cewek. “Permisi mas numpang duduk” sapanya. “Oh monggo, silahkan-silahkan” jawabku memberi daerah kepadanya. “Kok belum pulang mbak?” tanyaku membuka percakapan. “Iya mas, tunggu jemputan, tetapi kok belum nampak ya” jawabnya sambil menengok kiri dan kanan. “Umumnya dah jemput dari tadi lho mas” tambahnya. Tiba-tiba Telpon di ransel wanita itu berbunyi, kulihat ia menjawab telepon itu, kuperhatikan wajahnya.
Alamak! wajah itu tertekuk murka, menambah manis wajah ayunya. “Kurang didik” katanya sambil menutup diskusi teleponnya. “Mengapa mbak, kok murka-murka?” tanyaku padanya. “Dasar cowok gak tahu di untung, minggat sana sama gendaknya” maki dirinya terhadap cowok di telepon tadi. Tiba-tiba ia menelungkupkan wajah ayunya ke atas meja sambil menangis. Wah kacau nih, pikirku. “Sudahlah mbak, nggak usah dipikirin, laki-laki emang demikian itu” rayuku sambil tidak kusadari bahwa saya juga laki-laki yang mungkin lebih berengsek dari cowoknya tadi.
“Gimana jika aku saja yang menemani embak?” kutawari diriku untuk menemani. Wanita itu menelentang, menonjol air mata yang masih mengalir dari kedua boal matanya. Oh My God, ayu tenan gumam hatiku, wajahnya itu lho lucu, mungil, kasihan diterpa sinar lampu tempel di meja gerobak dagangan makanan. “Mas nggak papa? Nanti ada yang murka? tanyanya sambil menatap lekat padaku. “Kita senasib kok mbak, Anton” kataku mempersembahkan diri sambil meraih tangannya menuju motor.
Sesudah kubayar minuman kita, kuulurkan helm kepadanya. Motor kustarter, ia duduk dibelakangku. “Saya Ika mas. Senasib bagaimana sih mas?” tanyanya padaku. “Saya juga ditinggal cewekku petang tadi, ia pergi sama sahabat-sahabatnya tanpa pamit padaku” jawabku. “Tinggalmu di tempat mana mbak?” tanyaku.
“Apa” tanyanya sambil mendekatkan kepalanya ke samping kepalaku, seerrr… payudara yang bulat pesat, kini nempel merapat di punggungku, terjadilah pemberontakan di dalam celana dalamku. Beruntung… saya lupa mencukur bulu bawahku, kini terasa perih menggigit terdesak pisang ambonku yang pelan serta pasti mengeras.
“Mengapa mas?” tanyanya sekali lagi padaku. Wajah gadis itu di sebelah kanan agak kebelakang arah wajahku, kutengok ke samping kanan, persis yang kuduga sebelumnya, demikian itu menengok, kucium lembut dan meraba pipi serta sedikit mulutnya, “iiiihhh, jahil ya masnya ini” katanya sambil mencubit pinggangku. Haa haa haa… “Kostmu tempat mana adik manis?” tanyaku membendung perih di pinggang pengaruh cubitannya. “Enggak tau, saya lagi males pulang” cemberutnya sambil terus mencubit pinggangku. Kuhentikan motorku di tepi jalan. “Kok stop mas?” tanyanya.
“Habis kau nyubit terus dan gak di lepas-lepas sih… nanti gimana jalan motornya?” candaku. “Habis masnya juga genit sih, pake ngesun semua” ujarnya. “Nah gitu dong, jangan sedih terus, ntar ilang lho manisnya” kataku cengengesen. “Tu kan… mulai lagi” ketusnya sambil bersiap untuk mencubit pinggangku lagi. Kutangkap tangan lembut itu, kugenggam mesra sambil bertanya “Trus kita ingin ke mana cah ayu?” Ditundukkannya wajahnya “Terserah mas aja lah. pokoknya saya males pulang ke kostan”. “Ya oke deh, kita nikmatin malam ini berdua aja ya” jawabku. “He eh” sambutnya sambil melendot manja, ah dasar wanita dirayu sedikit, keluar deh manjanya. Kulaju motorku ke arah selatan Yogya. Namanya rejeki gak lari ke mana, sorak hatiku.
Sampailah kita di tempat pantai Parang Tritis, angin laut selatan menyambut kita disertai dinginnya musim kemarau bulan Agustus. Kulepas jaketku dan kukenakan kepadanya yang cuma berkaus ketat berlengan pendek. Kuparkir motor di atas pasir pesisir pantai, kurengkuh bahunya untuk duduk di pasir, ia membisu saja, pandangan jauh menatap suramnya lautan. “Mengapa, kok ngelamun” tanyaku. “Tauk nih, kita kan baru sebagian jam lalu kenalan, kok udah akrab ya” jawabnya. “Emang mengapa? nggak boleh? Saya menyukai dari pandangan pertama tuh” kataku ngawur.
“Iiiiih, ngawur lagi deh” sergahnya sambil mulai mencubitku lagi. Sebelum tangan itu hingga, saya bangkit berlari menghindar, terjadilah kejar-kejaran diantara kami, hingga suatu dikala kakiku tersandung lobang dan jatuh. Sebab jarak kami tak terlalu jauh, ia bahkan ikut serta terjatuh, sebelum sempat kusadari, reflek tanganku meraih tubuhnya, berpelukanlah kami berdua. Ia terdiam, akupun membendung napas, pelan kusorongkan wajahku mendekati wajahnya, kucium lembut bibirnya, dia bahkan membalas sambil memejamkan matanya, kami berdua terhanyut, melayang tinggi dengan latar belakang deburan ombak pantai selatan.
Malampun kian larut, kami mempertimbangkan untuk menginap di salah satu losmen yang berada i sekitar pantai. “Kok kau ingin menginap dengan cowok yang baru kau ketahui sih” bisikku ketelinganya. “Habis mas bagus sih, ingin nemenin Ika yang lagi sebel” katanya manja. Kuraih wajahnya, kepagut bibir imut Ika, kami berdua berkecupan mesra. Tangan kananku memeluk pinggang, tangan kiriku bergerilya masuk ke dalam kaus Ika.
Cumbuan kualihkan ke leher level Ika, ia mendesis dipeluknya tubuhku. “Sss…mass… enaaakk” erang Ika. Tangan kiriku berupaya masuk melewati bra yang agak ketat, sedang tangan kananku berupaya membuka kaitan bra di punggung Ika. “Mas Ann… ton… Ika lee.. messs nih… sambil tiduran yuk…?” pintanya. Kurebahkan diri Ika ke atas ranjang, kumainkan kedua belah payudara Ika, Ika terpejam kembali dengan mengerang pelan… sss… sss… yang keras mas remasnya… sss…
Kubungkukkan bandan, mendekat ke arah payudara Ika, ku kulum puting sebelah kiri sementara tangan kananku meremas sebelah kanan. Tangan ika menjambak rambutku… Sss… enaaakk… masssss… hisap yang kuat sayang… Jilatanku kuteruskan menyusuri hingga ke pusar, kumainkan lidahku di lubang pusar Ika. Malam semakin larut, deburan ombak terdengar hingga ke dalam kamar losmen, seakan musik mengiringi deru napas memburu kami berdua. Kupandangi tubuh Ika, kuusap mesra wajahnya, Ika memandangku pasrah, kubelai perutnya dengan tangan kanan, terus turun sampai ke celana panjang Ika. Kubuka kancing celana Ika, kuturunkan resluiting dan kubelai dengan punggung tanganku.
“Mas Anton… jangan azab Ika dong… cepet copot pakaian dan celana mas juga” pinta Ika seperti memelas. “Sejenak sayang, mas ingin membuang air kecil dahulu ya” kataku sambil berlalu ke kamar mandi. Saya mencopot pakaian dan celanaku serta celana dalamku sambil mengelus penisku “tabah ya sayang, nanti kukenalkan pasanganmu” kataku bergumam bersuka ria. Ika terpekik terbendung memperhatikan kondisiku yang bugil, sambil menutup mulutnya. “Mas Anton… kok gede banget penisnya?
kaprah-kaprah muat gak ya unya aku?” tanyanya. “Kau masih perawan Ka?” tanyaku mendekatinya. “Udah enggak sih… cuman dah lama gak kebobolan, apalagi segede punya emas?” jawabnya senyum dikulum. “Ya udah nikmatin dahulu deh punya emas ini ya” kataku sembari menyodorkan penisku ke wajahnya. Ikapun bangkit dan meraba penisku sembari dijilatinya, kemudian memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya, menonjol sesak tatkala ia memasukkan batangku.
Saya tersenyum memandangnya terbelalak-belalak. “Cape nih mas mulut Ika, pegel!” protesnya. “Ya udah, kini giliran emas ingin kecup vegi Ika ya” kataku meredakan protes Ika. Kemudia Ika kembali tiduran sembari mengangkangkan kedua pahanya, kudekatkan kepalaku di selangkangan Ika yang memang luar umum bersihnya genitalia ika dengan rambut sedikit dibenahinya, kumulai mengulum genitalia Ika. Kedua tangan Ika menjambak rambut di kepalaku. “Achhh… terus masss… yesss… gigit masss…” erang Ika seperti cacing kepanasan.
Edan aja cowok bego itu, barang sebagus ini disia-siakan bathinku berkata sembari terus menjilat dan sekali-sekali kumasukkan lidahku kedalam liang vegi Ika. “Maasss… aaakkkuu… nyammpeee…!” jerit Ika sembari menekan kepalaku ke dalam vaginanya. Tubuh Ika bergetar hebat, dari lubang genitalia Ika keluar lendir orgasme yang lansung tidak kusia-siakan untuk menyedotnya terbukti gurih sekali cairan orgasme Ika. Sesudah sebagian dikala Ika tergeletak lemas seperti tidak bertenaga, kudekati Ika dan meringkuk di sisinya, kukecup keningnya dan kubelai rambut Ika, “Gimana rasanya sayang?” tanyaku. Ika tidak menjawab, cuma tatapan sendu serta senyuman Ika yang mewakili sejuta kata-kata yang mewakili dirinya menempuh puncak kenikmatan.
Kemudian saya bangkit, melumuri penisku dengan air air liur, agak kuangkat Ika untuk agak menepi dari ranjang. Pelan saya arahkan penisku ke tengah selangkangan Ika. “Perlahan-perlahan ya mas…” pinta Ika memohon. Pertama ku sibak bibir organ intim wanita Ika, kemudian kutempelkan kepala helm penisku di tengah vaginanya, pelan-lahan kudorong masuk ke dalam. Dengan orgasmenya Ika tadi, seolah sudah siap untuk mendapatkan kedatangan penisku, namun konsisten saja agak sempit.
Kulihat Ika agak meringis, “Mengapa Ka?, sakit ya?” tanyaku. “Sedikit mas, tetapi gak pa pa kok, Ika bendung”. Saya gak ingin buru-buru, sedikit demi sedikit kukeluar masukkan batang penisku ke dalam organ intim wanita Ika. Sesudah masuk separo, kudiamkan sebentar untuk memberi waktu organ intim wanita Ika menyesuaikan dengan batang penisku, kulihat Ika menatapku,
“Mengapa stop mas? saya dah mulai merasa sedap kok rasanya” kata Ika sedikit protes atas perbuatanku. Memang saya penjahat kelamin, kata sahabat-temanku, sesungguhnya saya sendiri gak sepakat sebab berdasarkan diriku sendiri saya yaitu penyayang kelamin, gak ingin asal aja make love dan wanita merasa sakit, sebab prinsipku relasi sex itu yaitu kepuasan antara dua insan berlainan ragam.
Sesudah kulihat Ika telah terbiasa dengan penisku, mulailah kumaju mundurkan senjataku hal yang demikian, sambil melirik Ika. Rupanya Ikapun telah merasakan keluar masuknya penisku di vaginanya. Sekitar lima menit kemudian Ika kontraksi, ternyata ia telah ingin menempuh orgasme lagi. Massssss…akkkuuu… nyammmppeee… erangnya sambil memeluk erat tubuh serta menjepit keras pinggulku. Saya imbangi orgasme Ika dengan menancapkan batang penisku dalam-dalam.
“Gimana sayang?” tanyaku. “Waduh mas luar umum deh” jawabnya sambil terengah-engah. Kemudian Ika saya suruh tengadah di atas rajang, kemudian saya naik di atas tubuh Ika, kujilati sekitar payudara Ika yang memang telah berair oleh keringatnya. Kemudian kusuruh kedua tangan Ika untuk menjepit kedua payudaranya, sesudah itu batang penisku saya tusukkan di tengah jepitan payudaranya. Ika tersenyum mengerti dengan perbuatanku dan bertanya “Mengapa gak dikeluarin di dalam organ intim wanita Ika aja mass?” tanyanya. “Enggaklah, nanti kau hamil lagi” jawabku. Ikapun tersenyum manis. Kukocok kemaluanku di jepitan payudara Ika, tidak berapa lama terasa ada sesuatu yang akan meledak dari ujung kemaluanku, Ika menelentang ke arah payudaranya,
“Kaaa… masss ingin sammmpe juga nihhh…” erangku. Kulihat Ika membuka mulutnya, seolah ingin menampung muncratan orgasme ku. Mengamati hal itu buru-buru ku copot penisku dari jepitan payudara Ika dan kumasukkan ke mulut Ika, disambutnya penisku dan di kulumnya. Meledaklah seluruh spermaku di mulut Ika hingga tetes mani terakhir. “Nikmat kok mas, gurih… Ika seneng sama air mani emas?” kata Ika sambil tersenyum. Akupun seperti habis berlari berpuluh-puluh meter, nafasku tersengal namun senyumku masih dapat kupaksakan untuk Ika. Kupeluk tubuh bugil Ika, kuciumi wajah, pipi, dan kamipun beciuman mesra, kamipun tertidur pulas sampai pagi tanpa sehelai benang nempel di kedua tubuh bugil kami.
Pagi bahkan merangkak ke siang, saya terjaga dan kulihat di sebelahku Ika telah tak ada. Dengan perasaan malas saya bangun dan menuju ke kamar mandi. Sesampai di sana kulihat Ika membelakangi pintu dan sedang menyikat gigi, pelan kudekati dan kupeluk dari belakang, tidak lupa tanganku mampir di kedua buah dada Ika.
“Eh dah bangun ya mas?” sapa Ika. Kurasakan penisku menegang lagi, dengan posisi demikian kurenggangkan kedua kaki Ika dan pelan kumasukkan penisku dari belakang. Ika mengerang lirih dan berpegangan pada tepi bak mandi, hingga hasilnya Ika menempuh orgasmenya.
Sesudah itu dia jongkok di depanku dan mulai mengulum penisku hingga menempuh orgasme yang ditelan Ika hingga habis.
Sesudah mandi dan sarapan, kami berdua bersantai di selasar depan losmen. Kemudian Ika bertanya dengan perasaan sedih, “Mass, kaprah-kaprah esok hari-esok hari gimana ya relasi kita..” tanyanya sedih. “Berkeinginan kau gimana Ka? balasku bertanya lagi.
“Berkeinginan Ika kita gak buru-buru putus mas, sesudah momen semalam hingga hari ini, kayaknya Ika menyukai deh sama mas Anton?” katanya sambil mulai meneteskan air mata. Saya bangkit dan memeluk dirinya, ku elus punggung dan rambutnya. “Mas juga sama kok perasaannya dengan kau sayang” kataku menghibur. “Kita lihat esok hari aja ya, dan saya komitmen senantiasa menghubungi kau ya Ka.” kataku kemudian. Ika cuma mengangguk lemah.
Semenjak itu pantas dengan janjiku, saya senantiasa mengunjunginya dan kami masih terkait intim terus, kalau tak di kostanku ya di kostnya Ika. Hingga suatu dikala ia bilang jika dilamar oleh cowoknya yang dahulu, dimana cowoknya sudah mengakui kesalahannya dan bersepakat tak akan menyakiti Ika lagi.
Saya bahkan agak goncang, namun gimana lagi, saya sendiri masih kuliah, masih nodong orang tua, sementara cowok si Ika sudah berprofesi, hasilnya kuihklaskan kepergian Ika. Sebelum berpisah Ika kuajak ke Tawangmangu selama dua hari, berdua memuaskan impian sebelum berpisah. Memang Ika sendiri tak dapat menolak cowok hal yang demikian yang masih terhitung famili jauhnya, sesudah kunasihati hasilnya Ika ingin paham dan mendapatkan lamaran cowoknya.
Sekarang saya jomblo lagi, sementara cewekku dahulu telah saya putus kemarin-kemarin, ditunggu petualangan lendir ku berikutnya !
No comments:
Post a Comment