www.supersemar88.blogspot.com - Setibanya di rumah sesudah terbang sana terbang sini di sebagian kota masih di Pulau Jawa ataupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 pekan ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar umum. Tapi secara psikis justru sebaliknya, saya mulai bisa menikmati suasana rileks dan tenteram. Merasa at home dan berharap selekasnya menemui eks kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup menolong keseimbangan diriku sehingga tak membuatku dilanda senewen.
Sebab penerbangan yang kuambil ialah petang jam 6 dari Surabaya, karenanya masih petang pula sekitar jam 7.30 saya telah mendarat dan lalu separo jam kemudian dengan menerapkan jasa taksi saya telah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tak macet sebab ini hari Pekan. Dari luar ruang tetamu kelihatan jelas disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Saya yang berusia 38, isteriku 31, asisten laki-laki 52, dan asisten wanita 44. Oh ya, sesudah 9 tahun menikah kami belum dikarunia buah hati.
Jadi kian menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis sebab belum ada urusan lain yang membutuhkan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami. Dikala hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh asisten wanitaku sebab kebetulan ia tepat lagi berharap keluar untuk buang sampah. Setelahnya ia kembali ke kamarnya yang berlokasi di samping kiri bangunan utama. Asisten-pembantuku kubuatkan kamar di luar.
Baca Juga : Cerita Seks Ngentot dengan Tante Kost Semok
Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir memutari bangunan rumah selain sisi kiri sebab kepotong kamar-kamar asisten dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kaprah-kaprah menempuh 25 meter. Benar, pintu tak dikunci dan saya masuk dengan senyap demi membuat isteriku terkejut. Saya menyukai sekali dengan permainan terkejut-kagetan seperti ini. Umumnya isteriku menyukai terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan kecupan bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku.
Dan itu sering kali terjadi sebab saya sering kali bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah hingga 3 bulan baru pulang. Pada permulaan perkawinan kami tidaklah demikian, tetapi 5 tahun baru-baru ini ini yah begitulah. Imbasnya|} ialah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya ataupun kualitasnya. Kaca ini saya menangkap suasana lain. Memang lazimnya sebelum pulang saya memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 hingga 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini saya tak memberitahu supaya lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu.
Di ruang tetamu Tak menyala agak keras. Lalu saya menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan saya berharap mengambil air putih. Pelan ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tidak koperku di atas meja makan lalu saya mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas saya sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum bangku kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.
Perlahan-alhasil kunaiki tangga. Perlahan sekali kubuka pintu, tetapi namun seukuran separo kepala. Saya berharap mengintip mau isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi aktivitas dengan pose yang lelap. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Terang jantungku. Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku berdegub disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Dia salah satu sosoknya ialah isteriku, mana mungkin saya pangling. Sulit lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya kelihatan seperti di sekitar terlihat lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Pitam kudefinisikan.
Kaget. Linglung. Pun. Kini penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku kelihatan naik turun dengan teratur dengan ditingkahi terlihat-terlihat lenguhan suara seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah tertahan percintaan pintu tak mereka sadari. Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir alhasil dan makin perlahan. Rasa penasaranku telah mulai dicampur aduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit.
Aku lebih dahsyat sudah menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku ialah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Kian saya lebih berharap menyaksikan adegan ini hingga tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi namun saja adalah kelihatannya memek isteriku yang kini diwujudkan. Saya kian ngaceng. “Ohh.. Sshh…” terlihat desisan isteriku berulang-ulang.
Telaten sekali si pria (saya telah menangkap sosok lawannya dengan bisa ialah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali. “Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”. Plong rasa dadaku demi bangku menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin asisten priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi saya agak mengenali sosoknya. Belum sempat saya banyak saya kesadaranku disedot kembali oleh terlihat-terlihat kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.
“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..” Aku binal kepala isteriku semakin sana sini. Nampaknya ia telah berada di awang-awang kenikmatan. Saya juga kian dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri. “Ahh…” Ah isteriku bangku jebol juga. Saya tahu itu. Kian nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Alhasil kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (sebentar telah tua saya tubuh pembantuku masih gagah namun pekerjaannya yang secara dampak jasmani memerlukan).
Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Aku perlahan kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali cepat mabuk kepayang. Pelan kulihat batang terlihat Mr. Karmin telah sudah ke lobang terlihat isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Aku menggelegak gairahku saat membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.
Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan. “Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”. Perlahan-alhasil dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan perlahan isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu. “Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..” Saya menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun namun sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin dampak tinggal tidak menyenggamai buah dada isteriku yang diam sudah tegak. Wuuhh membumbung, dahsyat sekali sinting yang kusaksikan ini.
Pembantu hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging. Gaya anjing sesudah ternyata juga oleh Sebab Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan anjing yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku kian mengobarkan hasratku. “Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..” Pompaan Mr. Karmin kian lama cepat kian bertenaga dan kian semakin.
“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..” Aku bakalan selesai eh kupikir isteriku adalah kini berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar saya menoleh ke lantai bawah kupikir si Asisten Wanita memergokiku sedang mengintip. Sebab jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku ialah suami isteri. “Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..” “Saya namun laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..” “Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh” Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas sebentar terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar umum.
Mr. Karmin bangku jebol juga pertahanannya. Telah adegan selesai saya dengan saya sekali menutup pintunya. Kuturuni saya tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung dampak terkira. Saya senewen berharap mau hasratku. Dikala hingga dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam hingga kaget dan bingung. Kudekati ia saat mulai terisak-isak meneteskan air mata, berharap kutenangkan hatinya.
Mungkin kejadian tadi diam berulang kali berlangsung selama saya tak di rumah. “Dia sering kali kejadianya Mbok?” tanyaku. Sulit mengangguk. “Maafkan isteriku yah” Entah ia tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini ia tak berani menatapku. Kaca ini mungkin ia sedang kesepian dan masygul hatinya. “Ayo ke kamarmu Mbok.” Hasratku masih tinggi dan ia semestinya. Kami diatasi ini sedang masuk dalam ketika kejiwaan yang jasmani pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Dikala hingga kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh ia duduk di ranjang.
Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini ia tak terlalu buruk. Kulit jelas sebentar tak semulus isteriku saya lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tak terlalu tidak. Tetek cukup besar sesudah kusadari diatasi ini. Sulit ia senantiasa kebaya dan kain. Kepalanya ditimpakan di dadaku. Kian ia lebih tua dari saya tetapi dalam namun seperti ini ia membutuhkan memerlukan dari dada laki-laki. Kubiarkan sebentar dibarengi padahal bumbu dapur. Kian tak terlalu menyengat.
Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke tidak. Berdasarkan saja. Ke lehernya. Sebab terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Aku erat ia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga ia tipis teteknya. Terus kuulang hingga bangku kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus alhasil teteknya. Gemas saya. Sulit mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Dia saja. Kubuka berdasarkan dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.
“Ehhmm.. Eehhf..” Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya. “Ehh.. Ehhshs..” Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya. “Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” semakin kanan kiri kepalanya. Kutindih ia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek hingga leher kanan kiri dengan lidahku. “Oohh.. Paakk.. Oohh..” Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada hingga pasif. Lalu ia mulai ia dan kami saling paham lidah dan beradu. Berkecipak terlihat kuluman kami.
Kutekan-tekan berdasarkan bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek bagian memeknya. Mengerinjal kawasan. “Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang. Kami berdiri untuk melepas bokongnya masing-masing sesudah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut hingga kaki. Keteknya hingga dibolehkan, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita berbulu keteknya dibolehkan. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tak rapi. Luar umum. Sebab hasratku yang telah tinggi sudah tadi alhasil kugumul Sulit dan menjatuhkannya di ranjang.
Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini saya berlama-lama sebab penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku sebab labia mayoranya. “Oohh.. Paakk.. Ohh..” Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya mengitari cocok. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Saya tak jijik kali ini. Hasratku yang menggila diam sudah kebiasaanku selama ini. “Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..” Sulit memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas kawasan sebelum bangku kujebloskan kontolku ke memeknya yang diam banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa.
Baca Juga : Cerita Seks Ngewe dengan Ibu Dosen & Asdos
Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Aku dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil saya terus menyodokinya. “Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.” Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi saya miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Tapi ia ia sehingga tingkat penetrasinya lebih telungkup. Benturan-benturan dengan kawasan yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.
“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” alhasil terus erangnya sambil membeliak-beliak. Pelan sesudah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya hingga tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tak tertampungya semprotan maniku. Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil saya saya menindihnya. Saya jilatin lagi leher dan pipinya hingga kontolku telah lemas dampak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap.
kami campur aduk membanjiri spreinya yang telah agak kusam itu. diatasi itu ketika saya pulang dari bepergian karenanya saya mengunjungi Mrs. Karmin saya terlebih untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah sesudah maniku terhambur ke memeknya yang sesudah gampang itu. Sebab boleh dikata telah tak pernah lagi menggauli isteriku sendiri. Suatu kali Mr. Karmin memergokinya saat berharap ambil rokok, tetapi saya cuek saja kepalang lagi hot, saya ia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk ia sex party berempat. Kian gagasan itu belum terlaksana, sebab saya masih merasa risih saya rame-rame alhasil.
No comments:
Post a Comment