

SUPERSEMAR88.BLOGSPOT.COM - Kekerabatan perkawinan kami benar-benar rukun dan kami tak pernah mengalami problem dengan relasi seksual maupun keuangan sebab walau bagaimanapun bagus saya dan suamiku memiliki posisi yang benar-benar baik di perusahaannya masing masing.
Suamiku kerap kali pulang pergi dari Taiwan ke Indonesia dan senantiasa singgah ke Singapore sebelum ke Jakarta, hal ini disebabkan sebab ia berprofesi di Taiwan apalagi ia tak demikian itu dapat dalam bercakap-kapabel bahasa Indonesia sehingga di dalam kehidupan pernikahan kami, kami senantiasa mengaplikasikan bahasa mandarin atau bahasa Inggris, sehingga buah hati kami yang bernama Melissa mengusai 3 bahasa.
Wang K*** (edited) yaitu nama suamiku dan saya benar-benar menyayanginya. Ia senantiasa pulang ke Jakarta tiap-tiap 2 pekan sekali namun padahal demikian, saya tak merasa kesepian dan tak ada harapan untuk mengerjakan affair dengan laki-laki lain padahal percaya atau tak
Banyak sahabat laki-lakiku di sini kerap kali mengajakku kencan dan ada juga yang mengajak bercumbu secara jelas-terangan sewaktu suamiku tak ada di Indonesia, namun saya senantiasa menolaknya dengan berjenis-jenis alasan sebab saya benar-benar menyayanginya.
Suatu hari di malam hari (sebagian hari yang lalu), saya baru saja memberi tahu sarapan malam untuk Melissa dan untuk diriku sendiri. Melissa melahap kuliner char siew buatanku yang menjadi salah satu kegemarannya sehingga membikin tubuhnya kian gemuk.
Baca Juga : Cerita Seks Liar Bersama Vita Pemuas Hasrat ku
Sewaktu kami sedang makan, tiba-tiba telepon berdering dan aku menunda sarapan malam aku untuk mendapatkan telpon hal yang demikian. Rupanya, orang di telepon itu yaitu suamiku sendiri yang mengatakan bahwa malam ini ia berada di Taiwan bandara bersama sahabat bisnisnya.
Ia berkata bahwa ia kangen sekali untuk bercumbu denganku dan ia berkata bahwa sesudah bisnisnya di Taiwan selesai, ia akan seketika ke Jakarta untuk bercumbu denganku. Percakapan 30 menit kami terpaksa stop sebab adanya bunyi wanita di latar belakangnya bahwa ia harus “boarding” sebab pesawat akan diberangkatkan. Dengan perasaan sedih dan jengkel, saya terpaksa mengakhiri percakapan kami.
Untuk menghilangkan perasaan kesalku, saya mendekati buah hati perempuanku yang sedang asyik bermain dengan Play Station dan saya turut bermain dengannya. Sewaktu saya sedang bermain-main dengan anakku, telepon berdering kembali dan saya menduga itu dari suamiku, terbukti orang yang meneleponku yaitu adik kandungku dan ia seperti hendak berkata sesuatu dengan perasaan sedih dan saya mengetahuinya sebab ia gugup sekali sewaktu hendak berdialog denganku.
Tidak lama, hasilnya ia menyebutkan bahwa ia baru saja mendengar dan menyaksikan sebuah kecelakaan pesawat terbang di CNN dan ia menceritakan sebuah nomor pesawat SQ006 yang membikin hatiku menjadi hancur berkeping-keping sebab suamiku yang benar-benar kusayangi berada di dalamnya.
Saya mendadak menangis dan merasa lemas di segala badan, kemudian saya tak ingat apa-apa sesudah itu. Sesudah saya sadar dari pingsanku, adik perempuanku yang meneleponku tadi berada di sisiku bersama suaminya dan anakku.
Memandang mereka, saya menjadi menangis kembali dan mereka memberi rekomendasi supaya saya pergi ke Taiwan dikala itu juga, saya mengiyakan mereka dan sesudah saya siap, saya seketika pergi ke Bandar dengan mengaplikasikan taksi sementara adikku dan suaminya mendampingi Melissa untuk sebagian hari selama saya pergi ke Taiwan.
Selama perjalanan, saya tak henti-hentinya menangis di dalam hati sebab saya tak berharap orang-orang di sekitarku tahu bahwa saya sedang menangis. Walhasil saya hingga juga di Taiwan dan saya seketika mencari kantor Singapore Airline dan mencari orang yang mengenal secara terang apa yang terjadi dalam insiden hal yang demikian dan mengkorfimasikan pada mereka bahwa suamiku yaitu salah satu korban di dalam kecelakaan hal yang demikian.
Sesudah saya mengidentifikasi jenazah suamiku yang telah tak berbentuk lagi, saya duduk seorang diri di salah satu tempat duduk dan badanku lemas semuanya. Saya masih bengong saja dan tidak tahu harus berperilaku apa apa sesudah mengidentifikasikan jenazah suamiku hingga seseorang pria Taiwan menegurku. Sesudah kami bercakap-kapabel, saya mengenal bahwa laki-laki yang mengaku bernama Sam Yam ini kehilangan istri dan si kecilnya di dalam kecelakaan yang juga dialami oleh suamiku.
Saya juga kian lama kian tak paham kenapa hasilnya saya akrab dengan Sam Yam yang baru saja kukenal. Ia mengajakku ke sebuah restaurant yang tak jauh dari Chiang Khai Sekh Bandar.
Kami saling bercakap-kapabel mengenai kehidupan kami masing-masing dan Sam mengorder 2 botol anggur merah dan kami berdua sama-sama meminum anggur merah yang ia pesan untuk menghilangkan duka dan kedukaan yang kami natural masing masing.
Saya memang tak pernah minum anggur selama hidupku sehingga sebagian teguk anggur merah itu membuatku menjadi mabuk. Saya masih ingat bahwa Sam menggendongku ke mobilnya di dikala saya telah mabuk sambil saya ngomong ngalor-ngidul tak karuan.
Selama di kendaraan beroda empat Sam, saya kembali menangis, ngakak dan menarik hati Sam yang sedang menyetir dan disaat itu saya benar-benar tak tahu ke mana Sam akan membawaku pergi. Walhasil saya menikmati kendaraan beroda empat Sam stop di suatu daerah dan saya masih mabuk dan saya cuma menikmati bahwa badanku sedang digendong oleh Sam ke apartemen dan hasilnya tiba di suatu ruangan kamar yang saya yakin itu yaitu kamar tidurnya sebab kemudian saya dibaringkan oleh Sam di ranjang hal yang demikian.
Sam pergi meninggalkanku seorang diri di ranjang hal yang demikian dan saya terus berteriak-teriak memanggil nama suamiku dalam bahasa Mandarin dan kadang-kadang saya ngakak dan kadang-kadang saya menangis. Saya benar-benar tak sadar atas apa yang terjadi dengan diriku dan yang saya tahu bahwa saya telah seperti orang sinting yang ngakak dan berdialog pada dengki sendiri.
Sebagian menit kemudian, Sam datang kembali ke ranjang di mana saya sedang meringkuk sebab saya memandangnya samar-samar dalam kondisi mabuk. Saya memandang bahwa ia sedang membalut wajahku dengan kain yang telah bercampur dengan es. Saya tahu bahwa ia berharap membuatku sadar dari perasaan mabuk dan teler pengaruh red wine itu.
Saat Sam sedang melap wajahku dengan kain merah itu, saya seketika memeluk Sam tentunya dalam keadaanku yang masih tak sadar. Dikala itu, saya menduga bahwa Sam yaitu Wang Hui (suamiku) sehingga saya terus saja mengecupnya dengan penuh nafsu dan sepertinya Sam turut hanyut dalam ciumanku dan mulai menciumku dengan penuh mesra dan mungkin juga ia menganggap saya seperti istrinya yang sudah meninggal.
Tanganku mulai turun dan mengelus kejantanannya yang sudah mengeras seperti baja. Sam mulai menyambutnya dengan mengecup segala wajahku seperti orang yang telah lama tak mengerjakan seks. Mulai dari keningku, kemudian hidung, dan hasilnya mulutku. Saya membalas kecupannya dan hasilnya kami French Kissing. Lidah kami berjumpa dan bergelut.
Badan kami mulai menonjolkan pedoman-pedoman bahwa permainan ini akan menjadi menarik. Tangannya mulai membuka pakaian piyamanya. Tanpa melepaskan French Kiss kami, ia buang pakaiannya dan mulai melepaskan BH-ku ke lantai.
Tangan bandelnya mulai memainkan payudaraku yang cantik. Tangannya mulai melepaskan pakaianku dan tidak lama celana dalamku juga menyusul terterjang di lantai apartemennya. Kecupan kami terlepas untuk mengambil napas. Napas kami mulai menjadi berat dan kami bergerak berdasarkan insting kami.
Sam mulai menciumi leherku dan terus turun ke arah payudaraku. Sam menciumi payudaraku dan menjilati puting susuku. Sesudah lumayan puas dengan payudaraku, tangannya mulai bermain di bibir kewanitaanku. Sam memasukkan satu jari dan menikmati bibir kemaluanku mulai membasah. Sam tak berharap membuang-membuang waktu lagi. Sam terus menjilati bibir alat kelamin dan klitorisku. Seketika saja saya mengerang dengan nada penuh kepuasan.
Sambil terus menjilati klitorisku, Sam memasukkan dua jari ke liang kewanitaanku. Tangan Sam yang satunya menemukan payudaraku dan mulai mencubit-cubit ringan puting susuku. Saya mengerang dengan bersuka ria dan cairanku mulai tumpah dan saya sudah menempuh orgasme yang keras.
Sam tak peduli, dengan ganas ia dorong maju mundur jemarinya dan dangan keras ia jilati klitorisku. Saya memperoleh orgasmeku yang saya sendiri tak tahu itu yang keberapa. Batang alat vitalnya yang semenjak tadi keras dan online siap-siap dimasukkan lubang cintaku. Saya mengecupnya sambil terus menyebut nama suamiku yang sudah meninggal.
Sesudah itu, saya seketika mengulum batang alat vitalnya dan saya seketika meletakkan kemaluanku di atas wajahnya. Seketika saja kujilati. Dalam posisi 69 ini, kami saling memuaskan satu sama lainnya.
Tidak lama, saya merasa cairan wanitaku akan keluar. “Wang Hui, I’m cumming..” saya terus menyebut nama suamiku tanpa menyadari bahwa laki-laki yang sedang kusetubuhi yaitu orang asing yang baru kukenal dalam 1 hari.
Kami benar-benar kecapaian dan meringkuk sejenak. Ternyata Sam masih hot. Saya masih membatasi-megang batang alat vitalnya dan genggamanku mulai bergerak naik turun. batang alat vitalnya yang masih belum kuat seketika saja berdiri tegap.
Saya duduk mengangkang dan mengendarai batang alat vitalnya. Badanku naik turun berirama. Tangannya memainkan puting susuku yang mulai mengeras dalam pegangannya. Ia mulai mengerang dan berteriak, “Nikmat!”. Pinggulku juga ikut bergerak naik meniru melodi Sam.
Petunjuk-pedoman ejakulasi mulai timbul dan melodi kami kian lebih kencang. “Ooh.. ooh..” Kami berdua mengerang berbarengan dan hasilnya saya menikmati otot-otot liang kewanitaanku mengeras dan cairan manisku tumpah ke atas batang alat vitalnya. Pada dikala itu juga batang alat vitalnya menembakkan cairan laki-lakinya ke dalam liang kewanitaanku dan saya menikmati sensasi yang senantiasa kurindukan.
Kami berpakaian kembali. Kami berdua tidur berpelukan. Esok paginya, saya sungguh kaget saat mengamati tubuhku yang dalam kondisi telanjang. Saya membangunkan Sam yang tidur sambil memeluk tubuhku dengan mesranya. Saya menanyakan apa yang terjadi dengan diri kami.
Sam menyebutkan segala kejadian yang dialami oleh kami selama semalam dan saya seketika kaget dan meninggalkan rumah Sam dengan berjuta penyesalan. Dengan beribu ribu penyesalan, saya seketika kembali ke Bandar untuk menemui jenazah suamiku dan saya mau ia berharap memberi maaf apa yang terjadi antara saya dengan orang yang baru saja kukenal, Sam Yam.
Maafkan saya, suamiku sayang dan selamat tinggal sayangku. Saya bersepakat bahwa saya tak akan mengerjakan hal itu lagi. Para pembaca, bisakah kalian memberitahu kepadaku apakah ini seluruh kesalahanku?
No comments:
Post a Comment