www.supersemar88.blogspot.com - Saya ialah seorang si kecil yang dilahirkan dari keluarga yang kapabel di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara saya dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Saya panggil dengan Mbak Marni.
Momen ini terjadi pada tahun 1996 ketika saya lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu saya dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sependapat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya memiliki usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu umur Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, sebab Mbak Marni semenjak berumur 20 tahun sudah menjadi baby sitterku.
Tanpa disadari saya mau sekali memandang dan menjalankan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan sahabat-sahabat. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tak tertutup rapat dan tak ketahuan oleh keempat temanku.
"Maaf yah, gue ingin ke belakang dahulu.."
"Ya.. ya.. melainkan bantu ditutup pintunya yah", jawab keempat temanku.
"Ya, nanti kututup rapat", jawabku.
Saya keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan napas yang tersengal-sengal.
"Hmm.. hmm, Mas Ton", Mbak Marni menegurku seraya membenarkan posisi berdirinya.
"Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?" tanyaku keheranan.
Hatiku berdiskusi bahwa ini kans untuk bisa menjalankan semua hal yang tadi kutonton di VCD porno.
Pelan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan saya berpura-pura naik pitam kepada Mbak Marni.
"Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip semua."
"Hmm.. hmm, Mbak ingin beri minum untuk sahabat-sahabat Mas Tonny", jawabnya.
"Nanti saya bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny", ancamku, sembari saya pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.
Mbak Marni mengikutiku ke bawah, setibanya di bawah, "Mbak Marni, kau ngintipin aku dan sahabat-sahabat itu maksudnya apa?" tanyaku.
"Mbak, mau beri minum sahabat-sahabat Mas Tonny."
"Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas", tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.
"Hmm.. Hmm.." sebut Mbak Marni mencari alasan yang lain.
Dengan keder Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tak disadari olehnya, saya memandang dan membayangkan format tubuh dan payudara Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan saya memberanikan diri untuk menjalankan permainan yang sudah kutonton tadi.
"Sini Mbak"
"Lebih dekat lagi"
"Lebih dekat lagi dong.."
Mbak Marni meniru perintahku dan dirinya telah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum sudah meraba dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Saya duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di selangkanganku.
"Mas Tonny ingin apa", tanyanya.
"Mas, ingin diapain Mbak?", tanyanya, dikala saya mengontrol bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
"Udah, jangan banyak tanya", jawabku sembari saya melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.
"Jangan Mas.. jangan Mas Tonny", pintanya untuk menghentikanku membuka kancing pakaian baby sitterku.
"Jangan Mas Ton, jangan.. jangan.." tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing pakaiannya.
Telah empat kancing kubuka dan saya memandang bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbalut oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kans lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna cokelat muda dan kemerah-merahan.
"Jangan.. jangaan Mas Tonny"
"Akh.. akh.. jangaan, jangan Mas"
"Akh.. akh.. akh"
"Jangan.. Mas Tonn"
Saya mendengar Mbak Marni mendesah-desah, saya seketika mengulum puting susunya yang belum pernah dikendalikan dan di kulum oleh seorang pria bahkan. Saya memasukkan semua buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. "Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber.." tanpa memperdengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit perlahan-perlahan. "Ohk.. ohk.. ohk.." desahan napas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana dalamku dan mengontrol kemaluanku. Tanpa diberikan aba-aba, Mbak Marni mengontrol kemaluanku dan menjalankan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku hingga pangkal alat kelamin.
"Okh.. okh.. Mbak.. Mbaak"
"Teruss.. ss.. Mbak"
"Mass.. Mass.. Tonny, aku tak kuat lagi"
Mendengar itu lalu saya turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni tengadah di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk menyentuh selangkangan Mbak Marni. Saya singkapkan bajunya ke atas dan kuraba-raba, saya menikmati bahwa celana dalamnya telah berair. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan saya menikmati adanya bulu-bulu halus yang berair oleh cairan liang kewanitaannya.
"Mbak, dibuka yah celananya." Mbak Marni cuma mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, saya mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku sudah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti saya memanggil anjingku.
"Shs.. shss.. sh"
"Kencang dibuka", pinta Mbak Marni.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas bangku makan, saya memandang alat vitalnya yang masih autentik dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Saya mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Pelan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan komponen dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.
"Massh.. Mass.."
"Mbak ingin kelluaar.."
Saya tak tahu apa yang dimaksud dengan "keluar", tapi saya kian bermotivasi memainkan daging tumbuh hal yang demikian, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Marni sudah berair dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya. Lalu saya mengubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, sebab semenjak tadi kemaluanku tegang. "Slepp.. slepp" Saya menikmati kehangatan luar lazim di kepala kemaluanku.
"Mass.. Mass pellann dongg.." Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. "Sleep.. sleep" dan, "Heck.. heck", bunyi Mbak Marni terbendung ketika kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. "Mass.. Mass.. pelaan.." Nafsu birahiku sudah hingga ke ubun-ubun dan saya tak mendengar ucapan Mbak Marni. Karenanya kupercepat gerakanku. "Heck.. heck.. heck.. bantu.. tollong Mass perlahan-perlahan" tidak lama kemudian, "Mas Tonny, Mbaak keluaar laagi" Berbarengan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang sudah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Karenanya kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tidak lama kemudian, "Croot.. croot" spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.
Sesudah Mbak Marni tiga kali keluar dan saya telah keluar, Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam kondisi lemas saya naik ke dadanya dan saya meminta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni hingga habis ke dalam mulutnya. Kami menjalankan kaprah-kaprah selama tiga jam, tanpa kusadari sahabat-temanku teriak-teriak sebab kunci pintu kamarku sewaktu saya keluar tadi. "Tonny.. bantu bukain dong, pintunya" Karenanya pesat-pesat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan saya naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan saya ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta sahabat-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.
Sesudah semua temanku pulang dan mamaku rehat di kamar menunggu papa pulang. Saya ke kamar Mbak Marni untuk minta maaf, atas perlakuanku yang sudah merenggut keperawanannya.
"Mbak, maafin Tonny yah!"
"Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok"
"Keperawanan Mbak lebih bagus diambil sama kau dari pada sama supir tetangga", jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya hal yang demikian karenanya, kelakuanku makin hari makin manja kepada baby sitterku yang merawatku sejak usiaku sembilan tahun. Semenjak kejadian itu kuminta Mbak Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia mengerjakannya.
Sampai suatu ketika terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung dampak perbuatanku dan saya ingat waktu itu saya kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, sebab hubunganku dengan Mbak Marni yang indah wajahnya dan putih kulitnya. Saya dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku hal yang demikian.
Kini saya merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, sebab saya belum menerima wanita yang sesuai untukku. Itulah kisahku para pembaca, kini saya telah berprofesi di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan saya sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni, baby sitterku tersayang dan bagaimana infonya Tonny kecilku.
No comments:
Post a Comment